Beberapa tahun kemudian....
Aku bakal sedikit bercerita panjang lebar. Mungkin ini terlihat seperti membosankan, tapi aku senang menulis ini. Karena aku merasa lebih lega saat aku menulis kaa-kata rindu untuknya.
Sebelumnya, aku ingin hanya ingin memberitahu, bahwa sekarang aku sudah lulus dari kuliah ku. Cepat bukan? Sangat cepat. Sekarang usia ku sudah dewasa. Usia ku sudah bisa dibilang lumayan mantap untuk menikah. Asal kalian tahu, hampir ada empat cowok yang melamar ku dan menyukaiku. Namun aku menolak mereka, bukan karena mereka buka tipe ku atau semacamnya. Aku hanya sedang menunggu seseorang yang sampai saat ini belum memberi kabar.
Baru kemarin rasanya aku masuk ke sekolah Cakrawijaya Bakti, dan masuk ke Universitas Indonesia. Namun sekarang aku sudah lulus dari kuliahku. Dan rasanya baru saja kemarin aku merasakan yang namanya pacaran serta mengenal seorang cowok yang pertemuan kami berdua terkesan tak menyenangkan untuk ku tersendiri.
Aku tersenyum-senyum saat mengingat sikap labilnya yang membuat ku sedih sendiri. Dan aku pun termenung sendiri saat mengingat bagaimana saat aku memutuskan hubungan ku dan dirinya dengan kebodohan ku sendiri. Ulang tahun ke 16 benar-benar bukan yang terbaik untukku.
Omong-omong mengenai peristiwa ulangtahun ku yang ke 16, aku jadi makin tambah rindu dengan sosok cowok yang kebiasaannya memakai jaket bomber kesayangannya. Yang terkadang memakai bandana, membuat setiap cewek mungkin anteng-antengnya melihat dirinya. Cowok yang sampai saat ini masih ada di hati ku, yang masih dengan senangnya bergerayangan dipikiran ku. Aditya Veron Hidayatullah.
Oh, Maura kau terlalu dramatis.
Aku masih mengingat betul bagaimana, ia menyuruhku untuk tidak berpaling terhadap cowok lain, dan menyuruhku untuk menunggu.
Aku sedang berusaha untuk tidak mengingkari janji yang ku buat dengannya. Janji, mengenai kesetiaan dan saling percaya satu sama lain. Namun, aku tak tahu dengan dirinya yang masih ingat dengan janji itu, atau sudah melupakan dan memilih bahagia dengan gadis lainnya. Sudah bertahu-tahun aku menunggu, namun sampai detik ini aku belum menerima sepeser kabar pun dari dia. Ya, dia sedang berada di Inggris. Sangat jauh dari jangkauan ku yang berada Indonesia, tepatnya di kota Jakarta.
Bodoh, aku akui diriku bodoh. Seharusnya aku peka saat dia mengatakan untuk menyuruhku menunggu dan tak perlu mencari kabar untuknya. Tapi, aku justru menganggap bahwa itu hanya perkataan yang main-main, namun ternyata itu sangat serius. Aku baru mengetahui tentang kuliahnya di Inggris, dari sepupunya Fania. Ya, sepupu yang pernah membuat ku merasa cemburu dengannya. Itu sangat memalukan. Oke, lupakan.
Aku mengetahuinya saat aku baru naik ke kelas 11, dimana saat aku mulai merasa kak Adit benar-benar tak ada kabarnya dan disaat aku tak sengaja bertemu dengan Fania di sebuah toko bunga saat aku membeli bunga untuk Ibu ku. Sedikit aku ceritakan.
"Fania?." ujar ku saat melihat seorang cewek berambut brunette sebahu. Yabg dipanggil lantas menoleh.
"Kamu? Maura kan? Pacarnya Adit." ujarnya.
"Lebih tepat mantan nya, hehe." koreksi ku.
"Oh, hahah. Maaf."Aku justru senang masih dianggap pacar.
"Gapapa kok. Santai aja."
Kami akhirnya terlibat dalam perbincangan yang lumayan lama. Sampai-sampai aku merasa haus. Namun dalam situasi perbincangan ini, aku bertanya tentang soal kak Adit.
"Fan, kira-kira kak Adit kemana ya? Kok gak ada kabar gitu." ujarku.
Fania tampak menautkan kedua alisnya dan menatap ku dengan raut wajah bingung(?). "Kamu gak tau?," aku langsung menggeleng. Karena aku belum tahu apa pun bersangkutan dengan kak Adit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise
RomanceDari sini kita tau, sesuatu yang melelahkan akan berujung manis.