62

6.9K 148 89
                                    

*Selamat Membaca*

Terimaksih orang spesial

With me, run with me, life with me, laugh with me with me with me and with me.

***
.
.
.

Fuck your handsome.
_Kegantengan lo
bikin hati gue patah_

Shitt, Karin mengangga saat Killa hanya lewat di depan warung Pak Somad tanpa melakukan sesuatu apapun terhadap Fandy. Dia bukan Karin yang harus merenggek saat Aldo mengoda cewek lain, membuat masalah, atau berantem dengan si cewek dengan jambak-jambakan, masuk BK kemudian musuhan.
Killa hanya ingin tau apa reaksi Fandy saat melihat kejadian seperti itu tapi memilih untuk diam. Killa ingin mengerti apa yang akan Fandy perbuat saat tau bahwa Killa berada di sana tetapi tidak melakukan apa-apa. Tidak perduli, seakan ini tidak ada sangkut pautnya dengan cinta mereka, kita lihat saja Fandy memilih siapa! Apa-apaan dia kegategalan di kerumuni lalat-lalat sialan yang so cantik.

"Ewh berengsek tae!" Di sepanjang jalan Killa mengumpat. Entah virus alay datang dari mana sampai membuat Killa mendadak jadi bucin. YAng jelas sekarang dia sedang merenggek tak karuan padahal biasanya dia tak semenyebalkan ini. Tak sememalukan ini pula.

"Ahhhhh fuck boy! Fandy bangsat lo Fan, t.a.i. juga." Desisnya mengulang-ulang ucapan kasar tadi. Killa mengatur napasnya. Emosi meluap begitu saja tak terkendali. Bahkan saat dia di rumah sekarang, mungkin Killa akan membanting apa saja yang ada di kamarnya.

"Gue pikun? Lemot apa lupa sih? Kenapa gak gue jambak cowok brengsek kayak dia biar gundul sekalian kan gada yang naksir, biar dia malu, bodoamat dibilang alay. Kenapa gak gue tinju biar monyong sekalian tu bibir kan ga laku. Tangan gue jadi nyesel gajadi nampar. AAHHH MOMMY!!!!" Teriaknya penuh sesal. Killa meremas wajahnya gemas. Dia benar-benar berlaku seperti anak kecil di kamar mandi sendirian, menginjak-injak lantainya dengan tak sabaran. Ingin bertariak, ingin menangis dan ingin menyanyi seperti lirik lagunya siapa itu yang lanjutanya namun air mata sudah tiada lagi.
Jujur saja sebenarnya dia ingin sekali menarik rambut semua wanita yang tadi ada di warung mang Somad tapi ya ada tapinya.

"Sumpah gue gakbakalan ngomong lagi sama lo Fandy! Lutung! Gue gak mau senyum apalagi ngeliat lo di kelas lagi. Syukur-syukur lo sakit sekalian." Teriak Killa di depan kaca sambil membenturkan kakinya ke tembok yang sebenarnya terasa sakit.

Gadis itu sekilas melirik pergelangan tangannya. Sialan, 5 menit lagi bel akan berbunyi. Di saat-saat seperti ini hatinya malas sekali bergulat dengan pelajaran. Coba Kevin sudah pulang, Killa pasti sudah membalas perbuatan Fandy saat ini juga. Sayang, lelaki itu dari kemarin masih betah saja di Bandung. Kak Fathan? Hari-harinya kini dia dedikasikan bersama Dinda. Syukurlah, semenjak kenal abangnya si jablay itu menjadi taubat. Jadi impas, Dinda tidak lagi menganggu Fandy.

"Apa lo liat-liat gue gak suka?" Ucap Killa mengatai bayangan dirinya sendiri di cermin. "Mau ngatain gue bego hah?" Katanya lagi dengan logat sinis. Kalau saja ada seseorang yang melihat kelakuan oon Killa pasti dia akan segera dikata orang gila.

"Lo emang bego, ngomong sendiri dari tadi, gue jadi takut temenan sama lo." Suara lelaki mengintrupsi Killa dari ruang sebelah. Suaranya berat, dengan nada kebadmood-an yang hqq. Tadinya Killa sempat merinding dan terkejud.

Dia berbalik mendekati asal suara tersebut. Satu persatu pintu dibuka, sejauh ini tidak ada seseorang. Tinggal sebuah pintu yang terletak di paling pojok. Killa yakin pasti orangnya ada di sana. Ya syukur kalo benar orang, nah kalau bukan? Dengan langkah mengerjab, kakinya dibiarkan melangkah dengan hati-hati sambil menebak. "Gue Aldo, bukan setan!" Tegas suaranya dari dalam mengetahui Killa yang mengendap-endap mendekatinya.

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang