Arvad mendekati meja dimana Ia harus duduk bersama yang lainnya. Menaruh nampan berisi makanan pesanan mereka.
"Makasih ya pelayan." Kata Eno tersenyum.
"Pelayan pala loe." Sergah Arvad sambil menoyor kepala Eno. Yoga tersenyum sementara Gafi meraih makanannya. Arvad menarik kursi dan segera duduk.
"Lama amat loe Vad." Kata Yoga. "Hampir aja Gafi makan Eno."
"Biarin aja, gue sengaja pengen tahu abis makan Eno gimana reaksi perut Gafi." Sahut Arvad tersenyum meledek. Dengan wajah kesal Eno tetap melahap makanannya.
"Bisa mules gue makan dia." Gafi melirik Eno. "Mending gue kasih monyet."
"Mending loe kasih Bubu." Yoga menimpali. Bubu adalah nama Anjing Gafi yang pernah menggigit tangan Eno saat menjenguk Gafi sakit dulu.
"Atau loe kasih ke Aca." Kini nama peliharaan Gafi yang lain di sebut, Aca adalah jenis ular piton yang belum cukup dewasa tapi mampu memakan daging yang cukup banyak.
"Kampret loe pada, pengen gue mati apa ya." Kata Eno berhenti makan.
"Emang.." sahut Ketiganya membuat Eno kesal dan makan dengan pindah tempat duduk di belakang mereka. Hal itu membuat ketiganya tertawa. Setelah makan mereka pergi ke lapangan basket untuk bermain sebentar sebelum bel intirahat berakhir.
Arleta memandang kearah Arvad dan yang lainnya yang sibuk bermain basket. Ia kali ini duduk dengan Agnes dan teman-temannya. Agnes terus menyerukan nama Arvad berkali-kali membuat Arleta sedikit kesal, entah kenapa ia harus kesal. Arleta juga memandang ke sekeliling lapangan memang banyak orang yang menyerukan nama Arvad. Sepopuler itukah dia, padahal dia begitu dingin, mungkin mereka hanya melihat pada penampilannya. Seperti dirinya yang memandang Arvad untuk pertama kali, tapi setelah beberapa minggu tak ada yang saling sapa. Hanya dirinya saja yang menyapa dan Arvad tak pernah menyapanya. Ia hanya berharap Arvad menganggap dirinya ada kalaupun lebih itu dia anggap hadiah dari Tuhan. Karena itu sangat sulit.
***
"Arrgg...kalah lagi gue." Kata Eno kesal sambil melempar stik game nya. Berapakalipun Eno berusaha mengalahkan Arvad maupun Gafi tetap saja ia tak pernah menang. Sementara Gafi dan Arvad melakukan tos untuk kemenangan mereka. Yoga datang dengan membawakan makanan untuk mereka.
"Loe lawan gue aja No." Kata Yoga menaruh makanannya.
"Nggak ah, sama aja gue kalah. Mending gue makan." Katanya sambil mengambil makanan yang di bawa Yoga.
"Makanan mulu loe pikirin." Kata Gafi meraih makanan yang Eno pegang.
"Daripada loe mikirin cewek mulu." Kata Eno merebut kembali makanannya. Pernyataanya membuat yang lainnya memandangya. "Loe deketin tuh cewek karena suka kan sama dia." Kata Eno sadar oleh pandangan Gafi.
"Gue nggak suka sama dia." Kata Gafi sedikit berusaha untuk cuek. Sementara Arvad melihatnya berbeda. Seperti ada yang di sembunyikannya.
"Bagus lah kalau loe nggak suka, jangan lupa perjanjian kita." Kata Eno memakan makanannya. "tapi kalau loe nggak suka ngapa loe Cuma pengen duduk sama dia terus sering berangkat bareng dia." Kali ini Perkataan Eno membuat semuanya memandang Gafi.
"Dia itu cewek pinter, ya gue pengen deket sama dia karena gue mau nilai gue bagus. Kalian tau sendiri nyokap gue ngomel mulu gara-gara semester kemaren nilai gue anjlok."
"Ngapa pake acara berangkat bareng segala, setau gue loe jarang mau boncengin cewek."
"Itu sih bonus aja buat dia, karena udah ngerjain tugas gue." Sahutnya enteng. Yoga tak mau berkomentar banyak Ia hanya ikut bermain bersama Arvad dan memandang Arvad. Yang di pandang hanya bisa tersenyum heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...