Beberapa bulan kemudian....
Maura berjalan dikoridor dengan langkah yang terburu-buru. Hari ini, ia harus terlambat sekolah. Karena harus mengantar Al--kakaknya ke Bandara untuk ke German. Tujuan utama Al ke German adalah; untuk menjalankan cabang perusahaan milik papahnya bersama orang kepercayaan papahnya. Padahal, sebentar lagi Al akan melaksanakan UN untuk kelulusan SMA. Namun, menurut kedua orangtua nya, pikiran Al sudah lumayan mantap untuk mengurusi perusahaan.
Tentunya Maura harus ikut. Karena ia dan Al akan berpisah untuk beberapa tahun. Al itu nyebelin, tapi sifatnya bakal buat Maura kangen. Bagaimanapun juga, Al adalah kakak yang baik untuk Maura. Maura bahkan bersedia untuk membuat kembali rencana Al yang tertunda yaitu; menyatukan 4G-6. Namun Al tak membiarkan Maura untuk memcampuri masalahnya dan ketiga sahabatnya itu.
Napas Maura tersengal-sengal saat ia sudah sampai di kelasnya. Semua mata yamg berada di kelas tertuju kepada Maura. Sedangkan Maura hanya memasang wakah kicepnya. Perlahan-lahan Maura memasuki kelas dengan langkah yang hati-hati.
Bisa Maura lihat, kilatan mata pak Fajar terpancar amarah. Dan lebih sialnya lagi, Maura baru ingat bahwa HARI INI PELAJARAN PERTAMA ADALAH, PELAJARANNYA PAK FAJAR!!🔪🔪.
Skakmat untuk kesekian kali bagi Maura Wilona.
✌✌✌✌
"Kayaknya lo emang udah ditakdirin deh, selalu kena masalah dipelajaran pak Fajar." ujar Shafa sambil mengaduk-aduk jus mangga pesanannya.
"Iya deh ra. Kalo di pelajaran yang lain, lo kalem-kalem aja tuh. Ngapa di pelajaran pak Fajar, lo kena sial mulu." tambah Abigail.
"Bodo ah. Dikit lagi mau naik kelas, jadi terhindar dari pelajarannya dia." kata Maura.
"Eh ra, lo gak balikan ama kak Adit?." tanya Abigail tiba-tiba.
Maura membuat kerutan pada dahinya, "lo kesambet apa? Kok tiba-tiba nanya 'kek gitu?."
Abigail tampak menghembuskan napasnya, "kayaknya kak Adit masih suka sama lu deh. Masa daritadi ngeliatin lo mulu." jawab Abigail. "Lagian, lo juga masih ada rasa kan ama kak Adit?."
Maura terdiam sejenak. Kemudian, ia memutar kepala nya ke arah tempat Adit dan kawan-kawannya duduk. Dan saat itu juga, Maura tak sengaja mendapati nata Adit sedang menatap ke arahnya. Namun, dengan bersamaan itu juga, Adit langsung membuang pandangannya. Maura menautkan kedua alisnya dan kembali memutar kepalanya.
"Duh, lo mikirin perasaan mulu si. Mendingan lo mikir, buat UKK yang tinggal beberapa minggu lagi." ucap Maura mengalihkan pembicaraan.
"Halah. Pura-pura banget lo. Padahal hatinya berbunga-bunga gue bilang kak Adit ngeliatin lo." kata Abigail.
Maura menelan salivanya saat Shafa mengatakan, "hati-hati lo ra. Dikit lagi kak Adit mau lulus. Terus nanti jarang ketemu, entar nyesel loh."
"Ya 'kan emang udah kayak gitu. Dia bakal lulus, terus lanjut ke kuliah, sibuk ngerjain tugas. Gue juga bakal sibuk dikelas sebelas.Jadi jarang ketemu. Lagian, gue udah nggak terlalu suka." ucap Maura.
Shafa dan abigail saling berpandangan, kemudian keduanya langsung tertawa--membuat Maura terheran-heran, "kenapa ketawa?." tanya Maura.
"Dibibir lo, lo emang bilang udah gak suka. Tapi, di hati lo, lo bilang lo sayang." ujar Shafa.
"Kurang-kurangin gengsi nya ra. Gengsi kok tinggi banget. Makanya suka bingung sendiri." timpal Abigail yang membuat Maura terdiam dan sibuk dengan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise
RomanceDari sini kita tau, sesuatu yang melelahkan akan berujung manis.