28

3.2K 113 35
                                    


BRAKKK.

"Lo ngapain Killa?" Fandy memukul seorang lelaki yang sedang memegang bola basket di tangannya. Dio yang tidak tau apa-apa hanya tersungkur di tengah lapangan mendapat serangan dari Fandy. Di belakang Fandy, Aldo dan Sakti tengah berlari menyusulnya.

Semua murid keluar dari habitat kesibukkannya, mereka berlarian menyerbu lapangan utama. Ada Fandy di sana.

"Lo apa-apaan sih!" Dio mendorong Fandy tidak terima. Mereka menjadi tontonan di lapangan.

"LO NGAPAIN KILLA?" Fandy menggulang pertanyaan dengan nada membentak.

Dio mendesis. "Killa? Siapa sih lo perduli banget sama dia? Gue gak ngapa-ngapain Killa." Jawab Dio sinis.

Fandy mencekal kerah baju Dio dengan emosi. "Jangan jadi bangsat lo, kalo lo nggak ngapa-ngapain Killa mana mungkin dia sampe di UKS sekarang."

Karin yang mengatakan jika Killa berada di UKS.

"Santai dong. Dia yang jalan gak liat-liat main nyelonong lari aja ke lapangan, sampe gak tau ada orang main basket. Bukan salah gue dong kalo dia kena bola terus pusing? Apa sih lebihnya Killa, lo diapain sama dia sampe segitunya?"

Jelas Dio enteng. Memang itu kejadiannya, Killa berlarian ke tengah lapangan di saat posisinya sedang ramai. Pagi ini Dio memang sedang latihan basket, dia sampai berangkat pagi sekali demi latihan di sekolah. Minggu depan akan ada lomba dan Dio sebagai leader tim basket harus giat melakukan latihan.

"Jaga ya omongan lo, cuma kapten basket aja belagu sejagad." Sinis Fandy pada Dio. Dia tidak suka jika Killa dibicarakan seperti itu.

"Lo gak usah nginggung pengkat gue dong di sini. Emang kan? Lo itu bego. Emangnya Killa siapa lo woy sadar!"

Dio tidak akan terima jika pangkatnya dibawa-bawa dalam urusan apapun. Dio akan sangat marah jika seperti itu, dia akan marah dengan siapapun termasuk Fandy, orang yang selalu Dio hindari. Dio tau berurusan dengan Fandy itu terlalu rumit dan tidak bisa dijelaskan seperti rasa cinta yang tidak terungkap.

Satu hantaman sukses mendarat di pipi Fandy. Dio benar-benar tidak terima jika seseorang menyindir pangkat kapten yang dia dapatkan.

Cairan berwarna merah keluar dari sudut bibir Fandy. Rasanya asin, dan sedikit perih. Fandy juga tidak akan terima begitu saja jika dihina seperti tadi. Killa adalah orang yang Fandy sayangi. Butuh pengorbanan extra untuk meluluhkan hatinya.

"Muna lo Fan, terlalu egois. Gak mikir. Gue gak ngapa-ngapain Killa. Emangnya gue ngehamilin dia."

"Berengsek." Umpat Fandy.

Dio sendiri tidak sadar jika melakukan itu pada Fandy. Dia tidak ingin membuat masalah, tapi ini sudah terlanjur.

Aldo dan Sakti hanya diam di belakang Fandy. Dia tidak akan ikut campur jika Fandy sedang seperti ini. Jika mereka sampai ikut campur maka Fandy akan marah. Ini 1v1, dan Fandy tidak menerima segala bentuk bantuan.

Entah siapa yang memulai lagi sekarang mereka sudah saling pukul. Fandy terlihat kalap tidak terkendali, ini di luar batas kesadaran Fandy karna emosi. Tidak ada yang berani menghentikannya termasuk Aldo dan Sakti, atau Karin sekalipun. Mereka terlalu takut untuk melerai Fandy yang sedang emosi.

Siswa perempuan yang melihat adegan ini hanya berteriak-teriak tidak terima jika mereka terluka. Dio juga salah satu lelaki yang mempunyai fans perempuan banyak karena kedudukannya sebagai kapten basket di sini. Sedangkan siswa lelaki justru menyemangati mereka.

Bu Dessy dan Pak Virdaus mendatangi tempat keributan. Tidak ada yang mengadukan kejadian ini sebenarnya, tapi guru BK sudah tau karena siswa perempuannya terlalu recok.

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang