6

6.4K 335 83
                                    

Next part!
Jangan lupa vote dan comment ya. Semoga suka. Banyak typo!

Happy reading

***

Berdiam di rumah merupakan hal yang jarang untuk Fandy lakukan. Hobinya petakilan, bodoamat mau bilang Fandy cabe-cabean atau apalah intinya dia suka keluar malam dan itu wajar. Dunia malam Fandy jauh lebih menarik melebihi konser di Simpang Lima ataupun pantatnya cewek yang menggoda. Alasan berfaedah seperti itu yang membuat Fandy lebih sering di luar rumah walaupun hanya sekedar kumpul dengan club, makan di Cafe dan jalan.

Dia sudah rapih dengan kaus dan kemeja yang segaja tidak dikancing. Celana jeans yang tidak terlalu ketat di kakinya dan tatanan rambut yang cool membuat Fandy semakin tampan, anak belia juga tau kalau cowok itu tampan. Aldo dan Sakti sudah menunggunya di Dizle Cafe tempat elite, dimana banyak para muda-mudi berkumpul di sana. Banyak bitch juga.

"Mau kemana den?"

Fandy yang terburu-buru munuju garasi langsung menoleh.

"Mau bookingin cewek buat Aldo bi. Mau nitip?" jawab Fandy pada bibinya. Dia segera mengambil kunci yang tergeletak di samping guci. Seorang wanita paruh baya yang tadi menanyainya geleng kepala. 

***

Opini Killa pindah sekolah itu bisa menjadi lebih baik lagi, tapi faktanya ini justru lebih parah. Niatnya menghindari bentrok justru sering berantem. Apalagi dengan cowok satu kelasnya itu.


Fandy, dia yang sering membuat ulah dengan Killa. Sebenarnya sangat malas berurusan dengan lalaki songong yang bego dan tidak mau mengalah. Melihat sikapnya saja Killa sudah tidak suka. Pengatur. Sok mengatur jadi aja calon kondektur yang pipinya kendur.

Kalau boleh jujur ya, Killa sama sekali tidak ingin punya masalah dengan si Fandy itu karna membuat Killa minder. Jika cewek lain berharap bisa dekat dengan Fandy, maka tidak dengan Killa yang sejak awal tidak suka dengan lelaki tampan yang Bad.
Davin, mantannya yang tampan itu baik tapi tidak buruk kelakuannya.

***

Blue Lamborghini yang ditumpangi Fandy meluncur mulus melewati padatnya kota malam. Mobil sportnya itu sudah jarang digunakan karena bosan! Dan akhir-akhir ini dia sedang merenggek pada Daddynya agar dibelikan Porsche silver.

"BUSET! Rame bener kayak antrian toilet umum." Fandy memasuki kawasan Cafe yang sudah padat oleh berbagai kalangan dan model remaja. Ada remaja waras ada remaja kurang waras dan ada remaja kurang ajar. Kalau dirinya sendiri masuk dalam tipe remaja cogan wkwk.

Fandy menyapu pandangan sekitar. Sama saja bikin masalah kalau dia keluar sendirian dari mobil, yang ada akan ditarik kesana kemari oleh geng cabe di sini. Tangan Fandy menggambil ponsel dari saku celananya, mencari nomor dalam kontak ponsel barangkali ada yang bisa dihubungi dan dimintai bantuan. Rasanya untuk masuk ke dalam kafe saja perjuangannya sangat berat.

"Lo dimana Cina Jawa?"

"(...)"

"Gue udah di parkiran, susah cari tempat rame banget. Kalau sayang sahabat buruan sini."

"(...)"

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang