Ujian Nasional untuk kelas 12 telah usai dari seminggu yang lalu. Kebebasan saling mengisi hari-hari bagi mereka tersendiri. Seperti Adit, selama UN berjalan, dirinya sama sekali tak pernah lepas dari buku-bukunya. Namun sekarang, ia bebas dari buku-buku tersebut, meskipun sebenarnya belum 100% untuk Adit merasa bebas. Masih ada yang membuatnya khawatir. Yaitu; hasil UN nya.
"Adit, kamu itu harus siap-siap buat kamu kuliah di Inggris." ujar mamah Adit.
Adit sedaritadi hanya melamun. Pikiran nya terbang kemana-mana. Sampai-sampai ia tak mendengar ujaran mamahnya.
"Dit?," mamah Adit sambil memegang pundak Adit membuat Adit tersentak dari lamunannya. "Kok ngelamun? Mikirin apa?." tanyanya.
Adit menggeleng-geleng. Sepertinya ia memang harus bersiap-siap untuk kuliah yang jauh akan jangkauan orangtua, sahabat, dan Maura. Lagipula, yang harus ia pikirkan terlebih dahulu sebaiknya saat ini adalah, masa depan untuknya. Kalau ia sukses, ia juga yang akan menikmatinya kelak.
Entah kenapa, sekarang pikiran Adit berpindah kepada sahabat lama yang sedang berada di German; Al. Sahabat yang satu-satunya bersikukuh untuk membangun kembali persahabatan yang dahulu hancur. Memang, setelah kepergian seseorang yang berjuang namun tak dihargai, akan membuat kita merasa kehilangan. Adit, Rey, dan Mario sadar akan hal itu, setelah kepindahan Al ke German. Apalagi, disaat Adit, Rey, dan Mario ingin memberi kabar kembalinya hubungan persahabatan mereka kepad Al, justru Al menghilang.
Adit mengirimkan pesan lewat emailnya, lalu mengirimkan nya kepada email milik Al, yang ia ketahui dari Al. Pesan yang Adit kirim dari beberapa minggu yang lalu, sampai sekarang Al belum membalasnya. Tak berhenti sampai disitu, Adit mencoba menghubungi Al lewat Skype, namun Al tak kunjung juga membalas panggilan tersebut. Adit pernah berpikir, apa Al sudah muak dengan semua nya?.
"Mah, Adit pergi dulu yak," ujar Adit seraya bangkit dari duduknya.
"Mau kemana?."
"Kerumah tante Endah. Pengen ketemu sama Maura." jawab Adit yang ditanggapi dengan anggukan dari mamahnya. Tanpa buang-buang waktu, Adit pun langsung menuju kamarnya. Meraih jaket bomber hijau Army nya, dan mengambil kunci motor, dan setelah itu langsung turun.
"Hati-hati yak." pesan mamahnya. Adit hanya mengangguk dan segera menghampiri motornya. Setelah itu, motor Adit melesat pergi.
✌✌✌✌
Motor Adit berhenti di depan rumah Maura. Adit turun, dan melepaskan helm full face nya, dan kemudian melihat ke atas--tempat dimana kamar Maura. Adit merasa lega, saat ia melihat Maura sedang berdiri di balkon kamarnya sambil menatap lurus kedepan.
"Mauraaa!!." teriak Adit dari bawah, membuat yang dipanggil langsung menoleh kearah bawah.
Mata Maura kaget bukan main, saat ia melihat Adit berada diluar pagar rumahnya. "Kak Adit? Ngapain coba?." gumam Maura, dengan segera ia langsung menghampiri Adit.
Saat sudah berada di bawah, Maura langsung membuka pagar rumahnya, dan tampaklah sosok Adit dan juga motornya. "Lo ngapain kesini kak?." tanya Maura seraya menyelipkan rambutnya di belakang telinganya.
"Gue pengen ajak lo jalan. Mamah lo ada dirumah?."
"Mamah lagi pergi." jawab Maura.
"Kalo papah lo?." tanya Adit.
"Lagi pergi juga. Emangnya mau jalan kemana kak?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise
RomanceDari sini kita tau, sesuatu yang melelahkan akan berujung manis.