52

2.8K 110 5
                                    

Vote dulu sebelum baca. Jangan lupa tinggalkan komen.

Update telat baru buka. Kirain udah dipublish ternyata disimpan doang wkwk.

Btw partnya panjang tolong lah banjiri komen biar cepet next

Jangan berpaling, setialah jika ingin bahagia.

Bukan tidak setia, berpaling karena ingin jauh dari masalah.

Setelah Fandy memasuki Dizle kafe, Killa langsung berlari meninggalkan Davin. Kata-kata Fandy barusan begitu lembut tapi menyakitkan. Yang menyesalkan untuk Killa kejadian ini bukan bagian dari rencananya.

Tadi Davin memaksa Killa untuk ikut ke Saktepark menyusul bang Fauzan karena katanya Dinda udah balik lagi ke Indo. Tapi sepertinya itu juga akal-akalan Davin saja yang niatnya hanya ingin mengajak Killa keluar karena sudah dua hari ini Davin melihat Killa hanya diam di rumah. Bukan salah Davin, dia tidak tau masalahnya. Niat Davin juga baik dia ingin membuat Killa tersenyum.

Davin tidak mengejar Killa. Dia lebih tertarik untuk menghampiri seorang lelaki yang katanya Fan Fan tadi. Siapapun itu jika lelaki melihat perempuan menangis pasti tidak akan terima. Seperti Davin, ada seorang lelaki yang membuat Killa menangis maka dia tidak terima itu. Tanpa sepengetahuan Killa, Davin menemui Fandy.

***

Setibanya di dalam kafe Fandy segera mengambil jaketnya dan langsung keluar tidak berpamitan. Tatapan Karin, Aldo dan juga Sakti menjadi bingung melihat Fandy yang seperti itu karena tadi dia baik-baik saja dengan percaya dirinya dia setia pada Killa seakan bangga memilikinya.

"Fan ada masalah Fan?" Tanya Sakti sambil berjalan di belakang Fandy.

"Gak. Sak, gue balik duluan. Gak usah ikut." Kata Fandy yang dibalas anggukan dari Sakti kemudian dia kembali ke sofa dimana Karin dan Aldo masih duduk di sana.

"Fandy kenapa?" Aldo gantian bertanya.

"Gak tau. Mau balik laper kayaknya."

"Lah yang bener lo? Kebelet pup kali." Aldo masih tidak yakin.

"Gak percaya kejar sana."

"Eh Sak apa mungkin Fandy abis digrape sama cewek ya?" Aldo menebak-nebak.

Satu toyoran mendarat di kepala Aldo. Kali ini Karin yang melakukannya. "Emangnya Fandy apaan di garepe cewek jadinya galau. Mungkin mamanya nelpon disuruh jalan sama Alika. Lagian ya gak ada yang bisa bikin Fandy badmood begitu selain perintah dari mamanya."

Aldo mengangguk, penjelasan Karin ada benarnya juga. Ya mungkin karena Fandy di
suruh jalan sama Alika. Atau lebih tepatnya dipaksa jalan dengan Alika.

"Cogan itu banyak masalah ya. Eh beb untung aja cowokmu ini setengah setengah jadi netral." Kata Aldo membatin sambil berkata pada Karin.

"Setegah waras setengah enggak waras maksud lo Do?" Sakti mencibir. Ingat Aldo itu tampan, sayangnya bloon aja. Manis tapi kadang bikin neg karena terlalu manis.

"Setegah mateng aja sekalian. Lo ini serba ngerecokin argumen orang yang mau romantis."

Karin terkekeh, begini begitu menyebalkan, tapi cowok yang HUMORIS seperti Aldo itu yang Karin butuhkan.

***

Fandy memegang jaketnya sambil melihat ponsel. Dia menganti wallpeper foto Killa. Dibohongi lebih sakit dari pada diselingkuhi. Dan itu lebih bohong lagi. Semuanya sakit.

Ketika Fandy membuka knop pintu mobilnya, ada yang menarik tangannya. Tidak kasar, netral biasa. Fandy menoleh, wajahnya tidak asing.

"Ada masalah?" Tanya Fandy.

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang