"Hai lagi singa!" Fandy menyungingkan senyumnya. Sejak kapan pria itu berdiri di depan tenda siap dengan ransel yang ia gendong.
"Udah siap? Sini gue bawain tasnya. Nanti cantik-cantik encok lagi." Tangan Fandy mencoba meraih tas black Elizabeth yang menggantung di punggung Killa.
"Gak usah tirek, gue gak mau tas gue ditinggal lagi kayak ransel pink gue yang nginep di mobil lo."
Killa berjalan menjauhi Fandy. Karin dan anggota yang lainnya sudah terlebih dahulu berkemas, hari ini Killa bangun terlambat lagi, dan itu merupakan alasan yang biasa.
Hari ini waktunya kembali ke rumah, ia sangat merindukan kasurnya dan juga apel yang berada di kamarnya. Yang lebih menyenangkan lagi, dia tidak perlu repot membenahi tenda karena Aldo dan Sakti sudah siap merapihkannya. Itu merupakan sebuah hukuman dari pembina karena mereka tidak mengikuti penjelajahan dan hanya tidur di tenda.Sampainya di lapangan perkemahan sudah sangat sepi, entah kemana para penghuni tenda sebelumnya, kini hanya terlihat Aldo dan Sakti yang ribut merobohkan tenda. Killa celingukan mencari Karin!
"Beb bantuin abang dong! Lelah."
Aldo merenggek pada Karin yang duduk di bangku panjang dekat pohon beranting, dimana waktu itu Aldo tidak bisa turun hingga terjadi adegan tarik menarik dengan Fandy. Killa tersenyum menginggatnya, Cina Jawa yang lumayan ganteng itu sangat stupid.
"What, what hello! Gak sudi, nanti tangan gue lecet." Tolak Karin sambil memandangi kukunya yang sudah cantik dengan hiasan warna-warni.
Perempuan rempong itu tidak ingin jika Aldo cibu merusak kuteknya lagi. Killa hanya cengegesan jika melihat mereka selalu bertengkar dimana Aldo yang selalu berharap dan Karin yang selalu acuh. Harusnya Aldo menyerah saja. Dia tampan banyak yang suka asal benahin dulu kelakuan anehnya.
"Yang lain udah pada jalan! Untung aja gue nungguin lo. Gak terkesan lo?"
Killa menoleh, Fandy di belakangnya tersenyum penuh arti.
"Gak perlu ditungguin juga gue bisa balik kali, lagian Karin juga nungguin gue!" Dengus Killa.
"Terserah deh! Ke mobil dulu yuk, ambil ransel pink unyu itu yang gue tinggalin karena warnanya pink."
Killa menatap Fandy tajam, jalan pikirannya sama sekali tidak mengerti dengan otak pria itu. Untuk apa mengambilnya? Acara sudah selesai.
"Itu ransel kakak gue, bukan punya gue!" Bantah Killa jengkel."Ya maksud gue itulah, ayok!" Fandy meraih gitarnya bersiap untuk kembali ke area parkir.
"ENGGAK!" Bentak Killa sambil mendekapkan tangannya di dada."Galak!" Desis Fandy.
Untuk beberapa waktu kedepan mereka terdiam, hanya suara desisan Aldo yang membawa perlangkapan tenda. Karin yang sibuk bersenandung sambil dandan.
Mereka berjalan ke area parkir semua siswa sudah berada disana! Sebenarnya Fandy sudah bilang pada Pak Eko jika dirinya akan terlambat ke parkiran karena ia membawa mobil sendiri tapi hal itu ditolaknya mentah-mentah menginggat kelakuan Fandy yang suka bikin masalah."Killa, gue pengen pelihara singa tapi yang enggak punya cakar!" Bisik Fandy. Killa mengeryitkan dahi, permintaan konyol macam apa lagi? Ia semakin dibuat risih dengan Fandy, semenjak di perkemahan lelaki itu selalu mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Diversos#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...