_Maafkan aku, membunuhmu lewat Drama_
Tertanda : AkillaFandy memarkirkan mobilnya di depan apartemen mewah milik orang tua Alika. Dia menghela napasnya, sebelum kemudian masuk. Semoga saja Sakti benar-benar menjemput Killa tadi.
Sebenarnya Fandy tidak ada nafsu sedikitpun untuk memijakkan kakinya di bangunan ini, tentu dia akan lebih senang mengantar MANTAN pacarnya yang teramat masih disayangi itu untuk pulang ke rumah. Apalagi jika harus bertemu dengan penunggu apartemen ini yaitu si bayi perempuan Alika.
Tapi mungkin ini yang terbaik, ingat ya hati yang sudah terlampau kecewa hanya memikirkan balas dendam. Mungkin Fandy berpikiran untuk membuat Akilla merasakan ini semua. Sakit anjir, kuadrat kubik sin cos tan, dengan melibatkan Alika karena dia tau bahwa si MANCAR atau mantan pacar sangat alergi dengan Lika.
"Ka Fandy." Alika berlari memeluk Fandy di depan ruang tamu begitu dia masuk ke apartement. Alika sangat berlebihan seperti baru bertemu satu abad dengan Fandy, serasa rindu berat padahal yang seperti ini terlalu lebay. Memang lebay ya tapi dia sudah biasa dari mulai dicium dadakan di sekolah.
Kemudian, ada dua orang yang duduk di kursi sambil tersenyum ke arah Fandy, kehadirannya seperti telah ditunggu dari tadi. Dia adalah teman mamanya. Orang tua dari perempuan bayi yang sedang mendekap tubuhnya saat ini.
"Tante, om pulang kapan?" Sapa Fandy dengan sedikit basa basi, Kemudian mendekatinya, mereka baru saja tiba dari luar negri. Itung itung jaga image.
"Hei, kamu tampan sekali. Kami baru tiba semalam. Apa kabar?" Kata bunda Lika, "Dari tadi Alika nunggu kamu loh, kamu baru pulang?" Tanyanya setelah melepaskan pelukan dari Fandy.
Seperti itu, kenapa bisa perempuan seperti Alika lahir dari rahim ibu yang baiknya seperti Tante Amira. Perhatian baik cantik, sayang sekali anaknya wakwau wadadaw amburadul.
Fandy tersenyum. "Baik tante, terimakasih. Fandy baru pulang kok langsung ke sini." Katanya, tatapan Fandy beralih pada lelaki paruh baya di depannya, "Om." Sapanya.
"Kamu udah besar ya." Kata Om Arman sambil menepuk nepuk pundak Fandy. Ah serasa drama jika seperti ini, mereka terlalu baik tidak mungkin Fandy menyakiti anaknya yang seperti bayi itu.
"Iyalah om masa mau kecil mulu, masa mau nakal mulu hehe." Jawab Fandy bercanda. Dulu sewaktu kecil Fandy memang bandel sekali. Btw dulu Fandy justru sering membuat Alika menangis, mencubit dan suka mendorongnya nah sekarang dia kena ulahnya sendiri.
"Haha kamu bisa aja. Makan dulu, setelah ini kalian boleh jalan-jalan. Belum makan kan?" Sambung Om Arman. Benar si Fandy memang lapar tapi tunggu dulu, apa tadi? Jalan-jalan? Kalian? Maksudnya Fandy dan anak bayi itu si Alika? Dari mana sejarahnya kalau mereka akan jalan jalan? Dari mana alamatnya kalau Fandy ke sini untuk jalan jalan dengan anak bayinya om Arman dan tante Amira.
"Loh katanya Alika mau ke dokter kok jalan jalan apa sudah sembuh?" Fandy menatap Akila meminta penjelasan kebenaran.
Alika tergagap, "Ee iya Bun kan Lika dari kemarin ga enak badan jadi mau dianterin sama Kak Fandy aja." Jawabnya sambil cengegesan.
Fandy mengangguk, tidak ada salahnya kalau harus mengantar bayi perempuan itu, lagi pula Fandy harus move on. Dia harus mencoba membuka hatinya untuk Alika. Salah sendiri Killa jadian dengan Kevin. Tidak ada salahnya kan kalau Fandy belajar menyukai Alika. Kalai Killa saj bisa berkhianat kenapa dirinya tidak. Lelaki paling tidak suka terlihat lemah.
Dan lagipula tidak ada yang baik baik saja setelah ditinggalkan dengan kebohongan kemudian didengarkan kabar kalau orang yang dia cintai memiliki mainan baru lagi.
Ya si Kevin memang cocok dianggap mainan barunya cewek seperti boneka barbie contohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Acak#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...