"Maura wilona!."
Yang dipanggil lantas mendongakkan kepala nya. Sekali lagi maura melakukan kesalahan. Dirinya tertidur di pelajaran pak Fajar. Kejadian yang dulu-dulu sekarang sedang terulang.
"Sudah dibilang bukan, jangan tidur dijam pelajaran saya." ucapnya memberi peringatan kepada maura.
"Ya pak, maaf pak." sahut maura.
"Sekarang maju kerjakan nomor tiga ini. Saya pikir sepertinya kamu lumayan cerdas, karena kamu tidur dijam pelajaran saya." perintah pak Fajar.
Maura melihat ke arah jam. Kali ini ia tak akan selamat. Karena jam masih lama untuk waktu istirahat. Masih ada 1 jam lagi. Dan maura mau tak mau tak bisa menghindari soal yang berada dipapan tulis. Maura masih belum berdiri. Maura hanya membasahkan bibirnya dengan lidah nya yang menjulur kedepan. Ia gugup. Karena ia memang sama sekali belum mengerti materi nya.
"Maura. Ayo maju. Kerjakan." ujar pak Fajar membuat maura dengan reflek langsung berdiri.
Selanjutnya dia mengambil spidol hitam dari tangan pak Fajar. Dan mulai mengerjakan soalnya. Namun semakin lama maura mengerjakan soal. Ia mengerti dengan rumus nya. Ini sedikit ada pelajaran kelas duabelas. Maura tak yakin jawaban nya itu benar atau tidak. Namun yang terpenting ia selesai, dan kembali duduk.
✌✌✌✌
"Lo si ra, lagian lo udah tau akibatnya. Masih aja kek gitu." cibir abigail.
"Gail, kalo orang ngantuk butuh apa?." tanya maura.
"Ya butuh tidur lah." jawab nya.
"Nah itu lo tau. Gue ngantuk, jadi gue butuh tidur. Maka nya tadi gue tidur." ujar maura.
Abigail hanya cengengesan menunjukkan sederatan gigi putih nya yang rata. "Eh, kok shafa nggak kesini si ra?." tanya abigail.
Maura awalnya bingung akan menjawab apa, namun saat ia melihat tubuh shafa yang sedang memasuki kantin, ia segera memanggil shafa. Meskipun hubungan keduanya masih belum baik. "Shafaaaa!." teriak maura.
Shafa pun langsung menoleh ke sumber suara. Dan ia mendapati tangan maura yang sedang melambai-lambai kepada nya. Lalu pandangan nya beralih kepada abigail yang juga ikut melambaikan tangan nya. Shafa pun menghampiri abigail dan maura. Kalau tak ada abigail, shafa tidak akan mau menghampiri nya. Namun ia dan maura akan berpura-pura baik didepan abigail.
"Shafaa gue kangenn lo." ujar abigail sambil memeluk tubuh shafa.
"Lo kenapa tadi diem aja dikelas?." tanya abigail.
"Gail, shafa sesek napas tuh. Nggak kasian?." ujar maura yang membuat abigail langsung melepaskan pelukan nya.
"Duh lo bayangin aja, gue dirumah pake infusan, dikasih obat ini itu lah. Duh, sampe gumoh gue minumnya tiap hari." abigail mulai bercerita.
Sedangkan maura dan shafa hanya menjadi pendengar setia abigail. Kedua nya memilih diam. Membiarkan bagaimana kawan nya itu bercerita. Abigail yang menyadari dirinya terlalu banyak bicara, dan menyadari bahwa kedua teman nya itu hanya diam, sekarang ia juga ikut diam. Seketika tercipta kesunyian diantara mereka bertiga. Meskipun keadaan kantin sedang ramai.
"Kok kalian berdua diem aja si?." tanya abigail yang tak betah dengan kesunyian yang ada diantara mereka bertiga.
"Eh-- nggak kok, cuman gue lagi mikirin soal yang tadi aja." tolak maura. Ia tak mau kalau abigail tau bahwa dirinya dan shafa bukan dalam hubungan baik.
"Iya, tadi maura ngerjain nya lancar banget." timpal shafa. Ia mengerti maksud maura yang tak mau menunjukkan bahwa mereka berdua sedang retak. Abigail hanya mengangguk dan tersenyum.
✌✌✌✌
Langkah nya membawa nya ke taman belakang sekolah. Terakhir kali ia datang ke taman belakang sekolah dan mendapatkan suatu kejutan yang benar-benar membuatnya meringis ngeri. Melihat perempuan yang dipikirnya sebagai gadis baik-baik, namun kenyataan nya kelakuan nya sangat tak wajar.
Entah apa yang membuat maura ingin datang kesana. Maura sendiri juga bingung. Sampai ditaman belakang sekolah, maura langsung duduk dikursi besi yang berada disana. Keadaan nya memang tenang, namun sedikit agak seram. Maura suka suasana nya. Sejuk. Sangat cocok ia gunakkan sebagai tempat untuk menyendiri.
Maura menutup mata nya. Ia membayangkan sudah berbagai macam hal yang dia hadapi. Maura mendengus kasar saat ia mengingat adit. Dia langsung membuka mata nya. Entah kenapa perasaan nya saat ini benar-benar aneh. Detak jantung maura berdetak tak karuan. Mengingat adit yang baru kemarin ia lihat bersama fania. Entah siapa fania bagi adit, namun sepertinya mereka sangat dekat. Dan. Romantis.
Adit orang yang pertama untuk maura. Dan adit juga yang pertama mengucapkan janji-janji. Adit orang asing, pertama yang membuatnya menangis. Adit alasan yang membuat maura semangat datang ke sekolah. Adit orang yang pertama menunjukkan yang nama nya cemburu kepada nya. Namun adit juga lah yang membuatnya merasakan masa merah jambunya terasa indah.
"Lo janji kan lo bakal setia sama gue?."
Tiba-tiba saja omongan adit terlintas dipikiran maura."Gue sayang sama lo."
"Tenang. Abis aku jadi sarjana, aku bakal lamar kamu kok."
Maura langsung teringat itu. Entah apa yang membuat maura merasa ketiga kalimat adit itu ada terkaitan nya. Meskipun adit bilang itu dalam keadaan suasana yang tak serius, namun maura menganggap nya kalau adit mengatakan nya dengan serius. Maura tersenyum sendiri jadinya. Namun seketika senyuman nya memudar saat ia mengingat kejadian dimana ia melihat adit dan fania. Maura mendesah kecil.
"
Ra,"
✌✌✌✌
Voment for the next part :v👍💕
Voment dpt pahala wkkwkw, aminnn😃✌
Salam
Madit
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise
Storie d'amoreDari sini kita tau, sesuatu yang melelahkan akan berujung manis.