"Karin gue mohon ya jangan bilang sama Fandy tentang masalah semalem." Seru Killa dengan nada memohon seraya melangkahkan kakinya ke kelas. Dia tidak ingin Fandy tau!
Karin terdiam, kenapa pula Killa harus menyuruhnya melakukan sesuatu seperti itu. Karin tidak akan bisa, dia sudah berencana untuk memberitahu Fandy tapi mengapa Killa justru melarangnya.
"Rin, lo denger kan?" Killa mengoyang-goyangkan bahu Karin.
"Ish apaan sih Killa!"
Killa mengerucutkan bibirnya terhadap respond Karin. "Jangan bilang Fandy!" Killa mengulang permintaan tadi pada Karin. Mungkin Karin si penggila Make Up itu tidak akan mendukung keputusan konyol Killa ini.
"Gue harus bilang Killa, ini gak bisa dibiarin. Lagian kenapa sih Dinda girang itu harus balik lagi ke sini. Udah baik dia enyah ke Jerman!" Karin merasa sewot teriak-teriak tidak karuan karena Dinda berada di lingkungan ini lagi. Padahal dia sudah merasa puas akhir-akhir ini tidak ada Dinda. Setidaknya Karin tidak mempunyai pesaing berat.
"Lo gak bisa gitu dong Karin, katanya lo temen gue. Lo harus bantuin gue, lo tau kan abang gue yang jadi anceman di sini. Gue sayang sama dia Rin! Gue gak akan rela kalo abang gue diapa-apain sama cewek receh kayak Dinda."
"Iya juga sih kasihan abang lo. Sayang gantengnya! Tapi gue gak janji ya." Jawab Karin jujur. Dia juga tidak akan setuju jika Dinda mendekati Fauzan si Skater handal nan ganteng itu.
"Tapi lo gak perlu jauhin Fandy terlalu over gitu deh. Gak tega gue sama Fandy!" Karin terus terang mengingat kejadian Fandy saat di kantin tadi ketika dia berusaha mendekati Killa justru tidak di respond.
"Udah deh Rin, gak usah dibahas!" Killa menghempaskan tubuhnya di kursi dan memasukkan bukunya yang berada di meja. Dia rasa kali ini Killa harus pindah habitat lagi menjauh dari Fandy. Agar semuanya baik-baik saja. Ya baik-baik saja! Perasaan Fandy baik, perasaan dirinya juga baik.
"Siapa yang tidak masuk?" Baru saja Killa ingin berdiri mencari bangku baru tapi di depan kelas sudah berdiri Pak Heru, guru itu menghentikan niatan migrasi Killa.
"Jam berapa sih? Kok Pak Heru awal banget datengnya?" Tanya Karin pada Killa. Padahal di pergelangan tangannya sudah melingkar arloji pink tapi masih saja bertanya. Killa hanya angkat bahu tanpa menjawab.
"Siapa yang tidak masuk hari ini?" Tanya Pak Heru lagi. Killa memutar kepalanya memeriksa siapa yang tidak menghadiri kelas hari ini, setaunya hari ini kelas nihil hanya dirinya saja tadi yang bolos pada pelajarannya Bu Berta.
"Kecengan lo belum masuk!" Bisik Karin pada Killa, gadis itu mengangguk dan menoleh pada bangku yang ada di belakangnya. Killa tersenyum mengingat kejadian tempo lalu tentang usaha Fandy untuk mendapatkan bangku itu. Ketika dia berebut dengan Ucup!
"Pak roda bajaj belum masuk. Semua tiga-tiganya." Adu Karin pada Pak Heru.
"Ish lo apaan sih!" Killa menyenggol bahu Karin.
"Nah apaan apanya? Mereka emang roda bajaj." Jawab Karin santai. Pak Heru yang memberikan label itu pada mereka bertiga! Semua ada alasannya, tidak seenaknya saja Pak Heru memberi label itu. Roda bajaj diberikan karena mereka selalu bertiga kemana-mana, bertiga nakalnya, bertiga rusuhnya sudah seperti roda bajaj.
"Roda bajaj lagi? Kemana mereka? Merusak tembok sekolah? Kabur?"
Semua murid terdiam. Selain mereka tidak tau mereka juga tidak berani mengadukan Fandy CS pada guru atau mereka akan mendapat masalah.
"Baiklah lupakan roda bajaj saya juga sudah muak dengan mereka. Sekarang kumpulkan tugas bahasa penelitian kemarin!" Perintah Pak Heru.
Killa mendadak gugup dan panik ketika Pak Heru menuyuruh tugas diserakahkan sekarang. Dia belum menyelesaikannya, kemarin dirinya dan Fandy pergi ke Mall dengan Bian! Sekarang bagaimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Random#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...