Malam ini Killa dikurung di rumah oleh bang Fauzan karena dia melarangnya untuk pergi. Katanya tidak aman pergi bersama Fandy, karena Fandy itu tampan nanti adiknya sakit hati. Killa fikir alasan abangnya itu tidak resmi.
"Bang buka pintu dong. Emangnya Killa tahanan apa."
"Bang."
"Gak."
"Gue loncat nih dari balkon."
"Silahkan."
"Kok gitu sih. Mamah, abang buang aja."
"Silahkan kalo ada yang berani."
"Mamah gak jadi. Jangan dibuang, masih berguna buat ngerepotin Killa."
"Pinter banget lo."
"Kalo pinter bukain dong."
"Justru karena lo pinter gak gue bukain."
"Berarti gue harus bodoh?"
Tidak ada jawaban.
Killa mengambil buku catatan pelajaran Geografi kemudian melemparkannya lewat ventilasi jendela kamar hingga bukunya jatuh tepat di depan Fauzan duduk. Dari tadi Fauzan memang duduk di luar kamar Killa sambil berjaga-jaga.
"Bang liat nilai geografi gue. Udah bodoh belum? Kalo udah keluarin."
Fauzan membuka buku itu. Dia tersenyum meremehkan.
"Jelek banget, bego yang sepesial dari lo itu apa coba. Oon iya, telmie iya, cerewet iya. Keluar deh sana belajar sampai Antartika bawain ilmu abis itu digoreng terus dimakan jangan lupa minum biar gak keselek." Fauzan merogoh sakunya dan membukakan pintu kamar Killa.
Adiknya itu terkekeh. Abangnya masih sama suka melantur kalau bicara.
"Gak cocok bang. Baca puisi kok di sini."
Ketika abangnya sudah keluar dari jalur nyelenehnya Killa justru memberi mumbu ngawur lagi.
Fauzan mentoyor kepala Killa. "Puisi dari mana bego. Amit-amit."
Killa hanya cekikikan. Bodo amat, itu tidak penting.
"Apaan, cantik banget. Sok feminim, ganti jangan pake dress ginian."
Ketika Killa melangkahkan kakinya ke luar, bang Fauzan lebih dulu mencegahnya. Tatapan matanya menyapu penampilan Killa.
"Udah pinter pake yang mini-mini lo ya. Tinggal mangkal aja, hebat adek siapa si ha pinter banget ngalahin Profesor."
Killa memukuli abangnya itu. Dia tidak terima dengan kata-kata mangkal yang Fauzan ucapkan.
"Mamah transfer lakban. Abang kebangetan sama adek sendiri. Masa Killa dibilang jelek, katanya Killa mirip tante yang mangkal. Katanya mah, Killa disuruh kerja di diskotik sampe malem, terus kalo nolak Killa gak dikasih makan sama uang jajan."
Killa menekan tombol rekam pada WhatsApp dan mengirim pesan suara itu pada orang tuanya.
Bang Fauzan hanya diam sambil memandangnya garang.
"Abang gak cocok jadi kak Ros, jadi gak usah sok berlagak seperti dia yang marahain adeknya. Lagian abang cowok."
"Eh cowok bukan si?"
Fauzan masih diam, tapi tatapannya semakin tajam memandang Killa.
"Udah ngadunya? Puas? Suka? Bahagia? Seneng? Menang? Sini bayar."
Killa melongo. "Baunnya kayak bau-bau tukang palak nih. Serem bang, Lucu banget sih kayak marmut. Dikira Killa takut."
"Ah takut banget sih sebenernya. Tapi karena gak jago galak jadi gak takut."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Acak#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...