"Davin." Gumam Killa pelan. Refleks Killa segera memeluknya. Tidak salah kan? Dia membutuhkan seseorang yang bisa dia peluk sekarang, mantan sekalipun karena sejujurnya Killa masih sayang pada Davin mengingingat bagaimana dia pergi tanpa alasan dari Davin.
"Nangis sepuas yang kamu mau. Tapi balik sama aku ya Kia."
Ketika Davin menyebut nama Kia, hati Killa tiba-tiba terasa sakit kembali. Lebih sakit ketimbang dibuat kecewa oleh Fandy.
Killa mendorong tubuh Davin. Kesadarannya sudah pulih Teryata salah Killa memeluknya.
"Gue masih keren kan Kia? Masih ganteng kan?" Tanya Davin karena tatapan Killa telah naik-turun memeriksa penampilan Davin.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Killa sambil mengusap air matanya.
"Kangen."
Killa tidak yakin semudah itu alasannya untuk seorang Davin datang lagi dalam kehidupannya.
"Segampang itu lo ngomong kangen?" Cibir Killa.
"Ya gampang tinggal ngomong kok lagian bohong itu nyiksa Kia. Nyatanya emang kangen gue harus bilang apa?"
Killa geleng kepala. "Gue sama sekali gak ngerti dengan jalan pikiran lo Dav."
"Lo salah Kia. Pemikiran gue itu simpel. Gue sayang sama lo, posseive over protektif bukan suatu kesalahan. Itu kewajaran karena kecemburuan."
"Seperti yang lo rasain. Gue yakin setelah ini lo akan over protektif terhadap cowok yang bikin lo begini. Benar kan?"
100 untuk Davin. Benar. Iya Killa sudah mengatakannya sejak tadi bahwa dia akan melarang Fandy kenal pada Alika. Dekat dengan Alika.
"Beda kasus beda cerita Dav. Gue sama lo bukan karena masalah cemburu kan. Itu semua karena lo main belakang. Kampret tau nggak."
Semua luka lama terbuka. Bayangan Davin bersama perempuan lain di kafe remang-remang tercetak dalam pikiran Killa. Semuanya juga menyakitkan.
Killa memejamkan matanya mengusir semua ingatan buruk dulu.
"Harusnya La, lo kasih gue waktu untuk jelasin. Kenapa semua wanita selalu mengambil keputusan tanpa keterangan?"
"Gue gak butuh penjelasan."
"Gue bilangnya keterangan. Bukan penjelasan. Semua seperti itu ya La. Egois, berlagak sok padahal sebenarnya ingin tau apa yang terjadi."
"Apa yang terjadi?" Tanya Killa akhirnya.
"Salah paham. Itu aja. Simpel dua kata yang menghancurkan semuanya La."
"Gue gak suka La. Ketika pagi hari gue tau lo gak ada di kota gue lagi. Pergi tanpa jejak. Hilang tanpa kabar."
"Dan gue benci ketika tau lo nangis karena seorang cowok."
Davin menghela napasnya. Memberikan jeda pada ucapannya.
"Tapi gue juga bahagia. Karena ternyata cowok itu gak lebih berengsek dari gue nyia-nyiain lo bikin lo nangis." Lanjut Davin.
"Gak usah adu kambing Fandy."
"Oh namanya Fandy. Fandy sek? Fandy bang? Fandy njing? Yang ada juga adu domba."
"Kambing kan domba juga. Apa salahnya bervariasi. Gak melanggar hukum kok." Jawab Killa sedikit menyolot.
Davin mengangguk. Berdebat apapun pasti Killa yang akan menang dan harusnya begitu agar perempuan senang.
"Gue udah intropeksi diri La."
"Gak tanya."
Davin menoleh pada Killa. "Gue gak suruh lo jawab La. Tapi dengerin gue ya." Pinta Davin pada Killa.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Random#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...