51

2.9K 100 21
                                    

Fandy membawa coklat dan bunganya kembali ke mobil. Dia mendapat masseger dari Killa bawa hari ini dia tidak berangkat sekolah untuk beberapa hari ke depan. Fandy belum tau alasannya karena chat darinya belum dibalas lagi.

Sia-sia sekali rasanya, pengorbanan mengitari Plaza menjadi tidak berguna. Semalam tidak bertemu, hari ini yang seharusnya bisa berMESRAAN diundur.

Fandy mencoba menghubungi Killa, tidak ada jawaban. Dia kembali menyimpan ponselnya di saku, mungkin Killa masih di jalan. Tidak masalah, besok mungkin Killa berangkat dan Fandy bisa memberikan coklat dan bungganya pagi hari.

"Widih gimana cuk, bahagia dong kok malah cemberut." Sakti menempatkan tangannya pada pudak Fandy.

"Singa gak masuk masa gue harus jingkrak-jingkrak." Jawab Fandy datar tanpa ekspresi. Down, l e t m e d o w n.

Sakti menaikkan alisnya. "Ha? Ahahaha bravo."

Fandy langsung menyumpal mulut Sakti yang sedang tertawa dengan coklat batangan yang dia pegang tadi agar mulutnya bisa diam setelah itu Fandy meninggalkannya.

***
Semalam Killa hanya membalas chat Fandy satu kali saja. Yang isinya sebagai berikut .......

"Aku udah di Bandung baru nyampe. Btw oma sakit jadi aku lama di sini sekitar satu minggu."

Setidaknya itu cukup untuk menyembuhkan rasa kangen seharian penuh kemarin tidak bertemu.

Paginya Fandy mengajak Karin berbicara. Sejujurnya Fandy sedikit tidak enak perasaan, pergi tanpa berpamitan, tidak ada kabar. Tapi masih satu hari.

"Killa ke Solo belum balik?" Karin duluan bertanya begitu Fandy muncul di ambang pintung.

"Ke Solo matamu dia ke Bandung Aina bego." Aldo yang di sampingnya menjawab. Walaupun statusnya berpacaran tapi mereka menyukai seperti itu, dibilang bego budek intinya nyaman.

"Eh nama gue Karina bukan Aina Dina atau Ina, dasar lo Onta." Teriak Karin di telinga kekasihnya itu.

"Dasar microfon berkembangbiak." Umpat Aldo.

"Ah lagian Solo Bandung sama aja." Kekeh Karin. Ingat ya mengalah atau mengaku kalah bagi perempuan itu haram hukumnya. 

"Jauh Aina bego." Aldo menjewer telinga Karin. Cewek itu langsung heboh tidak karuan.

"Eh emangnya Killa punya Oma?" Fandy duduk di belakang Karin.

"Yaampun kalo gak punya Oma siapa yang ngelahirin emaknya si Killa terus gimana Killa lahir. Baru aja ditinggal dua hari ke luar kota udah gila aja lo." Sakti yang baru muncul langsung menyambung obrolan mereka. Kemudian lelaki yang tadi di mulutnya disumpel coklat telah duduk di meja.

"Eh Fan, lo selingkuh aja sama gue selama Killa di Bandung." Aldo menaik turunkan alisnya. Menjijikan.

Mata Karin langsung menatap ganas ke arah samping melihat sinis pada cowok yang kini cengegesan.

"Enak aja lo kalo ngomong. Lo selingkuh sama gue aja Fan." Kata Karin dengan suara yang keras.

"Lah kok begitu beb?" Protes Aldo.

"Lah emang kenapa?" Tantang Karin.

"Hehe jangan dong beb nanti aku gimana?" Renggek Aldo. Percayalah, cowok seperti Aldo ini sangat sepesial dia rela bersikap bodoh di depan Karin untuk membuatnya tertawa, ya walaupun cara itu belum ada yang berhasil. Aldo adalah lelaki yang paling sabar menghadapi Karin. Aldolah seorang cowok yang sangat pantas untuk Karin.

"Kamu selingkuh aja sama Sakti."

Tatapan Karin berganti pada Sakti. Selang beberapa waktu kedua lelaki itu bertatapan sebentar setelahnya saling bergidik ngeri.

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang