Rome menatap keramaian di sekitarnya. Ia menurunkan lengan jaket denimnya, kemudian memeluk dirinya sendiri. Ia masih mengenakan seragam sekolahnya, karena ia memang baru pulang sekolah—tidak, ia baru pulang dari basecamp ZC sepulang dari sekolah. Pandangannya tertuju ke sosok Rava yang sedang antusias melihat penjual cotton candy yang sedang membuat cotton candy pesanannya. Kedua matanya berbinar-binar. Persis anak kecil.
Dan di sinilah ia. Berdiri di antara kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang, mengelilingi area Pasar Malam. Ketika ia menatap Rava kembali, gadis itu tengah membayar pesanan cotton candy-nya, lalu berlari-lari kecil ke arah Rome dengan senyum mengembang.
Baru kali ini Rava tersenyum selebar dan setulus itu padanya.
"Ayo, Ro! Kita naik itu!" Rava menarik lembut pergelangan tangan kanan Rome, mengajaknya menuju wahana komidi putar yang lumayan besar.
"E-eh! Serius naik itu? Gue sama lo kan udah bangkotan," Rome terlihat tidak yakin, namun Rava tetap menariknya dengan lembut, khawatir tarikannya membuat Rome kesakitan karena luka-luka itu.
"Serius! Ikut aja lah ... percaya sama gue," balas Rava. Rome tidak menjawab, memutuskan untuk mengikuti langkah Rava.
***
Rome duduk di salah satu kuda-kudaan yang ada di komidi putar itu. Lagu yang mengiringi perputarannya terdengar memekakkan telinga, ditambah lampu sorot warna-warni yang terkadang mengganggu penglihatan. Ramai sekali hiasannya, namun Rome merasa tenang. Ia tersenyum tipis, menatap Rava yang duduk di kuda-kudaan di sebelahnya sembari memakan cotton candy-nya dan sesekali bersenandung mengikuti irama lagu. Walaupun kebanyakan yang menaiki wahana komidi putar itu adalah anak-anak kecil, namun mereka berdua tidak terlihat canggung ataupun malu sama sekali dengan hal tersebut.
"DULU WAKTU GUE MASIH DI BANDUNG, GUE SERING KE PASAR MALAM SAMA MAMA, PAPA, DAN NABILLA. TAPI ITU UDAH BEBERAPA TAHUN YANG LALU. TERNYATA PASAR MALAM DI SINI DAN DI BANDUNG NGGAK BEDA JAUH!" Rava mengeraskan suaranya, berbicara kepada Rome yang sejak tadi menatapnya.
"HAH, LO BILANG APA?" Rome yang tidak mendengar suara Rava akibat teredam oleh lagu komidi putar balas mengeraskan suaranya.
Rava terlihat memutar kedua bola matanya. "BUDEK!"
Rome tertawa lepas, senang melihat Rava bersungut-sungut. Sebenarnya ia mendengar kata-kata Rava sebelumnya, namun ia pura-pura tidak dengar.
Rava menatap tawa itu. Seulas senyuman tipis terbit di wajahnya. Tiba-tiba, ia teringat cotton candy favoritnya yang belum habis. Ia mencubit sedikit cotton candy itu dan mengarahkannya ke mulut Rome. Rome menaikkan kedua alisnya dengan bingung. Rava mengisyaratkan Rome untuk membuka mulutnya, dan Rome menurutinya. Rava langsung memasukkan cotton candy di tangannya itu ke dalam mulut Rome. Rome yang sedikit tidak percaya dengan perlakuan tiba-tiba Rava hanya tersenyum, merasakan gula-gula kapas yang lumer di lidahnya. Manis.
Rava tersenyum puas, apalagi ketika Rome mulai jahil mencuil cotton candy-nya beberapa kali, membuat Rava berteriak kesal. Namun setelahnya, mereka kembali tertawa bersama.
***
Sudah banyak wahana yang mereka coba. Salah satunya adalah wahana Swing, berbentuk seperti ayunan perahu raksasa yang memacu adrenalin orang-orang yang menaikinya. Wahana itu berayun dengan cepat dan tinggi, membuat Rava berteriak-teriak kesenangan sementara Rome berteriak-teriak ketakutan, sembari mencengkeram kuat lengan Rava yang duduk di sebelahnya.
Namun setelah turun dari wahana itu, Rome langsung berlari cepat ke arah toilet, membuat Rava panik bukan main. Gadis itu bolak-balik di depan pintu toilet pria. Beberapa saat setelahnya, Rome keluar dari toilet dengan wajah sedikit pucat bercampur lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe
Teen Fiction[Trigger warning! Efek yang kalian rasakan setelah membaca cerita ini di luar tanggung jawab dan kuasa penulis.] We all here have our own struggles. Hal tersebut adalah sesuatu yang pasti dalam hidup, yang tidak dapat ditentang lagi. Itu pula yang d...