Part 43

1.4K 63 18
                                    

Maura sengaja tak membuka tirai kamarnya. Ia juga tak menyalakan ponselnya. Mata maura sudah berkaca-kaca. Entah perasaan nya kini bagaimana, hanya satu yang ia rasakan. Perih. Maura tau mungkin ini yang dinamakan sakit hati. Sakit hati yang baru pertama kali ia rasakan. Bahkan ia tak mau merasakannya. Benar apa kata kakaknya, al. Yang bilang bahwa, kalau jatuh cinta, harus siap-siap sakit hati juga. Dan kini maura merasakan yang nama nya sakit hati.

Nyesek.

Seketika maura mengusap airmata nya yang sudah jatuh, membasahi kedua pipinya. Maura mengerjapkan matanya, untuk menghambat airmata nya yang terus menerus jatuh ke pipinya itu. Pikirannya hanya tertuju pada adit. Kelakuan adit yang terlalu overprotective kepada setiap orang. Mungkin jika dibatas wajar, maura akan memahaminya. Namun menurut maura, adit terlalu berlebihan. Maura tau akan sifat labil adit yang tiba-tiba datang sesuai kehendak adit sendiri. Bahkan kehadiran sifat labilnya itu bisa membuat orang lain sedih.

"Ah elah air mata segela pake keluar lagi. Lebay ah!." ujar maura yang sedikit kesal dengan air matanya yang makin lama kian menetes.

"Duh, maura jangan lebay kek! Elah. Kak adit cuman pacar lo, bukan suami. Ngapain nangis si?. Eh---." entah kenapa maura berbicara seperti itu. Ia akan keceplosan saat dirinya sedang merendam rasa emosi nya. Maura menepuk keningnya itu. Maura mengambil napas nya dalam-dalam. Setelah itu, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya. Dan setelah itu, maura lebih memilih untuk tidur dan berimajinasi dengan alam mimpinya.

✌✌✌✌

Mungkin yang bersalah bukan hanya adit. Tapi juga dinda. Yang terlalu berlebihan dalam meminta tolong adit. Dinda terkadang tak bisa mengontrol nya. Meskipun pada dasarnya dinda sudah tak mempunyai perasaan sekecil apa pun kepada adit, namun orang lain pasti akan berpikir hal yang aneh tentang dirinya dan adit.

Dinda turun dari motor adit. Kemudian dia memerhatikan wajah adit yang tertutup oleh kaca hitam helm. "Lo nggak masuk?." ujar adit saat ia menyadari bahwa dinda masih berdiam ditempat dan belum melangkah masuk kedalam rumah.

Dinda merasa sedikit tersentak, "nggak. Maksud gue, gue cuman mau bilang. Kayaknya lo harus ngomong sama maura buat jelasin semua nya deh. Biar nggak salahpaham." sahut dinda yang membuat adit sedikit menyeritkan keningnya dibalik helm nya.

"Gue nggak ngerti." ucap adit sambil mematikan mesin motornya.

Dinda menghela napas melihat sikap adit yang kurang peka. "Maksud gue, mendingan lo jelasin ke maura, kalo lo sama gue itu cuman sahabatan." jelas dinda.

"Lah kan maura udah tau." tukas adit.
"Heh! Lo tuh jadi cowo jangan bego dah dit. Mikir. Lo jemput gue sekolah, lo bantuin gue kemana-mana, lo anter gue pulang. Cewe lo cemburu lah bego. Apalagi kan gue mantan lo. Gue nggak mau lo sama maura putus gara-gara gue." dinda melangkah mundur, dan kemudian dia memasuki rumah nya, namun sebelum itu,

"Pokoknya, gue nggak mau tau hari ini juga. Lo harus ngomong sama maura. Nggak mau tau!." ujar dinda kemudian menutup gerbang nya.

Adit hanya terpaku diam. Ia mencoba merangkai dan memahami maksud maura yang tiba-tiba menghindarinya dan bersikap cuek.

Adit mengendorkan kerutan yang ia ciptakan pada keningnya, kemudian dia menyalakan mesin motornya dan meninggalkan rumah dinda. Adit mengerti semuanya.

✌✌✌✌

Maura membuka matanya. Ia sedikit merasa sedikit pusing. Ia melihat ke arah jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.08. Ia pun segera mengambil handuk dan membersihkan tubuh.

Our Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang