Rava tiba di parkiran Olympus High School dengan napas terengah. Ia menatap kerumunan di sekelilingnya yang mendadak membuat kepalanya pusing. Rava terus menerobos kerumunan itu, bermaksud mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pasti di tengah-tengah kerumunan ini ada Rome, ia yakin sekali.
Rava langsung membeku ketika hampir tiba di barisan kerumunan yang paling depan. Napasnya tercekat menatap pemandangan di hadapannya.
"RO—ROME! AKU BILANG UDAH! KAMU KENAPA SIH?!"
Mendadak Rava seakan kehilangan keseimbangannya. Lihatlah, di depan sana Carla sedang berdiri menghadap Rome dengan wajah memerah menahan marah. Di belakang Carla tersungkur seorang siswa kelas 11 yang babak-belur wajahnya. Lelaki itu meringis kesakitan, terlihat sekali ia tidak dapat bangkit dari posisi meringkuknya di atas tanah.
Dan Rome....
"Minggir gak? Gak usah ikut campur, ini urusan gua sama tu bocah," Rome mendesis, membuat sekujur tubuh Rava merinding. Bagaimana tidak? Rome yang ia lihat sekarang sama sekali tidak seperti Rome yang biasanya. Wajahnya memerah, diliputi amarah yang luar biasa. Kedua tangannya terkepal kuat, dan Rava bisa melihat luka-luka kecil di sana sekaligus darah yang kelihatannya masih baru, mungkin darah bocah malang itu.
"Aku gak bakal minggir sampe kamu berhenti mukulin dia dan pergi dari sini. Ro, dia gak sengaja. Dan lagipula, dia udah minta maaf," intonasi suara Carla menurun, namun terdengar menekankan. Gadis itu menatap Rome dengan dahinya yang berkerut, tidak percaya bahwa lelaki yang berdiri di hadapannya kini adalah Rome, sahabat masa kecilnya.
"Gak sengaja? DIA NABRAK GUE, NGOTORIN BAJU GUE SAMA MINUMANNYA, DAN DENGAN SOKNYA CUMA BILANG 'SORRY' TERUS MELENGOS GITU AJA PAKE TAMPANG TENGILNYA! SONGONG BANGET MENTANG-MENTANG BENTAR LAGI MAU NAEK KELAS 12. YAKIN LU BAKAL NAEK KELAS?!" sentak Rome sembari menunjuk-nunjuk wajah anak kelas 11 itu yang langsung ditepis tangannya oleh Carla, membuat kerumunan di sekelilingnya mundur beberapa langkah ke belakang.
Rava masih diam di tempatnya, berusaha mencerna apa yang sedang terjadi di sini.
"ROME, BERHENTI! UDAH. STOP IT, I'M BEGGING TO YOU, PLEASE!" Carla mendorong tubuh Rome yang sebenarnya sia-sia, karena Rome tidak berpindah dari pijakannya sesentipun. "Kamu kenapa begini sih? Kamu bukan Rome yang aku kenal, kamu gak bisa seperti ini, Ro. Udah, cukup."
Keadaan hening sesaat. Rava mengernyitkan keningnya menatap itu semua. Rome dan Carla saling bertatapan di depan sana, namun tatapan mereka berdua sangatlah berbeda, khususnya Rome. Lelaki itu benar-benar bukan Rome. Tak lama kemudian, terdengar derap kaki yang berlari dan menerobos masuk kerumunan itu. Rava menoleh, menatap Vigo, Raka, Dean, dan Alvin yang langsung shock melihat korban yang masih meringkuk kesakitan di belakang Carla.
"I-ini ... perbuatannya Rome? Seriously?" Raka menyenggol Rava. Rava hanya diam, tidak berniat menjawab.
"Ro—"
"Lo siapa gue sih emangnya? Ngapain ngatur-ngatur? Gak guna. Gak usah ikut campur," desis Rome, memotong ucapan serta menghentikan gerakan Vigo yang hendak melerai. "Rome yang lo kenal udah gak ada. Mati."
Rava terbelalak tak percaya mendengar apa yang barusan Rome ucapkan, terlebih-lebih Carla. Kedua mata gadis itu berkaca-kaca, tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Setelah berkata sekejam itu, Rome langsung membalikkan tubuhnya, berjalan menghampiri motornya yang terparkir tak jauh dari sana. Tampak Vigo, Raka, Dean, dan Alvin langsung menghampiri lelaki itu, memanggil-manggil namanya dan meraih bahunya, membuat Rome kembali berteriak marah. "BAJINGAN GAK USAH NGIKUTIN GUA! GAK USAH IKUT CAMPUR!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe
Teen Fiction[Trigger warning! Efek yang kalian rasakan setelah membaca cerita ini di luar tanggung jawab dan kuasa penulis.] We all here have our own struggles. Hal tersebut adalah sesuatu yang pasti dalam hidup, yang tidak dapat ditentang lagi. Itu pula yang d...