Sementara Ina sibuk memberi isyarat agar Lisa dan Vita tak membahas pembicaraan tadi. Tapi tak ada yang mendengarkan dan masih sibuk membahasnya Chesta yang penasaran menoleh kebelakang. "Kalian bahas apaan sih?" Tanya Chesta.
"Tentang perpisahan Kakak kelas kita, lo harus ikut berpartisipasi sama kita." Kata Vita menjawab.
"Partisipasi apa? Gue anggota OSIS ya pasti gue ikut pastisapasi lah." Chesta mulai bingung.
"Udah Ches, jangan di bahas sekarang. Lagian nggak penting banget." Kata Ina berusaha memperhatikan pelajaran.
"Apa lo bilang nggak penting? Ini buat lo nggak penting tapi buat gue ini penting. Lagian kalau lo nggak mau ikut nggak usah ngomong begitu." Kata Vita kesal dengan sikap Ina.
"Udah jangan berantem, mending kita dengerin Bu guru jelasin pelajaran dulu." Kata Chesta menengahi.
"Ches lo ikut kan ya?" tanya Lisa.
"Ikut apa?" Chesta masih bingung.
"Udah jangan dengerin." Kata Ina menarik tangan Chesta agar fokus pada pelajaran. Chesta merasa heran dengan sikap teman-temannya. "Lo mau berpartisipasi kan Ches di acara nanti?" tanya Lisa masih ingin tahu.
"KALIAN BEREMPAT KELUAR." Kata bu guru merasa tak di hiraukan. Chesta dan teman-temannya terkejut dan masih duduk dengan rapi.
"Ibu bilang keluar kenapa kalian masih disini?" Tanyanya tegas. Dengan kesal Ina keluar kelas diikuti ketiga temannya. Mereka berjalan menuju kantin tiba-tiba bu buru berteriak lagi.
"Mau kemana kalian?" membuat mereka menghentikan langkahnya.
"Kantin bu, laper." Jawab Lisa polos. Vita segera menutup mulut Lisa membuat Lisa kaget. "Kita mau ke toilet bu." Jawab Vita tersenyum dengan tangan yang masih menutup mulut Lisa.
"Kebetulan sekali hukuman kalian adalah membersihkan toilet." Kata bu Guru tersenyum menang. Mereka hanya bisa menatap Vita yang seolah salah memberi jawaban. Lalu bu guru kembali ke kelas dan mereka beranjak menuju toilet.
"Ini semua gara-gara lo sih Ches, kita jadi dikeluarin dari kelas." Kata Vita kesal.
"Kok gue, lagian gue penasaran kalian bahas apa." Jawab Chesta kesal merasa di salahkan.
"Makanya jangan suka ngilang mulu, akhir-akhir ini lo sering banget nggak gabung bareng kita."
"Ini juga salah lo yang jawab toilet jadi kita di hukum bersihin toilet coba kalau perpus lebih enak seenggaknya hukumannya bersihin perpus." Kata Chesta tidak mau kalah.
"Udah-udah kok lo malah berantem sih. Ini semua salah kita udah tahu bu Endah killer dan lo tahu fisika susah masih aja bahas di kelas." Ina mencoba menengahi tapi matanya melirik Chesta.
"Oke gue salah, gue minta maaf." Kata Chesta yang merasa di pojokkan. Lisa hanya bisa terdiam saat ada yang bertengkar dia orang yang tak berani ikut campur, takut memperkeruh suasana.
"Sebagai gantinya lo nanti ikut kita." Kata Vita merasa menang karena Chesta sudah meminta maaf.
"Oke." Jawab Chesta singkat tanpa berpikir maksud Vita apa. Vita tersenyum tapi kali ini senyumnya bukan senyum sinis tapi tersenyum mengingat pertengkaran mereka yang tak penting. Chesta ikut tersenyum. "Oke lo ambil ember sama pel di gudang." Kata Vita saat Chesta sudah tersenyum.
"Kampret gue kira lo udah maafin gue." Kata Chesta kesal.
"Gue maafin lo tapi gue takut ada tikus di gudang." Vita tersenyum memohon. Lisa bisa bernafas lega melihat suasananya berbeda daripada tadi sebelum mereka tersenyum.
"Udah sana, baek-baek yak." Kata Ina tersenyum sambil menyuruh Chesta pergi. Dengan kesal Chesta meninggalkan mereka dan mengambil ember dan kain pel di gudang.
Ia berjalan perlahan saat mendekati gudang sedikit gelap tapi ia mencoba memberanikan diri. Suasana sepi dan sedikit kotor membuat ia berjalan dengan hati-hati. Melihat ember dan kain pel segera ia ambil tapi ia melihat kardus yang bergerak jantungnya berdegup kencang ada rasa takut tapi dia penasaran mendekati dan kardus tersebut. Saat ia akan membuka kardus tersebut justru kardus itu semakin bergerak membuat ia berteriak dan berlari keluar. Berharap sesuatu tak mengejarnya. Saat diluar justru ia menabrak seseorang membuat ia berteriak dan mundur beberapa langkah.
"Lo kenapa?" tanya Arvad bingung melihat wajah Chesta yang ketakutan.
"Hah, lo tuh bikin gue takut aja." Kata Chesta setelah sadar yang ia tabrak adalah Arvad.
"Kenapa sih, ada apaan sampe ketakutan gitu?" Tanya Arvad menengok ke arah dalam gudang.
"Tadi disitu ada yang gerak-gerak gue takut." Kata Chesta menunjuk dalam gudang. Arvad mencoba masuk ke dalam gudang tapi tangannya di tarik oleh Chesta. "Jangan vad." Kata Chesta melarang. Arvad hanya tersenyum dan melepaskan tangannya berjalan mendekat masuk gudang sementara Chesta hanya membuntuti di belakang. Tiba-tiba kardus itu bergerak dan Chesta reflek memegang erat tangan Arvad dengan ketakutan. Arvad membuka kardus itu dan beberapa ekor tikus berlari kesembarang arah membuat Chesta berteriak histeris dan mendekap ke arah Arvad. Arvad justru malah mendekap Chesta sambil tersenyum.
"Gue baru tahu kalau seorang Chesta takut sama tikus haha..." kata Arvad melihat Chesta yang masih ketakutan menutup mata. Namun kalimat itu membuat Chesta membuka matanya dan melepaskan tanganya dari Arvad. Segera ia mengambil ember dan kain pel lalu beranjak pergi. Malu dengan sikapnya tadi, pasti Arvad menertawainya nanti.
"Ches, kok lo ninggalin gue?" tanya Arvad sambil berlari mendekat tapi Chesta hanya menunduk. "Ches, lo dihukum?" tanya Arvad lagi. Chesta terus berjalan lalu Arvad menarik tangannya. Membuat Chesta berhenti dan sedikit terkejut.
"Gue malu vad, kenapa lo tanya mulu sih?" kata Chesta kesal sambil tertunduk. Arvad justru tersenyum melihat tingkah Chesta.
"malu karena takut atau malu karena dihukum?"tanya Arvad menggoda.
"Dua duanya." Jawab Chesta tertunduk.
"Mau lo penakut atau pembuat onar gue sih nggak peduli." Kata Arvad tersenyum Chesta mulai mengangkat kepalanya.
"Hei, gue baru dihukum sekali ini bukan pemuat onar." Katanya Kesal. Arvad hanya tertawa.
"Iya iya, lo kan disiplin. Lo disiplin aja gue suka apalagi buat onar." Katanya meledek.
"Tau ah." Chesta kesal dan ingin pergi.
"Ches, nanti gue mau tanding di SMA 1 lo nonton ya." Kata Arvad yang hanya di balas dengan senyuman oleh Chesta. Dan Arvad kembali menuju lapangan lagi setelah tadi melihat Chesta dan mengikutinya hanya untuk menyuruhnya nonton pertandingan basket pulang sekolah nanti.
"Woi, lama banget sih lo ke kamar mandi jangan-jangan lo mau kabur dari hukuman ya?" Kata Yoga yang melihat Arvad baru datang sementara mereka sudah hampir menyelesaikan hukuman. "Sorry tadi di toilet ada yang dihukum." Kata Arvad mencari alasan.
"Siapa yang dihukum selain kita?" tanya Eno penasaran. Sementara Arvad hanya menunjuk Chesta dan teman-temannya yang sedang menuju toilet dengan membawa kain pel dan ember.
"Hah, itu kan geng anak-anak pinter kok bisa dihukum." Kata Gafi heran.
"Gue pikir mereka nggak bisa ngelanggar aturan." Kata Yoga sinis.
"KALIAN, NGAPAIN MALAH NGOBROL? CEPAT LARI!!" seru pak guru yang melihat Yoga dan teman-temannya hanya berdiri mengobrol. Mendengar teriakan pak guru mereka segera berlari mengelilingi lapangan lagi. Eno berjalan kelelahan Yoga terus menggerutukan guru sementara Gafi dan Arvad hanya tersenyum melihat sikap mereka.
Sepertinya yang ini pendek ya, tapi semoga masih tetep enak dibaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...