"Vin, gua gak tau sama sekali soal taruhan lo sama Bang Faren, tapi yang jelas, gua marah banget sama lo sekarang, serius."
"Hehehe, maap, Ro."
"Fuck! Abis ini gua mau bunuh Alvin, liatin aja."
"...."
"Sialan ni Alvin, harga diri gua keknya langsung jatoh ke neraka. Abis ini gua bakal ngulitin dia hidup-hidup!"
"...."
"Bakar langsung! Anjing ni emang Alvin."
"...."
"Kenapa sih gua punya temen bego-bego amat? Bego dipiara. Mending Raka, miara hamster."
"... Guys, gua di samping kalian kalo kalian lupa. Gua denger semuanya, Bro. Gua denger semuanya."
Rome menggeleng pasrah, Vigo menunduk dalam sembari merapalkan sumpah-serapahnya untuk Alvin, Raka terus-menerus mendengus kesal—wajahnya sudah memerah seluruhnya, Alvin tersenyum bodoh—persis seperti orang tak berdosa, padahal semua ini terjadi karenanya, sementara Dean hanya menatap datar teman-teman ZC mereka yang tertawa terpingkal-pingkal menatap keadaan dirinya dan keempat sahabatnya yang lain. Sungguh memalukan penampilan mereka sekarang.
"NENG, NGE-DATE SAMA ABANG YOK! YANG JOMBLO YANG MANA NEH? HAHAHAHAHA!!!" seru Faren, lantas tertawa terbahak-bahak bersama anggota ZC yang lain. Bahkan Bang Ipul ikut tertawa menatap pemandangan 'indah' di hadapannya kini.
Lihatlah, kelima pemuda tampan dan sangar itu, yang mahir beladiri, anak geng motor yang ditakuti, dan juga manly, sekarang jauh dari semua kata-kata itu. Apakah kalian tahu apa yang dilakukan Faren untuk mereka? Ya, Rome kalah dalam balapan motornya melawan Ghazi, itu berarti Faren memenangkan taruhannya dengan Alvin. Lelaki itu meminta kelima pemuda itu untuk berdandan (didandani lebih tepatnya) secantik mungkin layaknya perempuan, dengan meminjam beberapa pakaian wanita dan rambut palsu milik salah satu saudara perempuan anggota ZC yang kebetulan membuka salon tak jauh dari basecamp.
Mereka tampak ... cantik. Entah ke mana wajah tampan dan sangar mereka.
"DIA JOMBLO, BANG, DIA! BAWA PULANG AJA, GAK USAH DIBALIKIN! IKHLAS GUA. ALVIN FOR FREE." Vigo yang sejak tadi tak nyaman dengan dress bunga-bunga noraknya dan rambut palsu ikalnya emosi menunjuk-nunjuk Alvin. Suaranya sangat nge-bass, kontras sekali dengan penampilannya sekarang. Tawa anak-anak itu kembali menggema ke langit-langit.
"WAHAHAHAHA!!! CANTIK-CANTIK SUARANYA SEREM AMAT, NENG! SEJAM BERAPA? HAHAHAHA!!!" celetuk Ghazi, diakhiri oleh tawa dari seluruh anggota ZC lagi. "NGOMONG-NGOMONG, ROME, LO CANTIK BANGET DAH JADI CEWEK. KALO LO CEWEK BENERAN, UDAH GUE MAKAN. HMMM...."
"Si Monyet ngapa bawa-bawa gua..." rutuk Rome, melemparkan tatapan tajam ke Ghazi.
"WOY! MANISNYA MANA MANISNYA? PERJANJIAN, SAYANG, PERJANJIAN!" Faren mengingatkan. "WATCH YOUR ATTITUDE AND LANGUAGE, PLEASE?"
Rome memutar bola matanya. "Vin, gua dendam beneran sama lo," ucapnya pelan kepada Alvin yang lagi-lagi hanya cengengesan. Entah siapa yang mendandaninya, yang jelas wajahnya amat sangat menor dengan make-up. Persis Ondel-Ondel.
"NENG, KOK DIEM AJA SIH? OMPONG? YA ALLAH. EH, YANG PALING KIRI, NGE-DATE YUK! SINI, SELFIE BERDUA DULU SAMA ABANG! BEUH!" Ghazi kembali mengisengi Rome, ditambah dengan siulan genitnya yang membuat Rome semakin jijik.
Rome berdecak kesal. Ia menggaruk lehernya yang sedikit gatal terkena rambut palsu hitamnya yang lurus kaku bagai jalan tol. Atau sapu ijuk? "Kalaupun gua terlahir sebagai cewek, gua gak bakalan sudi nge-date sama lo, Zi! Ogah!" seru Rome, melemparkan tatapan nyinyir ke arah Ghazi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe
Teen Fiction[Trigger warning! Efek yang kalian rasakan setelah membaca cerita ini di luar tanggung jawab dan kuasa penulis.] We all here have our own struggles. Hal tersebut adalah sesuatu yang pasti dalam hidup, yang tidak dapat ditentang lagi. Itu pula yang d...