12

4.6K 191 22
                                    

Jangan lupa follow IG Akilla : Akilla_arvion dan Fandy : Fandy_bavinsta.

Area perkemahan masih sangat jauh sedangkan hari semakin larut. Matahati benar-benar sudah terbenam, angin mulai bertiup kencang membuat rambut Killa terhempas semakin kencang, dan semak-semak menjadi bergoyang.

"Lewat sini." Fandy manarik Killa menuju jalanan setapak yang lebih curam. Yang terpenting sekarang adalah sampai di tenda tepat waktu! Tidak perduli ini jalanan apa.

"What? Selera lo rendah banget sih milih jalanan jelek gini!" Gadis itu mendengus kesal begitu pandangan matanya menyapu detail kondisi jalanan yang sangat parah dari sebelumnya.

"Perhitungan banget sih sampe jalanan aja lo sambungin sama selera!" Emaknya Killa ngidam apa coba? Sampe yang keluar bener-bener spesies langka mirip sama Aldo yang engak jelas.

"Kalo lo gak mau ikut yaudah sono pegi yang jauh gak usah ngekorin gue mulu, ini jalas pintas bego biat cepet nyampe tenda. Emangnya lo mau di area parkir terus sampe malem hah? Gue sih males apalagi bareng cewek macem lo gini." Tanpa basa-basi lelaki itu segera berjalan menembus semak-semak kecil. Ia tidak memilih jalan yang sama saat mereka menuju area parkir karena menurutnya ini yang paling aman untuk Killa karena dirinya menyadari sesuatu.

"Yaudah tungguin gue kali, Woy tunggu!" Killa melepas alas kakinya, sejak tadi ia merasakan perih karena terlalu lama memakai sepatu tinggi dan berjalan dimedan yang terjal. Walaupun ia tau melepas alas kaki justru akan membuat kakinya lebih terluka apalagi dihutan seperti ini.

Fandy tidak mengubris Killa yang selalu berteriak. Mungkin ia harus memutuskan untuk ke dokter THT sepulang dari piknik.

***

Kevin berlari kecil menuju tenda wanita. Setiap tenda yang sudah tegak berdiri ia datangi untuk mencari sosok Killa yang sejak tadi ingin ia temui setelah mendirikan tenda tetapi ada saja urusan yang membuatnya harus menunggu.

Tidak ditemukan! Padahal ia sudah menahan rasa malu dengan mendatangi semua tenda satu persatu demi Killa tapi hasilnya nihil. Coklat yang ia bawa rasanya menjadi sia-sia, hampir meleleh karena dibiarkan dalam udara panas.

"Kevin?" Karin mendekati pria itu dengan tatapan penuh selidik. Si pria jago basket yang hobby ngeskate tiap malem di dekat kawasan Dizle Cafe. Kenapa dia disini?

"Lo ngapain disini? Bukannya kelas lo masih pada sibuk-sibuknya buat acara nanti malem lawan kelas gue? Kok lo malah disini?" Karin kembali bertanya. Nanti malam akan ada acara didekat tenda seperti api unggun dan udah pasti Kevin bawa skateboard.

"Enggak kok, gue cuma liat-liat aja! Gue ke tenda dulu ya. Bye!" Kevin segera melesat dari hadapan Karin, sebelum wanita itu memberikan Bom question. Karin hanya geleng-geleng kepala melihat Kevin yang semakin menjauh. Ganteng tapi engak jelas!

***

"Tungguin gue songong!" Lagi-lagi Killa berteriak pada Fandy, entah ia yang selalu tertinggal dibelakang atau Fandy yang sengaja tidak menunggunya? Dan apa yang ada dipikirannya sekarang jalan berjinjit diatas semak-semak tanjam sambil menenteng sepatunya?

"FANDY! Gue timpuk pake sepatu nih!" Lelaki itu berdecak sebal, Killa sudah mengangkat sepatunya tinggi-tinggi.

"Apa sih tinggal jalan repot banget. Kenapa? Lo minta gue gendong lagi? Males capek, encok tau ngak. Bisa cepet bungkuk nanti gue! Lagian bego banget sih lo gesrek pake nyeker segala bener-bener oon lo ya!"

Killa menghela napas kasar mendengar argument yang keluar dari mulut Fandy? Siapa yang minta gendong lagi coba? Songong! biarin oon yang penting gue sombong dan masih cantik.

Setengah jam perjalanan, mungkin pemikiran Fandy sedang tidak beres bukannya cepat sampai justru semakin membingungkan begitu mereka menjumpai persimpangan jalan.

"Terus sekarang kita kemana?" Tanya Killa ketika matanya melihat jalan bercabang.

"Ke Antartika! Mana gue tau!" Jawab Fandy datar yang mendapat timpukan sepatu dari Killa. "Sakit bego!" Keluh pria yang sedang mengusap pinggang.

"Terus disini yang bener-bener bego itu siapa hah? Ini semua gara-gara lo tau ngak! Nyasar kan? Pokoknya lo harus tanggungjawab gue gak mau tau gimana pun caranya lo harus tangungjawab lo denger gue ka-?"

"Berisik!" Entah sudah berapa Kali Fandy selalu memotong ucapan gadis itu.

"INI SEMUA SALAH LO!" Killa meninggikan suaranya tak mau kalah.

"SALAH LO!" Pria itu kini juga tidak mau disalahkan.

"IDIH INI SALAH LO!" Killa tetap mempertahankan pembelaan diri.

"LO BEGO!"

"SALAH ELO SONGONG!"

"ELO!"

"HELLO, JELAS-JELAS INI SALAH ELO FENDOY!"

"YAUDAH DEH INI SALAH GUE!"

Hening mereka terdiam, Killa menang! Ia akan berhenti berkoar ketika kemenangan telah dirainya di garis finish dan bingo finish dari kemenangannya kali ini ketika Fandy Bavinsta mengakui salah! Fix mungkin dalam hati Killa sedang tersenyum puas.

"Ok berarti sekarang lo gendong gue lagi." Tangan Killa sudah bersiap untuk mengelayut pada punggung Fandy.

"Awh sakit kampret banget sih lo!" Gadis itu baru saja menerima sebuah hadiah kehormatan dikepalanya, sebuah jitakan kecil yang dilakukan dengan sengaja dan lembut.

"Ngomong aja dari tadi lo pengen gue gendong gak usah pake nyalahin gue. Kesannya kok gue rendah banget ya!" Sudah dijatuhkan dibuat mengaku salah diteriaki sepanjang jalan dan sekarang dimanfaatin.

"Ya lo gak usah pake jitak kepala gue kali." Killa melengos.

Kalah menang akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke area parkir dan melewati rute yang sama seperti awal mereka kesini. Sebuah kekonyolan aneh ketika perjalananya sudah hampir sampai mereka malah berbelok dan kembali ke tempat awal, area parkir!

***

"Apa pun yang terjadi,
Ku kan slalu ada untukmu
Jangan lah kau bersedih
Cause everithing gone be oke

Dengar resapi ucapkan dan jangan berhenti
Karena sebuah pertanyaan perlahan menyakiti merusak dan---" Aldo menghentikan nyanyinya kemudian berfikir. "Dan apa Sak? Gue lupa?"

Sakti yang tengah memetik gitar dengan nikmat langsung melemparkan kaleng minuman yang berada didekatnya.

"Dan lo kena timpuk kaleng! Tuh rasain. Nyanyi aja salah gimana bisa inget lirik. Menghampiri bukan menyakiti goblok!" Aldo hanya bengong masih tidak mengerti letak kesalahan liriknya dimana.

"Sejak kapan lagu ya sudahlah pas ngerap pake lagu bunga?" Sakti sangat geram ketika telinganya tiba-tiba merasa ganjal dan petikan gitarnya tidak sesuai karena Aldo yang salah lagu. Kenapa Ya sudahlah mendadak menjadi lagi Bunga ketika ngerap!

Aldo hanya cekikikan begitu mengetahui sisi kebodohannya. Padahal sejak tadi ia ngotot ingin menyanyikan lagu itu dan ternyata hanya membuatnya malu dan terlihat semakin bodoh.

"Hehe, laper jadi lupa!" Sakti bergidik ngeri ketika Aldo mengeluarkan senyum seperti itu. "Gue benerin deh. Satu dari sekian kemungkinan kau jatuh dan tanpa ada harapan saat itu raga ku persembahkan bersama jiwa, cita, cinta dan harapan. Sambung satu persatu sebab akibat tapi tenanglah mata hati kita kan lihat menuntuk ke arah mata angin bahagia kau dan aku satu, jalan selalu ada. Jika ku tau lagi problema kan terus menerjang---" Aldo menghentikan rapnya ketika menyadari dari tadi Sakti hanya diam sambil memandangnya garing.

"Gitarnya woy gitar mas gitar gue udah nyanyi." Protes Aldo yang lelah bernyayi tidak diiringi dengan gitar.

Vote dan coment.

Thank

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang