Killa meraih knop pintu bercat abu-abu setelah urusan menabungnya di kamar mandi telah selesai.
Sesuatu telah menganjal begitu Killa menarik gagang pintu di hadapannya yang tidak bisa terbuka!"Fan buka!"
"Fandy!"
"Fan buka Fan." Killa mengetuk pintu itu dari dalam. Emosinya kembali naik bagaimana bisa jika ada orang di dalam tetapi kamar mandi dikunci dari luar.
"Fan cepetan buka lo denger gak sih!"
"FANDY, gue gak bercanda ya, bukain gak?" Killa meninggikan suaranya ketika keinginannya tidak mendapat respond.
"TIREK! Lo gak usah sok budek, bukain sekarang bego!" Killa mengedor-gedor pintu dengan keras, tidak berduli jika rusak atau apalah intinya Killa tidak terima terhadap perlakuan ini.
"Hihihihihihi, kak cinga yang betah ya di citu, Ian main dulu." Seru bocah laki-laki dari luar kamar mandi yang Killa yakin pasti si Bian nakal itu. Dari tadi dirinya berusaha menghindari Bian tetapi sialnya Killa justru dikerjain semudah ini. Tidak abangnya tidak adiknya sama-sama menyebalkan.
"Bian buka An, gue mau keluar, Bian bukain dulu, BIAN!" Sia-sia rasanya Killa mumukuli pintu, yang ada tangannya menjadi luka karena terus menghantam benda keras ini.
Killa mendesis pelan, dia tidak membawa ponselnya. Diliriknya arloji yang melingkar di tangan kiri pukul 08.15 p.m, dia yakin pasti Kevin sudah menunggunya. Tidak terasa dari jam 1 siang sampai malam Killa berada di rumah Fandy, jika saja di rumah Killa pasti sudah melaksanakan hobi tidurnya seharian penuh.
Bian berlarian menuju teras dengan nada ketawanya yang khas. Di jam seperti ini adalah jam dimana Bian masih keluyuran bukannya tidur! Sudah rutinitas setiap hari jika Bian akan jalan-jalan keluar dulu sebelum tidur apabila hal itu tidak dipenuhi maka dia akan mengamuk. Tadi Bian sudah menonton kartun dan acara kesukaannya dan sekarang adalah waktunya pergi keluar rumah!
"Mau beli es krim An?" Tanya Sakti seraya membuka pintu kulkas sambil menenteng gelas di tangan kirinya.
Bian yang berjalan sambil memegang mainan karet mendekati Sakti.
Es krim merupakan salah dari satu makanan yang harus Bian beli setiap hari di jam begini. Sakti hampir hafal jika dia menginap atau bergadang di rumah Fandy pasti Bian selalu meminta es krim!Bian mengangguk semangat. "Bang Andy mana? Ian penen ke malket depan cekarang juga!"
Sakti menuangkan segelas cocacola dingin ke gelas sambil menunggu Bian menyelesaikan ucapannya yang masih belum begitu lancar dan jelas. Sakti juga butuh beberapa waktu untuk mentranslate ucapan Bian supaya dapat dimengerti apa keinginannya.
"Gak tau tadi di kasur kok sama kak Killa, mungkin udah di depan!" Jawab Sakti. Fandy juga tau diri, semenjak Bian dititipin di rumah setiap malam dijam seperti ini Fandy sudah stay di depan rumah menunggu Bian.
Bocah kecil itu membalikkan badan melangkahkan kakinya ke teras depan, dia selalu semangat jika akan membeli es krim.
"Eh iya Ian lupa!" Baru beberapa langkah berjalan Bian kembali mendekati Sakti yang tengah menaruh gelas bekas minuman di atas kulkas.
"Kak Cakti kamal mandi itu lagi lusak jangan dibuka ya. Telus kalo ada suala dali dalem citu gak usah diperlduliin ya, itu suala lagu hapenya Bian yang lusak di dalem citu kak!" Tunjuk Bian pada kamar mandi dengan pintu abu-abu.
Sakti mengangguk sambil mengacungkan jempolnya pada Bian. Dia tau anak kecil yang sedang berada di hadapannya itu telah berbicara omong kosong, lagi pula mana mungkin Bian sudah mempunyai ponsel.
Bian mengacungkan jempolnya pula membalas repond dari Sakti.
"Inget ya kak Cakti apa kata Ian janan bawel nanti digigit cemut!" Teriak Bian sambil berlari ke luar rumah. Sakti hanya geleng kepala melihat tingkah Bian!
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Random#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...