Killa menatap Fandy dengan manik mata yang tidak bisa dijelaskan. Fandy yang ditatap seperti itu hanya bingung tidak mengerti. Kevin dan Karin sudah ke luar dari ruangan UKS.
Akhir-akhir ini sikap Killa memang mengalaukan perasaan Fandy. Membingungkan sekali, berubah-rubah tidak tentu seperti harga cabai pasar. Fandy menjadi pusing mengikuti alur Killa. Dia tidak tau apa sebenarnya yang Killa inginkan.
"Fan!" Setelah 15 menit mereka di dalam tidak ada yang membuka percakapan. Hingga Killa merasa canggung dengan keadaan seperti itu. Akhirnya dia memberanikan diri untuk membuka mulut.
"Iya."
"Gue mau ngomong sama lo."
"Gue udah tau."
Killa mendesis kesal. Ketika suasana canggung seperti ini saja Fandy masih bisa menunjukkan sikap menyebalkannya.
"Jangan di sini, gue gak nyaman. Ke taman aja!"
"Ke kamar juga gue mau Killa, asal sama lo." Fandy tersenyum.
Sebuah senyuman manis yang baru pernah Killa dapatkan, senyuman tulus. Tapi Killa melewatkannya begitu saja karena dia tidak mau melihat wajah Fandy yang lebam."Iya. Lo mau, tapi gue harus mikir-mikir dulu buat ngajak lo ke kamar."
"Gue tunggu pemikiran lo, jangan khawatir."
Fandy membantu Killa berdiri. Dia juga menuntunnya keluar dari UKS.
Fandy membuka pintunya dengan hati-hati karena tangannya juga sedang memegang Killa.Fandy tidak tau hal konyol apa yang terjadi di depannya kali ini. Ketika dia membuka pintu bukannya angin segar yang menyambutnya, ini justru para kaum kepo yang berada di depan pintu. Mereka langsung tersungkur ke lantai begitu pintu terbuka.
"Aduuh berat." Desis Aldo yang berada di paling bawah, kemudian Sakti di atasnya dan kemudian Karin.
"Lo pada ngapain di sini?" Dengan wajah paniknya Fandy menatap mereka satu persatu.
Aldo hanya cengegesan tidak karuan begitu kelakuannya diketahui Fandy.
"Gue ngikutin Sakti."
"Sak lo ngapain di sini?" Tanya Fandy. Kini tatapannya mengarah pada Sakti yang salah tingkah.
"Ge-ge--gue ngikutin Karin." Alibi Sakti dengan gagap sambil menunjuk Karin yang sedang memikirkan alasan apa lagi yang harus dia berikan pada Fandy. Sialan Aldo dan Sakti memojokkannya di sini.
Ini sebenarnya murni kelakuan Aldo, dia yang meminta ini. Tadi ketika Karin keluar dari pintu UKS tiba-tiba Aldo datang dan memaksa untuk masuk dan bertemu Fandy. Karin sudah melarangnya, Karin juga sudah memberitahu jika Killa akan berbicara empat mata saja dengan Fandy.
Tapi, bukannya menurut Aldo dan Sakti justru semakin penasaran. Mereka nekat menguping pembicaraan Fandy dan Killa lewat pintu UKS. Karin yang ikutan penasaran akhirnya juga mengikuti ulah bodoh Aldo.
Nihil, yang mereka dapat bukan informasi tentang Fandy dan Killa, mereka justru ketahuan sedang menguping. Bukan hanya ketahuan mereka juga harus jatuh bersamaan di lantai, dan yang lebih sial Aldo yang harus menangung beban mereka berdua, padahal diantara Sakti dan Karin mungkin Aldo yang paling kurus. Tapi bukan berarti kerempeng.
"Karin. Lo ngapain?" Killa menatap Karin penuh selidik.
"Bebeb Karin, gue sama Sakti, lagi ngasah ketajeman telinga. Ah iya itu." Aldo yang menjawab. Tangannya masih terasa sakit karena tertindih badan Sakti.
"Nah itu bener banget tuh, Karina neneknya Raisa, sih Cina Jawa dan gue di sini itu lagi ngasah telinga biar gak tumpul." Sakti mendukung Aldo karena hanya itu alasan yang bisa muncul di otak cupel Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Random#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...