With me, run with me, life with me, laugh with me with me with me and with me.
Sakti memarkirkan Porsche Silver milik Fandy tepat di samping mobil Killa. Di belakang Aldo menyusul dengan Audy putihnya. Ada Karin juga di dalam sana. Jadi intinya, tadi pagi Fandy merenggek pada Sakti supaya dia tidak bawa mobil sendiri, padahal hari ini lelaki itu sibuk mengurus jadwal untuk Sweetparty malam minggu nanti sebagai acara tahunan sekolah. Jadi kemungkinan Sakti pulang terlat dan akan merepotkan kalau tidak membawa mobil sendiri, tapi apa boleh buat menolak Fandy itu tidak mungkin.
"Dah gausah galau. Kuncinya lo pegang aja, gue cuman mau numpang ke sekolah." Tutur Fandy begitu Sakti mematikan mesin mobil dan turun dari sana. "Killa bawa mobil, syukurlah." Kata Fandy lirih setelah menutup pintu mobilnya.
"Ke kelas langsung yuk, gue piket." Kata Aldo kikuk sambil melendotkan legannya di bahu Karin, pacarnya itu milirik tak salah dengar.
"Aldo ngomong apa si Sak?" Fandy ikut mengeryit. "Piket?"
"Dia dihukum nyapu ruang BK seminggu gara-gara gak berhasil bawa lo balik ke sekolah kemaren." Jelas Sakti membuat Karin mendelik.
"Ih Fandy lo jahat." Karin mendorong lelaki yang melipatkan kedua tangan di dadanya. Fandy langsung loyo, badannya terhuyung ke belakang. Untung saja ada mobil yang menopangnya sehingga dia tidak benar-benar jatuh. "Ih lemes banget si lo, gak diminum susu ya? Sana ke kantin beli permen milkita tiga yang setara dengan satu gelas susu. Biar lo seger." Oceh Karin yang diabaikan oleh Fandy.
"Udahlah, ke markas dulu." Fandy mendahului berjalan ke gazebo taman sekolah. Diikuti Sakti yang mensejajarkan langkahnya. Dia tidak mau berjalan di samping Aldo dan Karin nanti dikiranya dia jones.
"Gapapa nih kucinya gue bawa? Gue ada rapat buat kegiatan Sweetparty nanti." Sakti mengadu, "emang lo belum baikan sama Killa gak berangkat bareng? Tapi gue seneng lah, jadi gue gak sendirian berangkat sekolahnya haha." Kemudian lelaki itu terkekeh mengingat fakta pait kalau Fandy dan Killa baikkan lalu Aldo dengan Karin maka dirinya seperti baygon diantara para remaja cinta.
"Astaga." Sakti membalikkan badannya membuat yang lain ikut menghentikan langkah.
"Napa lo?" Tanya Fandy melihat Sakti yang mendadak terkejud dengan sikap alay.
"Kayaknya mending kita ke kelas, gak usah nongkrong di gazebo dulu. Kan hari ini pelajarannya Pak Heru nanti telat. Cepet-cepet!" Tangan Sakti memaksa mendorong Fandy agar membalikkan badan dan pergi ke kelas. Bukannya menurut, dia justru makin aneh menatap Sakti yang cengar-cengir.
"Kenapa si ni bocah? Cacingan? Heran," Fandy menatap Aldo, dia menaikan kedua bahunya.
"Gak tau gue." Jawabnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESTIGE
Random#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita...