22

3.6K 340 3
                                    

Walaupun kedua matanya terpejam, Rome bisa merasakan keempat sahabatnya yang terus menatapnya dengan pandangan cemas sembari bertanya-tanya, ada apa dengan wajah tampan Rome hari ini? Rome yang berebahan di atas meja-meja murid di kelasnya memutar tubuhnya, membelakangi mereka. Ia benar-benar sedang tidak mood untuk ditanya-tanya.

"Wah, gak bener ini sih." Raka mengepalai, berbicara pertama kali. "Ro, bilang sama kita, anak geng mana yang berani ngeroyokin lo sampe begini, hah?!" tanyanya berapi-api. Rava yang berada tak jauh dari mereka refleks menolehkan kepalanya mendengar suara emosi Raka. Sherlyn dan Kinta yang berada di sekelilingnya pun ikut menoleh.

"Biar kita yang bales, tenang aja," sahut Dean sembari bersedekap. Ia juga terlihat tidak terima Rome babak-belur seperti ini.

Rome menghembuskan napas lelah. Ia benar-benar kacau hari ini. Wajahnya babak-belur, rambutnya acak-acakkan, tubuhnya sakit semua, seragamnya berantakan, dan terdapat lingkaran hitam di bawah kedua matanya. Ia tidak bisa tidur semalaman akibat kejadian kemarin.

Ia tidak mungkin bilang kepada sahabat-sahabatnya bahwa luka-luka di wajah dan tubuhnya ia dapatkan karena "bertengkar" hebat dengan ayahnya semalam. Ia yang kalah, tentu saja. Di detik-detik terakhir, ia mulai menyadari bahwa yang sedang ia lawan adalah ayahnya sendiri, dan ia langsung menghentikan pergerakannya. Saat itulah ayahnya langsung menyerangnya habis-habisan dan meninggalkan rumah setelahnya, belum pulang sampai pagi tadi. Sementara ibunya, tanpa berkata-kata, wanita itu langsung memasuki kamarnya dengan wajah penuh dengan air mata, seakan-akan tidak memedulikan Rome yang terbaring tidak berdaya di lantai ruang tamu. Sungguh menyedihkan. Rome tetap pada posisinya hingga pagi menyapa, tidak sanggup untuk bangkit.

Dan lagi-lagi, setelah sekuat tenaga berusaha untuk bangkit, ia harus menyentuh benda terkutuk itu. Rasanya luar biasa. Ketika seluruh tubuhnya remuk, ia kembali menyakiti dirinya sendiri. Setelahnya ia tidak ingat apa yang terjadi—ia antara sadar dan tidak pagi tadi. Yang bisa ia ingat hanyalah ketika ia bangkit lagi, ia menatap cermin yang tergantung di kamarnya, lantas menyeringai bagai seorang psikopat, kemudian menyentuh cermin itu dengan tangan kanannya yang penuh darah, dan berakhir meninju cermin itu sampai retak dan pecah, mengakibatkan luka baru di buku-buku jarinya.

"Ro, jawab, siapa yang berani ngegebugin lo sampe kayak gini? Cerita sama kita!" paksa Vigo lagi. "Apa jangan-jangan gengnya David? Yang waktu kelas 11 pernah bikin gua hancur sampe masuk rumah sakit?" tebaknya. Ia emosi seketika mengingat kejadian saat kelas 11 dulu.

"Hhh ... bukan," jawab Rome akhirnya, dengan suara lemah.

"Terus, siapa yang bikin lo sampe begini?" desak Alvin.

"Bokap gua," jawab Rome pendek. Dan setelahnya, keheningan langsung melanda mereka. Rome meringis. Bodoh sekali ia karena kelepasan. Bisa ia rasakan keempat sahabatnya yang sekarang saling tatap-tatapan di belakang punggungnya, kemudian menghujaninya dengan tatapan kasihan sekaligus khawatir.

"Emang ... ceritanya gimana sampe lo babak-belur gini gara-gara ... bokap lo?" Dean memberanikan diri bertanya. Vigo langsung menyenggol lengannya, dan Dean hanya mengedikkan bahunya, melemparkan tatapan gua-kan-cuma-nanya kepada Vigo.

Rome terdiam beberapa saat, sampai akhirnya ia menjawab sembari memejamkan kedua matanya kembali, "Ada lah pokoknya. Gua lagi gak ada mood untuk ngomongin itu, sorry. Oh, dan satu lagi. Tolong jangan bilang Carla soal ini. Gua gak mau dia khawatir."

Vigo, Raka, Dean, dan Alvin langsung mengangguk, memaklumi.

Sementara itu, Rava, Sherlyn, dan Kinta yang diam-diam menguping pembicaraan mereka hanya saling tatap. Wajah Rava mendadak berubah. Kecemasan melanda dirinya. Ia tidak sempat melihat bagaimana penampilan Rome pagi ini, jadi ia tidak tahu tentang wajahnya yang babak-belur itu. Sherlyn dan Kinta menatap wajah khawatir Rava yang nampak tak biasa, lantas saling menatap satu sama lain.

BreatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang