Al menutup pintu kamarnya. Dengan segera ia mengambil bingkai foto yang dikatakan Maura tadi.
Al menatap lirih wajah keempat sahabatnya itu. Ingin kembali berkumpul, namun sepertinya memang tinggal harapan yang tak akan pernah terwujud. Dari tanggapan sahabatnya, semuanya memberi tanggapan yang kurang untuk kembalinya 4G-6.
Memang sepertinya rasa amarah, benci, dan dendam sudah tertanam makmur diperasaan ketiga sahabatnya itu. Sampai-sampai, semua nya menjadi keras hati. Memikirkan ego mereka masing-masing.
Susah. Karena Al berjuang sendiri. Tanpa ada bantuan dari siapapun. Jika salah satu sahabatnya itu mendukung dan membantunya, pasti Al sudah merasa sedikit mudah.
Al menghembuskan napas nya dengan pasrah. Kemudian, Al mengambil ponselnya dan menelfon seseorang.
"Halo."
"....."
"Gue mau ketemu sama lo."
"........"
"Halah. Banyak alesan lu."
"......."
"Jangan sampe, gue bener-bener gorok leher lo."
"........"
"Hahaha. Lucu! Lo tai. Udah ge-ce. Prepare sana. Pokoknya, lo harus duluan yang sampe."
Dan setelah itu Al langsung mematikan sambungan telefon, kemudian ia meletakkan ponselnya di kasurnya, untuk bergegas mengambil jaket kulit nya dan mengambil kunci motornya.
Al keluar dari kamarnya--menuruni anak tangga untuk menyampai lantai dasar. Saat sampai di lantai dasar, Al mendapati Maura yang masih duduk di sofa ruang tamu dengan raut wajah yang bingung.
"Ra, gue pergi dulu. Lo jangan kemana-mana. Entar, kalo lo mau makan bilang ke gue aja. Gue beliin nanti. Soalnya mamah sama papah masih di luar kota. Bibi lagi sakit, jadi gak gue suruh masak. Jadi gak ada makanan." jelas Al kepada Maura.
"Terus tadi cheesecake?. Emang gak ada lagi?." tanya Maura.
"Itu punya gue. Jangan disentuh. Kalo bentuknya berubah sedikit aja, gue kunciin lo dikamar mandi." jawab Al sangar membuat Maura bergidik ngeri.
Al lalu berancang-ancang untuk pergi. Namun sebelum itu,
"Ra." panggil Al.
"Apa lagi?." sahut Maura.
"Lu ada uang sepuluh ribu gak? Gue lupa, tadi gue gak isi bensin." ucap Al membuat Maura mendesah jengah. "Kali-kali elah lu, bantu abang lo yang ganteng ini."
Maura merogoh saku seragamnya dan menyerahkan uang selembar berwarna ungu itu ke Al dengan berat hati. Padahal niatnya uang itu akan ia tabung. Kali-kali Maura bersikap baik kepada Al. Karena bagaimanapun juga, Al itu kakakya. Ya, meskipun sering mengejek dan sesekali membuatnya naik pitam.
"Makasih adek kuh, yang lucu, gakuku ganana," Al memuji Maura.
"O iya dong pasti. Secara, gue gitu loh. Hehehe." Maura merasa tersanjung dengan pujian yang diberikan Al, meskipun ia tahu sepenuhnya Al tak sedang memujinya.
"Tapi masih lucuan bol gue." lanjut Al yang membuat kedua telinga Maura mengeluarkan asap. Al dengan segera lari keluar rumah sebelum terkena amukan adiknya itu.
✌✌✌✌
Al memarkirkan motornya diparkiran kafe D'day. Dengan segera ia melepas helm full face nya dan menenteng membawanya masuk ke dalam Kafe bersamaan dengan langkahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/102732938-288-k259962.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise
RomanceDari sini kita tau, sesuatu yang melelahkan akan berujung manis.