Cinta sudah tidak percaya lagi apa itu cinta.
Mobil Killa meluncur santai keluar dari pekarangan rumahnya. Pukul 06.00 a.m, masih sangat pagi bagi Killa untuk berangkat ke sekolah sebenarnya. Tetapi itu merupakan hal yang disengaja. Hari ini Killa akan mampir ke supermarket dahulu untuk membeli cokelat sebagai tanda permintaan maaf pada Fandy.
Terdengar lebay memang, tapi Killa menginginkan itu. Killa memang sakit hati ketika Fandy kasar kepadanya, tapi bagaimanapun juga Killa bersalah dalam hal ini. Dia khawatir pada Fandy tapi dengan bodohnya dia memperdulikan Dio.
Setelah memakirkan Ferrarinya, Killa berlarian kecil menuju kelas. Sebuah coklat telah ada di tangannya dengan pita berwarna merah yang diikat cantik serta kertas kecil yang disematkan di sana bertuliskan 'Sorry:)'
"Coklat? Pake pita, ada ucapannya. Hello, Akilla Arvion sejak kapan lo lebay alay jijay kayak begini?"
Karin tiba-tiba menggambil coklat itu dari meja Killa dan memandangnya dengan tatapan aneh. Tadi memang Killa sedang melamun sehingga tidak sadar bahwa Karin sudah datang, dan tidak sadar pula jika coklatnya kini sudah berada di tangan Karin.
"Ish balikin." Desis Killa.
Killa mencoba meraih coklat itu dari Karin. Jujur saja di sini mereka seperti anak kecil yang saling berebut.
"Buat siapa?" Tanya Karin sambil menyumputkan coklat itu di belakang punggung.
"Buat Fandy!" Killa to the point pada Karin perihal coklat itu. Killa tidak ingin Mood nya rusak adu cekcok dengan Karin, nanti yang ada dia malahan marah lagi dengan Fandy ketika bertemu.
"Buat Fandy? Gue periksa, jangan-jangan ada yang enggak-enggak lagi."
Karin hampir saja melepas pita merah itu. Jika iya maka Killa akan mengamuk pada Karin.
"Jangan resek deh. Lo kira pasien diperiksa. Sini balikkin!" Gerutu Killa sambil merebut coklat itu.
Karin hanya terkekeh. "Otak lo juga perlu diperiksa, udah sengklek." Sinis Karin.
Killa melirik arlojinya, pelajaran 10 menit lagi akan dimulai, tapi Fandy belum juga sampai di kelas. Sedangkan semua murid hampir memenuhi bangkunya masing-masing.
"Fandy mana Rin?" Tanya Killa pada Karin yang sedang menggoda Ucup agar Ucup mau memberikan jawaban PR bahasa Inggris.
"Dih tanya. Gak tau gue, gak liat! Saya tidak perduli. I no care." Jawab Karin cuek.
"Sok Inggris lo. Nambek Rin?" Tanya Killa dengan wajah polos.
Tidak ada jawaban dari Karin. Dia justru sibuk dengan Make Up yang dia bawa ke sekolah.
"Fandy kapan berangkat Rin?" Killa celingukan memandangi pintu kelas berharap Fandy muncul dari sana dengan senyuman manis yang manis, manis dan termanis. Dia sangat uring-uringan sekali menunggu Fandy.
"Menurut lo? Noh Cina Jawa dateng, tanya sana!" Karin menunjuk Aldo yang sedang berjalan ke kelas dengan dagunya.
"Stop-stop. Gue periksa dulu!" Cegah Karin.
"Satu, dua. Kok cuma dua? Yang satu mana?" Tanya Karin setelah memeriksa mereka seperti anak bebek. Yang Karin maksud adalah Fandy.
"Fandy mana?" Killa mendekati Aldo.
"Nah Fandy mana? Lo sumputin di saku celana?" Selidik Karin dengan bodohnya membuat ekspresi Aldo menjadi tolol setelah mendengar pertanyaan Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Random#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...