Liburan telah selesai saatnya untuk kembali kesekolah pagi ini Chesta sedikit terlambat dan Ia baru tahu kalau kelas mereka dipindahkan.
"Maksud loe dipindahin gimana?" tanya Chesta yang baru tiba.
"Iya, kita kelasnya di acak lagi."
"Eh, liburan kalian gimana? Seru nggak?" Lisa bersemangat.
"Ini bukan saatnya ngomongin liburan. Gimana kalau kita nggak sekelas lagi?" Vita kesal.
"sabar vit, tapi aneh biasanya kan pembagian kelas setelah kenaikan kelas."
"Iya Ches, gue juga bingung. Btw kemaren loe liburan kemana?"
"Ah, loe sama aja Vit kaya Lisa." Kali ini Ina yang kesal. Chesta hanya bisa tertawa melihat sikap mereka. Suara dari speaker kelas terdengar pengumuman untuk kelas XI dan XII yang harus segera memposisikan diri sesuai dengan kelas mereka yang baru. Mereka kemudian berlari untuk melihat daftar nama di papan pengumuman.
"Duh, semoga kita masih sekelas." Lisa terus berdo'a.
"Hem, gue cari dulu ya nama kita." Kata Ina masuk dalam kerumunan. Setelah beberapa saat mereka menunggu Ina dan Vita keluar dari kerumunan dengan wajah yang berbeda. Ina terlihat senang sedangkan Vita terlihat tak senang.
"Eh, tunggu wajah kalian bikin gue bingung."
"Lis, udah jelas muka gue seneng tandanya kita semua sekelas."
"Yeee...."seru Lisa. Lalu mereka menuju kelas yang dimaksud. Di sana sudah cukup banyak siswa, mereka mendapat tempat duduk dua barisan di belakang.
"Ah, elah dapet belakang lagi." Gerutu Vita.
"Eh, terus kenapa tadi kok muka loe cemberut gitu padahal kita kan sekelas." Chesta masih penasaran.
"Kayaknya gue tahu deh kenapa." Jawab Lisa sambil terus menatap ke depan membuat Chesta dan yang lainnya ikut memandang ke arah pintu kelas. Jantung Chesta mulai berdetak kencang bahkan ia merasa sulit mengontrolnya. Rasanya ingin segera pergi dari kelas ini tapi Pak Ramdan sudah datang membuat Ia dan yang lainnya bersiap untuk duduk.
"Hei, Yoga cepatduduk di kursimu." Kata Pak Ramdan melihat Yoga dan yang lainnya berjalan dengan santai. Mereka akhirnya duduk di barisan pertama dari belakang dan kedua dari belakang paling pojok dekat dengan jendela. Arvad duduk sedirian dan kini dia bersebelahan dengan Chesta dan Vita sementara Yoga dan Eno duduk di barisan paling belakang sebelahan dengan Ina dan Lisa.
"Ah, Sial kita sekelas sama mereka itu." Gerutu Eno.
"Mana sih kampret itu?" tanya Arvad pada Yoga.
"Paling juga telat lagi."
Arvad memandang Chesta yang terus menatap kedepan tanpa sedikitpun melihatnya.
Apa dia itu nggak ngeliat gue sama sekali?apa dia serius ingin putus?
"Pihak sekolah memutuskan untuk merubah kelas karena untuk membantu kalian yang nilainya buruk supaya kalian bisa belajar dengan teman kalian yang nilainya bagus. Disini merupakan kelas bagi mereka yang nialinya bagus dan juga nilainya rendah."
"Pak kalau siswa yang nilainya bagus ada di sini kenapa Rian nggak ada pak? Chesta tadi mau nanya itu." Vita bertanya. Chesta terkejut dan menyikut perut Vita.
"Apaan sih loe, pake bawa-bawa gue." Katanya kesal.
"Kamu tidak dengar dengan penjelasan saya ya, di sini tidak semua murid pandai saja tapi juga yang nilainya rendah. Rian tentu saja sebagai murid yang nilainya tinggi harus di tempatkan di kelas khusus. Dan kamu Chesta keberadaan kamu disini bukan sebagai nilai terbaik karena nilai kamu kemarin sangat mengejutkan turun drastis." Kata-kata Pak Ramdan membuat Chesta sedikit malu dan tertuduk.
"Sorry Ches."Vita menyesal bertanya hal seperti tadi.
"selain itu kalian kedatangan teman baru, ayo silahkan masuk." Seseorang masuk ke kelas setelah Pak Ramdan mempersilahkan masuk. Semua murid terdiam melihat murid baru yang masuk dengan senyum.
"Wah, cantik banget tuh cewek." Seru Eno takjub.
"Ayo silahkan perkenalkan diri."
"Em,,Hai semua nama saya Arleta, pindahan dari bandung." Sapanya dengan senyum membuat semua orang ikut tersenyum.
"Hai, Arleta udah punya pacar belum?" tanya seseorang.
"Leta, minta id line dong." Seru Eno.
"Tenang semuanya, Arleta silahkan duduk kamu boleh duduk dimana saja masih ada dua tempat yang kosong." Kata Pak Ramdan mempersilahkan.
"Baik pak." Arleta berjalan menuju satu tempat yang kosong yaitu tempat duduk sebelah Arvad.
"Boleh gue duduk disini?" tanyanya dengan sopan.
"Tempat duduk Gafi ini." Sahut Arvad cepat.
"Oh, sorry." Ia beranjak pergi. Tiba-tiba Eno menariknya untuk duduk di dekat Arvad.
"Udah loe sini aja duduk yang tenang." Kata Eno membuat Arleta duduk. Tentu saja hal itu membuat Arleta bingung harus duduk atau tidak karena orang di sampingnya terlihat tak suka.
"Udah, dia emang mukanya begitu biarin aja. gafi mah cowok gampang." Kata Eno menenangkan.
"Dasar modus." Sindir Yoga membuat Eno menyikut perutnya. Pak Ramdan melanjutkan pelajaran dengan tenang sampai jam ketiga pergantian jam ia mengakhiri pelajaran dengan tugas rumah.
Ingin sekali Chesta melihat ke arah Arvad saat ini apalagi dengan adanya Arleta di samping Arvad membuat Chesta sedikit kesal namun ia berusaha untuk tetap tenang. Begitu juga Arvad justru berkali-kali memandang Chesta merasa kesal karena diabaikan sekarang seperti Chesta tak perduli lagi padanya.
"Ches, anterin kamar mandi yuk." Ajak Vita.
"Eh, loe mau ke kamar mandi? Bareng gue aja gue kebelet." Ina menyela. Chesta kembali duduk karena Ina yang akan menemani Vita ke kamar mandi. Lisa mengajak ngobrol Chesta tentang liburannya yang menyenangkan. Arvad hanya bisa memandang Chesta dari bangkunya karena mereka sudah bukan siapa-siapa lagi tapi jika hubungan mereka masih berlanjut itu juga percuma. Dia juga hanya bisa memandang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...