"Woy, kalo main jangan pake hukum rimba dong...." suara itu membuat Viona dengan segera melepas jambakan nya.
Maura maupun viona dengan segera langsung menoleh kepemilik suara tersebut. Ternyata itu Rey.
"Rey?. " ucap Viona sambil menatap Rey.
"Masih jaman lu maen jambak-jambakan?. Jangan mentang-mentang lo udah jadi senior, dengan seenaknya lo bully dekel lo." sahut Rey yang membuat Viona dengan segera mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
Rey dengan segera meraih pergelangan tangan Maura dan dengan segera membawa nya meninggalkan taman belakang sekolah.Rey masih menggandeng tangan Maura. Bahkan Rey belum melepaskan genggaman itu saat mereka tiba dikantin--yang menjadi salah satu akses menuju taman belakang sekolah.
Dan dikantin, masih ada gerombolan Adit yang sedang berkumpul membuat keributan.
"Dit!." ucap Mario untuk dengan segera melihat apa yang sedang dilihatnya kala itu.
"Apa?." sahut Adit.
"Liat noh, ge-ce nyong."
"Apaan s---"
Rahang Adit dengan sigap mengeras. Adit melirik ke arah Rey yang sedang menatapnya dengan penuh kemenangan.
"Sial!." pekik Adit. Kalau ini bukan kantin ataupun bukan sekolah, Adit jamin Rey sudah babak belur.
Bukan karena perasaan nya yang masih melekit pada Maura ia menjadi sangat marah, hanya saja, Adit takut kejadian dulu terulang lagi. Dan menimpa Maura. Untuk Adit, cukup satu kali terjadi. Jangan sampai untuk kedua kalinya.
✌✌✌✌
Kringgg!.
Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi. Dengan segera, Maura dan kedua sahabatnya beranjak pergi dari kelas.
Tiba-tiba Maura menepuk jidatnya. "Astaga! Gue lupa."
"Kenapa ra?." tanya Abigail.
"Buku bahasa Indonesia catetan gue ketinggalan dikolong meja. Hmm, lo berdua duluan aja deh. Gue mau ambil dulu tuh buku." ucap Maura.
"Yaudah, kalo gitu kita berdua pergi dulu yak. Bye ra." pamit Abigail dan Shafa bersamaan. Kemudian pergi.
Maura dengan tergopoh-gopoh berlarian kecil menuju kelasnya. Sampai dikelasnya, dengan segera ia memeriksa kolong meja dan mendapati buku Bahasa Indonesia catatan nya. "Selamet." ucap Maura merasa lega.
Maura pun dengan segera berlari keluar kelas untuk bergegas pulang. Baru satu langkah keluar dari kelas, pergelangan tangan Maura ditarik oleh seseorang berbau maskulin, dan matanya ditutup oleh tangan orang itu.
"Tolong gu-- Hmmph!!." teriak Maura, namun mulut Maura pun dengan segera ditutup.
"Sst, ini gue Adit. Mantan lo." ucap Adit.
Ada rasa sedikit lega perasaan Maura. Ternyata itu bukan penjahat yang masuk ke sekolah, dan akan menyekapnya selama berhari-hari di gudang ataupun di tempat yang lain, seperti bayangan nya. Maura langsung meronta-ronta dan menjaga jarak dari Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise
RomanceDari sini kita tau, sesuatu yang melelahkan akan berujung manis.