Malam Minggu

1.6K 48 2
                                    

Malam ini Chesta sedang menonton tv bersama Vira adiknya. Sedang asyik menonton tiba-tiba vira bertanya. "Kak, nggak pergi?" Chesta heran dengan pertanyaan adiknya. Ia hanya menggeleng.

"Kak Arvad nggak ngapelin." Vira bertanya lagi. Chesta hanya terdiam, kemudian melihat ponselnya sejak tadi siang tak ada kabar dari Arvad bahkan saat pulang ia tak menghubungi untuk mengajak pulang bersama. Suasana kembali fokus pada tayangan televisi, tiba-tiba terdengan suara ketukan pintu.

"Dek, bukain." Suruh Chesta. "nggak ah males." Sahut Vira yang justru malah tiduran di sofa. Dengan wajah kesal Chesta berjalan munuju pintu. Ia tak berpikir atau tak menduga siapa yang datang segera ia membuka pintu.

"Hai.." sapa seseorang dengan penuh senyuman. Sedikit kaget ia mundur selangkah.

"Lo ngeliat pacar kaya ngeliat setan." Kata seseorang yang berdiri di depan pintu.

"Arvad, lo tuh bikin kaget aja. Kenapa nggak ngabarin sih kalau mau dateng." Kata Chesta terlihat bingung.

"Lho kenapa ini kan malam minggu boleh dong ngedate, lagian gue kan pacar lo." Jawab Arvad santai. "Kok lo panik gitu, jangan-jangan lo lagi sama cowok lain ya? Atau sama Rian?" kata Arvad tiba-tiba sambil menengok ke dalam rumah.

"Apaan sih, nggak lah masa sama Rian." Kata Chesta.

"Terus gue nggak boleh masuk?" Tanya Arvad, yang dari tadi ingin segera masuk. Chesta segera mempersilahkannya masuk.

"Duduk dulu ya."

"Lo mau kemana?" tanya Arvad merasa diabaikan.

"Ngambil minum haus kan."

"Ya lumayan sih, perjalanan jauh."

"Mau, minum apa?" tanya Chesta dari dapur yang jaraknya tidak terlalu jauh dari ruang tamu.
"Jus Jeruk kalau ada, kalau nggak ada jus alpukat, kalau nggak ada es campur, kalau nggak ada wedang jahe juga nggak apa-apa dingin gue." Jawab Arvad ikut berteriak. Tapi tak ada jawaban. Setelah beberapa lama Chesta datang membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat.

"Jus jeruk mana?" tanya Arvad.

"Maaf pesanan anda tidak ada."

"Yah, kalau nggak ada ngapain nanya kan gue berharap. Saya tidak puas dengan ini." Kata Arvad seolah pengunjung restoran.

"Kalau anda tidak puas silahkan cari tempat lain." Jawab Chesta.

"Gue nggak puas, tapi gue nyaman di sini." Arvad tersenyum.

"Dasar, udah cepetan minum." Kata Chesta ikut tersenyum. Hujan turun tiba-tiba, membuat mereka memandang keluar jendela.

"Gue pikir tadi lo lagi nyembunyiin Rian." Chesta terkejut dengan pernyataan Arvad.

"Kenapa lo mikir gitu?"

"Gue dateng muka lo panik gitu."

"Lo mikirnya aneh-aneh, gue panik karena temen-temen gue mau dateng. Tapi sekarang hujan pasti mereka batalin buat dateng." Jawab Chesta tersenyum. Arvad sedikit terkejut dan agak panik mendengar teman-temanya akan datang.

"Hahaha...sekarang muka lo yang berubah panik." Chesta tertawa melihat perubahan wajah Arvad. Arvad memegang wajahnya dan merubah sikapnya seolah biasa saja tapi hal itu justru membuat Chesta ingin tertawa.

"Gimana gue nggak mikir lo sama Rian, tiap saat gue liat Rian berusaha ngedeketin lo. Kalian kaya lagi pedekate."

"Kita Cuma temen dan gue sama dia juga Cuma bahas pelajaran."

"Itu yang lo rasain tapi beda sama yang gue dan orang lain lihat."

"Menurut lo, apa yang gue rasain dan orang lain lihat saat agnes gandeng tangan lo, saat dia ngelabrak siapapun yang deketin lo." Chesta mulai bertanya dengan kesal. Arvad terdiam sejenak.

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang