49

3K 117 2
                                    

Author ucapkan terimakasih untuk yang sudah berpartisipasi dalam cerita ini, tentang akilla dan Fandy.

Terimakasih untuk yang sudi kasih bintang dan melungkan jari untuk mengetik komentar. Tentunya bikin semangat, aauthor suka notifnya dibanjiri komen dari readers.

Apalagi kalau setiap kalimat/paragraf di komentari.

Karena banyak yang bilang next akhirnya author next 2 chpter sekaligus. DUA LOH DUA.

Dan sebagai imbalannya :v komen yang banyak.

Hari minggu, hari malas sedunia bagi Killa. Dia kembali menekuni hobi tidurnya yang diporsir sampai jam 12 siang. Tapi entah kenapa hari minggu ini dia hanya mampu sampai jam 9 pagi. Padahal semalam Fandy mengantarnya pulang dari pantai jam 11 malam.

"Semalem lo main di bawah pohon beringin ya?" Tanya bang Fauzan begitu melihat Killa duduk di ruang makan.

"Haha tau aja lo kayak peramal gadungan." Respond Killa sambil melempar sendok pada abangnya.

Kenapa kalau abis main di bawah pohon beringin? Tambah cantik begitu? Tambah rajin. 

"Jan ngamuk dong."

"Ya elo fitnah gue main di tempat sakral. Abang macem apa sih?"

"Macam-macam martabak, pop ice dan lain-lain. Lagian jam segini udah bangun."

"Emangnya gak boleh? Oh jangan-jangan lo gak mau gue bangun ya?" Tanya Killa sambil menunjuk abang Fauzan.

"Sensi amat lo. Iyalah haha."

"Sialan." Killa melemparkan buah yang berada di ranjang ruang makan tanpa jeda.

Suara pintu dari luar menghentikan rutinitas ribut mereka di ruang makan. Mereka saling terbengong untuk beberapa saat sebelum sinyal telmie mereka hilang.

"Buka sana." Pinta babang.

"Apa?"

"Buka budek."

"Hah?"

"Sempak lo."

"Porno!" Desis Killa.

Fauzan tertawa. "Eh gadis cantik bukain sana."

"Gak mau, palingan juga tukang setrika." Tebak Killa, dia yakin palingan juga memang tukang setrika yang akan mengambil baju.

"Buka babang aja lah, gue mau ke belakang dulu ambil bajunya."
Tanpa persetujuan Killa berjalan ke belakang. Dengan ini berarti abangnya yang akan membuka pintu.

Fauzan membuka pintu rumahnya, benar kata Killa, tampak seorang perempuan berdiri sendirian di sana. Fauzan tersenyum.

"Nih Killa tukang setrikanya dateng beneran." Teriaknya memberitahu.

"Yaudah suruh ambil bajunya sini."
"Ok gue bilangin dulu sebentar."

Baru beberapa menit, bang Fauzan kembali berteriak. Memalukan, cowok yang ya ganteng lah begitu lumayan tapi kelakuannya sama kayak cewek penggila make up. Berteriak tidak tau malu.

"Eh Killa itu tukang setrika apa bukan ya. Kok cantik!" Bang Fauzan menyusul Killa yang sedang berjalan ke ruang tengah.

"Ah masa, tukang srtikanya kan ompong, coba gue liat." Killa mengikuti abangnya, keluar rumah.

"Nah cantik kan." Fauzan menaik-turunkan alisnya pada Killa, setengah mengoda. Ini memalukan, pagi hari yang paling sangat amat memalukan dalam sejarah Killa. Mukanya mau ditaruh dimana.

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang