58

3K 76 3
                                    

Hello guys, balik lagi di cerita ga jelas dari Author yang labil.
Jangan lupa cek workku ya.

Salam:* laffyouu

Salam:* laffyouu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak perlu dikatakan, perkataan tempo lalu saja sudah mampu menjelaskan siapa dia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak perlu dikatakan, perkataan tempo lalu saja sudah mampu menjelaskan siapa dia?


Setelah memarkirkan mobilnya Fandy buru buru ke kelas untuk menemui Killa. Semenjak di perjalanan dia sudah mempersiapkan banyak kata-kata untuk menjelaskan kejadian semalam di kafe. Fandy sampai lupa sendiri kalau dia punya janji untuk menjemput Alika. Entah pikirannya sampai buyar, dia ketakutan sendiri kalau Killa buru-buru mengambil kesimpulan kalau apa yang dikatakan Fandy tadi malam adalah suatu kebenaran bahwa Alika adalah pacarnya.

Bisa-bisa gagal acara balikan dia dengan Killa jika begini ceritanya. Di tambah ada Kevin, Fandy yakin pasti lelaki itu sudah meracuni Killa dengan berbagai omong kosong belaka. Sial!

Biasanya jam segini Killa sedang duduk di gazebo tempat mereka nongkrong sebelum masuk kelas. Tanpa basa-basi lagi tempat itu merupakan tujuan utama Fandy untuk menyusul Killa ke sana. Semoga saja dia masih sudi ke basecamp setelah apa yang terjadi.

Semalam saat Fandy ke rumah Killa hanya bang Fauzan yang menemuinya. Dia bilang Killa sudah tidur, dia baru pulang dan kecapekan tidak ingin diganggu. Fandy juga melihat ada mobil Kevin di sana. Dan pasti ini semua hanya akal-akalan Killa saja, menyuap bang Fauzan agar melarang Fandy menemui dirinya. Tapi setidaknya Fandy sudah tau kalau Killa ada di rumah tidak keliyapan sambil nangis. Nangis? Pasti, walaupun Killa orangnya udik, tapi Fandy yakin dibalik itu Killa adalah perempuan yang sangat pencemburu.

Sekarang, satu-satunya jalan adalah berbicara berdua saja. Tapi Fandy sendiri tidak yakin apakah Killa mau menemuinya.

"Kebetulan. Jodoh emang ga kemana." Pekik Fandy ketika perpapasan dengan Killa di persimpangan koridor.

Killa tidak menjawab, dia hanya buang muka dan berusaha menghindar dari Fandy.

"Sebentar La," cegah Fandy seraya menarik tangan Killa ketika dia melangkahkan kakinya berusaha meninggalkan persimpangan koridor dan ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Fandy.

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang