Ini hari minggu. Tadi malam Fandy bilang akan datang ke rumah Killa. Mengajaknya jalan-jalan dan meminta jawaban atas pertanyaannya kemarin malam.
"Killa keluar yuk." Teriak Fandy dari depan gerbang rumah Killa. Kira-kira ini pukul 6 pagi. Dan Fandy sudah berdiri di depan rumah Killa. Tentunya Killa belum bangun.
"Killa keluar dong. Ada yang nunggu nih." Teriak Fandy lagi.
"Killa ayo main lompat tali."
Fandy memandangi jendela kamar Killa. Belum terbuka, pintunya juga belum. Fandy ingin mengambil kerikil dan mengarahkannya ke sana. Kenapa cewek tidak tau diri sudah ditunggu lelaki tampan seperti ini justru belum bangun.
"Berisik. Mau apa?" Fandy menoleh ke sumber suara. Di sebelah kamar Killa ada abangnya yang sedang mengucek mata.
"Gila gila gila ada abangnya singa. Apa namanya ya." Fandy berbalik badan dan berfikir. "Ah truwelu. Ada truwelu."
Kemudian Fandy membalikan badannya lagi.
"Bang Killa ada?" Teriak Fandy.
"Gak, dia udah masuk lagi ke rahim ibunya. Balik sana."
Fandy garuk kepala. Dia harus apa kalau begini.
"Pulang sana. Ke sininya tahun depan." Kata bang Fauzan setengah mengusir.
"Iya bang tahun depan aku ke sini sebagai ipar abang."
Fandy membuka pintu mobilnya. "Bang, bilangin ibu Killa ya. Suruh keluarin anaknya lagi. Jangan dimasukin di sini udah ada yang jagain. Ganteng lagi." Teriak Fandy kemudian dia memasukki mobilnya dan bang Fauzan masuk lagi ke dalam kamar.
Fandy tidak pulang, dia hanya memundurkan mobilnya beberapa meter saja. Setelah beberapa lama Fandy memajukan mobilnya lagi tepat di tempat parkir yang tadi.
"Bang truwelu udah kayak benalu aja. Gak bisa liat iparnya bahagia. Lama-lama gue kasih obat hama. Kayakya truwelu gak cocok lebih cocok kunyuk."
Fandy turun dari mobilnya kemudian dia memanjat pagar rumah Killa. Tidak susah karena dia sudah berpengalaman naik turun pagar sekolah.
Rasanya Fandy sudah seperti orang jahat yang akan menculik Killa. Ini gila jika dia kepergok pasti akan dikeroyok. Rela tidak rela, kalian rela? Jangan kasihan Fandy dia itu tampan.
Fandy memandang ke atas dimana letak kamar Killa berada. Akhirnya Fandy memutuskan untuk memanjat pohon yang menghubungkan ke balkon kamar Killa.
"Ah selamat. Makasih, mau aku cium?" Tanya Fandy kepada pohon itu. Jika kalian di sana kalian akan menganggap Fandy gila. Tapi jika Killa yang ada di sana justru dia yang minta dicium.
"Killa." Fandy mengetuk pelan pintu kamar Killa dari balkon. Suaranya terdengar, berat dan lucu.
"Kill."
Dabel Kill."
"Tripel Kill."
"Quadra Kill. Maniac."
"Penta Kill."
"Ace!"
Sudah bisa ditebak bahwa Fandy memang gila. Semua istilah Mobile Legend dia gunakan. Maklum sudah pro.
"Killa, kamu tau nggak. Aku ke sini manjat pohon nanti turunnya gak tau loncat atau gimana. Kalau loncat kamu tungguin di bawah ya. Tangkep aku abis itu kamu peluk." Fandy bermonolog.
"Killa keluar dong. Pegel nih, kalo keseleo kamu harus mau pijitin."
"Killa kamu denger gak. Bukain! Aku dobrak nih. Tapi kamu yang harus benerin pintunya nanti kalau rusak karena aku udah capek ngedobrak."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Random#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...