37

3.1K 121 17
                                    


Aku gak mau update kalo kalian gak mau komen. Terakhir update kayaknya. Dan aku gantung.

Selamat membaca.

Killa menyuruh Fandy untuk duduk di sebelahnya. Matanya kini terfokus memandang Fandy dengan lekat.

"Alika siapa?"

Fandy menghela napasnya kasar. Benar kan faktor utamanya adalah Alika.

"Kamu marah sama Alika?"

"Alika siapa?" Killa mengulang pertanyaannya lagi.

"Bukan siapa-siapa gak penting. Sekarang pulang ya!" Fandy berdiri dari bangku.

"Aku gak mau pulang. Pertanyaan aku belum kamu jawab."

"Nanti aku jelasin di mobil. Sekarang kita pulang!"

"Enggak!"

Desahan napas Fandy kini terdengar gusar. Tangannya sudah menjambak-jambak rambutnya sendiri. Killa tau Fandy mungkin marah.

"Pulang dulu ya, nanti kamu dicariin abang, lagi pula ini udah malem gak baik cewek di rumah cowok kayak gini." Kata Fandy.

"Kamu belum mandi kan. Aku gak mau deket sama cewek yang males mandi." Lanjut Fandy sambil sedikit tertawa.

"Jawab dulu." Killa sama sekali tidak perduli dengan cara bercada yang Fandy buat.

"Oke, aku jawab di mobil." Bujuk Fandy. Dia ingin segera membawa Killa pergi dari rumah Dio.

"Aku gak mau!" Tolak Killa.

"Bawel ya." Tanpa basa-basi lagi Fandy segera memapah tubuh Killa dan membawanya ke mobil.

Killa yang tidak siap akan digendong hanya bisa berteriak-teriak sambil memukuli Fandy.

"Turunin gue."

"Gak."

"Turun."

"Diem."

"Ah turun."

"Diem atau mau dicium." Kata Fandy membuat Killa melotot.

"Hah apa?" Killa tidak yakin dengan apa yang baru saja Fandy ucapkan.

"Jangan banyak nanya, dosa!"

Killa menyeringai. "Dari mana asal usulnya nanya dosa."

Fandy mendekatkan wajahnya pada Killa. "Beneran minta dicium ya. Mau pipi kening bibir atau atau atau-"

"Jangan macem-macem gue aduin bang Fauzan mau." Killa menutupi bibir Fandy dengan tangannya.

"Mangkannya diem."

"Mangkannya turunin!" Killa menarik-narik baju Fandy. Lelaki itu sama sekali tidak memperdulikan Killa. Dia tetap berjalan melewati Dio Kevin dan Karin yang menatapnya heran.

"Mau diem atau mau dicium?"

"Mau turun." Kekeh Killa sambil mengoyangkan kakinya.

Fandy menghentikan langkahnya di samping kolam ikan koi rumah Dio.
"Mau turun? Dengan senang hati aku turunin di kolam dan terimakasih aku jadi gak repot gendongin singa cerewet kayak lagi PMS."

Fandy melepaskan salah satu tangannya membuat tubuh Killa merosot perlahan.

"Ah pegangin." Pinta Killa. Kini tangannya justru memegang Fandy erat sekali.

"Turun sana. Bisa berenang kan?" Suruh Fandy. Killa yang tadinya memaksakan diri untuk lepas dari gendongan Fandy justru tangannya mendekap Fandy dengan erat.

PRESTIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang