Dear pembaca mungkin ini lebay terlalu dramatis. Tapi gimana lagi baca aja.
"Ayo kak aku mau pulang. Aku capek. Ini semua karena kak Killa." Alika tetap memeluk tubuh Fandy. Tadinya tangan Fandy hanya diam tapi kini dia sedikit menenangkannya.
Tangan lelaki yang sedang dipeluknya kini membelah lembut rambut Alika. Memang susah untuk dijelaskan, dia tidak bisa terlampau begitu saja tidak memperdulikan Alika. Sekali lagi ini merupakan tanggung jawabnya.
"Diam Alika, gak usah nangis." Kata Fandy berusaha menenangkan dengan lembut. Sebenarnya dia sendiri tidak terima dipeluk seperti ini tapi mau bagimana lagi.
Hati dan perasaan tidak bisa ditipu, bagaimanapun juga Fandy terus memikirkan Killa, si gadis yang menyandang sebagai kekasihnya itu. Seorang perempuan yang harus dia jaga.
Jika saja Alika tidak melarangnya dan memohon agar Fandy tidak mengejar Killa pasti dia sudah bersama Killa sekarang dan menangkannya. Memang sulit, di sisih lain Fandy harusnya memilih Killa tapi di sisih lain dia terjebak oleh permintaan.
"Pulang ya. Sama Sakti, aku gak bisa nganterin kamu. Ini urusan penting Lika. Kamu gak ngerti, maafin aku ya."
Sakti berlagak gelagepan mencari alasan sewaktu Fandy meminta Alika satu mobil dengannya.
"Ehh. Gak, jangan! Gue gu gue mau isi bensin. Ah mau service mobil. Oh iya mau nganterin cewek gue." Kata Sakti penuh 1000 alasan.
Fandy yakin 100% bahwa itu bulshit permanen. Sakti itu belum punya cewek.
"Sak tolonglah. Gue ada urusan. Gak mungkin gue lepasin singa malam-malam begini nanti dia diburu sama orang yang tidak bertanggung jawab gimana?"
Sakti menggeleng. "Gak sorry markoni bulgary. Nanti mobil gue goyang kalo Alika pulang sama gue."
"Yeee sange lo." Fandy menyikut Sakti dengan lengannya.
Fandy melirik pada pergelangan tangannya. Sudah jam 9 malam bagaimana dengan Killa.
"Aku ikut sama Kak Fandy. Kalau aku disuruh pulang sama kak Sakti mending aku pulang sendiri." Seru Alika sedikit memberi ancaman pada Fandy.
"Biarin aku digodain. Biarin kalau aku diperkosa sama banyak orang. Apa perduli kak Fandy. Gak kan? Orang yang cuma dianggap penting cuma kak Killa."
Alika berjalan menjauh dari Fandy. Yang dia lakukan sebenarnya hanyalah tipu muslihat. Dia hanya memanas-manasi saja.
"Oke! Pulang sama gue."
***
Baru kali ini Killa frontal menanggis karena Fandy. Sebagai perempuan tidak ada yang akan rela kekasihnya peluk-pelukkan di depan matanya dengan perempuan lain yang notabenya dia benci.
Iya Killa membenci Alika. Tidak mungkin dia tidak menyukai seorang perempuan yang berani dekat-dekat dengan Fandy. Bodoh jika respond Killa biasa saja.
Yang lebih menyakitkan lagi ketika Alika menyuruh Fandy menampar dirinya sendiri. Dan jika sampai itu dilakukan maka akan menjadi bom atom bagi Killa.
Ternyata kecewa sulit dirasakan Fan, gue bahkan gak pernah punya minat untuk mengenal rasa kecewa atau bahkan ingin diberi rasa seperti itu dari kamu.
Air mata Killa terus saja mengalir di luar kendalinya. Ini berbeda situasinya sekarang Killa mencintai Fandy. Catat Killa mencintai Fandy.
"Gue gak mau tau gue dimana. Gue gak mau tau tempat ini serem apa enggak. Bahaya apa enggak. Ada singa ada mancan ada monyet apa gak gue gak perduli. Yang gue pengen lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Random#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...