33

3.2K 116 19
                                    

Killa mendengus pelan. Ini memang salahnya, tapi Fandy juga salah paham terhadapnya.

"Gue gak minta lo belain kok. Pembelaan itu tulus bukan karena diminta,"

Killa sadar dia salah, tapi Fandy marah. Killa tidak berani bahwa dia menyukai Fandy.

"Syukurlah kalo lo tau. Tapi tau aja nggak cukup, lo harus paham. Sesuai kata lo pembelaan itu tulus dan gue belain lo kemarin tulus bukan untuk lo salahin."

Aldo berdehem. "Ehem, sepertinya kalian butuh privasi. Mongo silahkan jangan di sini ngobrolnya."
"Silahkan sewa hotel bintang lima, lengkap AC, TV, kolam renang, cafe, karaoke dan WIFI." Timpal Sakti.

"Alamak WIFI? Buat apa pakce?" Tanya Aldo menggunakan bahasa yang uh entah dapat darimana.

"Ya siapa tau mau buka Youtobe streaming gini. OK YOUTUBE BAGAIMANA CARANYA MEMBUAT HUBUNGAN RENGANG KEMBALI LAGI ROMANTIS. Macam tu pakce, beta punya ide bagus kah?" Sakti ikut-ikutan ngelantur berbicara.

"Sumpah geli gue dengernya, tapi Aldo cocok sih. Berguru sama siapa?"

"Beta berguru dengan Upin Ipin di sekolah haha." Jawab Aldo sambil tertawa kemudian setelah itu dia mendapat jitakan keras.

"Lo lulus PAUD gak Do? Mana ada Upin Ipin begitu. Tak patut." Sakti geleng kepala, rasanya Aldo memang gila.

"Enggak lah kan gue TK bukan PAUD jadi gue lulusnya TK."

"Pantesan ya kasihan banget lo gak pernah PAUD, gak main prosotan dong?"

Aldo tertawa. "Pernah dong di kolam renang. Emangnya lo pernah PAUD?" Aldo balik bertanya.

"Enggak!" Jawab Sakti santai.

"Baguslah kalo nggak. Miris banget kalo lo masuk PAUD bosen sekolah masih bayi udah sekolah aja, gedenya belum tentu jadi Ilmuan."

Fandy yang dari tadi melihat aksi mereka kini mendadak bingung begitupula Killa yang berada di sampingnya.

"Apa hubungannya?"

"Ya dihubungin dong. Tanya nomornya berapa gampang kan?" Aldo memberikan jawaban pada Fandy.

"Kok gak nyambung si Aldo." Sinis Killa.

"Mungkin opratornya sibuk atau gak jaringannya 3G atau mungkin kouta abis coba lagi aja."

Sakti menepuk jidatnya, entah sudah berapa kali semenjak dia berkawan dengan Aldo ritual menepuk jidat sudah rutin Sakti lakukan.

"Sorry Killa, otaknya Aldo lama gak diservis. Udah sana cari tempat ngobrol sama Fandy." Pinta Sakti sambil menyengir.

Killa mengangguk, kemudia tatapannya beralih pada Fandy yang belum beranjak turun dari kursi.

Mungkin mereka berdua harus bisa menurunkan GENGSI masing-masing, karena gengsi dalam hubungan mereka sangat menyiksa.

Tidak ada gengsi hati Killa dan Fandy akan selamat. Yang menjadi masalah mereka tidak bisa mengendalikannya.

Mereka berjalan menyusuri tlotoar kawasan persimpangan kota, masih berada di jangkauan kawasan Dizle cafe. Belum ada percakapan yang keluar dari mulur mereka.

"Cewek kalo pake topi keren ya." Fandy membuka suara. Killa menoleh, percakapannya terdengar kikuk sekali.

Killa memegang topi yang terpasang di kepalanya.

"Enggak juga sih, gue make topi kalo pergi sama abang doang nyesuain gaya."

"Tapi beneran cantik!" Fandy mengambil topi itu dari kepala Killa kemudian memakaikannya di kepala menutupi rambut.

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang