Today, about your smileツ
_Fandy♡_
Mata Fandy tidak lepas memperhatikan Killa dari ruang makan yang mondar-mandir sambil sesekali berteriak saat ada percikan minyak mengenai tangannya. Baginya itu sangat lucu, sesekali senyum Fandy terurai melihat kedekatan diantara keduanya. Oma dan Killa.
Jika mamanya sendiri tidak bisa menerima Killa, setidaknya Oma suka akan wanita pilihannya itu. The power of Akilla gesrek.
Fandy mengubah posisi duduknya, ada telepon masuk. Dengan lentur tangannya terulur untuk mengambil benda kotak itu di atas meja.
"Woy, lo minggat kemana anjing. Pak Virdaus nyariin, sekarang juga lo harus balik ke sekolah. Kalo enggak....."
"Gausah ngegas bangsat!" Fandy segera memotong ucapan Aldo dari balik sambungan telepon, kupingnya terasa panas saat Aldo mengatakan Woy dengan segenap teriakannya. "Bilang aja sama Pak Virdaus, gue lagi sunah rosul di rumah Oma gue. Dan satu lagi, mintain surat ijin buat Killa juga."
Setelah mengatakan keinginannya, Fandy langsung mematikan telepon secara sepihak, dia yakin di sana Aldo pasti sedang teriak-teriak tidak terima diperlakukan seperti ini. Dan satu lagi, dalam hitungan detik pasti lelaki itu akan kembali menelpon dan marah-marah menyuruhnya kembali ke sekolah saat itu juga.
Benar saja, baru beberapa saat Fandy menaruhkan ponselnya di meja, benda itu kembali berdering. Sekilas Fandy melirik, tubuhnya baru saja ingin loncat saat nama Bokap ke dua tertera di ponselnya.
"Astaga Bapak tiri gue nelpon. Bangsat Aldo!" Fandy berpikir sejenak, apa yang harus dia lakukan dengan panggilan Pak Virdaus. Menjawabnya itu berarti dia harus kembali ke sekolah sekarang atau tidak dijawab untuk menerima hukumannya besok. Tidak mungkin kan acara sunah rosulnya batal begitu saja, apalagi kalo mengingat usaha membawa Killa datang ke tampat ini, itu semua butuh ecting yang menghayati agar bisa menipu satpam sekolah. Entah sejak kapan, nama kontak pak Virdaus dia ubah menjadi Bapak tiri.
Tapi, bagi Fandy ini bukanlah hal yang sulit. Mengabaikan guru BK yang amat menyayanginya itu bukanlah perbuatan zholim apalagi dosa. Jadi biarkan saja Pak Virdaus kelabakan sebentar. Fandy bisa tanggung jawab besok. Paling juga disuruh membersihkan toilet. Itu mudah yang penting sekarang dia harus berbaikan dulu.
Setelah seselai dengan urusan sekolahnya, Fandy kembali memperhatikan Killa, tanpa dikomando kakinya menuntun bandan supaya lebih dekat dengan gadis yang sedang meringis dan meniup tangannya. Sudah ditebak hal yang tidak diingkan terjadi, Fandy terkekeh sambil geleng kepala.
"Gitu aja panik, sini." Dengan sigap Fandy menarik tangan Killa ikut meniupnya dengan pelan, dan rasa tulus, sampai membuat Killa sempat membeku. Tangan Fandy mengusap lembut jari Killa, mulutnya tak henti mengeluarkan udara, meniup sedikit cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Random#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...