Rome dan Rava kembali ke kelas sembari bercengkerama ringan, membicarakan ini-itu. Yah, Rome sih yang lebih mendominasi percakapan. Sementara itu, Rava hanya merespon seadanya, atau bahkan hanya tersenyum.
"Ro," panggil Rava tiba-tiba di saat mereka berdua hening kembali. Rome menoleh dengan tatapan bertanya. "Gue bantuin lo deh untuk baikan sama Carla."
Kedua mata Rome membulat. "Serius lo, Va?"
Rava mengangguk sembari tersenyum tipis. "Iya. Nanti gue coba ngomong sama Carla."
Rome nyengir lebar, mengepalkan tangan kanannya seraya berkata 'yes!' dengan pelan. "Thanks ya, Va. Lo baik banget sama gua."
Rava hanya tersenyum tipis melihat reaksi Rome. Sekilas, ia menatap tangan kanan Rome. Buku-buku jarinya terlihat merah dan agak memar. Di punggung tangannya pun terdapat sedikit luka goresan. Hal itu membuat Rava kembali khawatir. 'Oh iya. Apa Rome kembali ngelakuin kebiasaan buruknya?'
***
Rava bolak-balik di depan kelas XII IPS 2. Ia meringis dalam hati, 'Ya elah, kenapa gue bilang bakal bantuin Rome untuk baikan sama Carla ya? Gue kan nggak terlalu deket sama dia! Duh, ini nanti gimana ngomongnya ya....' Rava jadi pusing sendiri. Sementara itu, waktu istirahat sebentar lagi akan berakhir. Rava melongokkan kepalanya ke dalam kelas XII IPS 2. Tidak ada Carla di dalamnya.
Tak lama kemudian, Rava menatap sosok Dean yang baru saja keluar dari kelasnya yang memang di XII IPS 2, sekelas dengan Carla. "Dean!"
Dean menoleh, lantas tersenyum, menatap Rava yang berjalan menghampirinya. "Eh, ada anak baru kelas sebelah. Kenapa?"
"Hm ... itu, Carla nggak ada di kelas ya?" tanya Rava hati-hati. Ia juga tidak terlalu dekat dengan Dean, jadinya canggung begini.
Dean menoleh ke dalam kelasnya sekilas, lalu menggeleng. "Nggak ada tuh. Mungkin ke kantin?"
"Oke, makasih." Rava menjawab cepat, lantas buru-buru pergi meninggalkan Dean menuju kantin. Dean hanya terdiam di tempatnya menatap punggung Rava yang makin lama menghilang dari pandangan.
***
Di kantin....
Kedua mata Rava menangkap sosok Carla yang sedang meminum segelas jus alpukat di salah satu meja seorang diri. Rava menghela napas lega karena bisa menemukan Carla dengan cepat. Ia langsung menghampiri gadis itu. "Hai, Carla," sapa Rava, berbasa-basi.
Carla menoleh, kemudian tersenyum, "Oh, hai. Sini, duduk." Rava mengangguk, lantas duduk di sebelah Carla. "Ada apa?"
Rava terdiam beberapa saat. Ia memutar otaknya, mencari-cari alasan yang logis untuk berbasa-basi sejenak. "Hm ... nggak ada apa-apa, kebetulan lewat aja, eh gue liat lo, ya udah gue samperin."
Carla hanya mengangguk. "Nggak pesen makanan?"
"Gue udah makan tadi," jawab Rava, berbohong tentu saja. Padahal ia belum makan sama sekali gara-gara harus meladeni Rome.
Lagi-lagi Carla hanya mengangguk, lantas kembali meminum jusnya. Sesaat, ia teringat ketika tadi tak sengaja berpapasan dengan Rome dan Rava di depan toilet wanita, kemudian Rome langsung menggandeng tangan Rava, menjauhinya. Ia lesu kembali jika mengingat itu. Ada perasaan aneh di hatinya melihat keakraban Rome dan Rava.
"Hm ... Carla," panggil Rava hati-hati. Carla menoleh, menatapnya dengan pandangan bertanya. "Lo ... lagi ada masalah ya sama Rome?"
Carla tertegun mendengar pertanyaan Rava. Jelas sekali di kedua matanya, Rava bukanlah gadis yang suka berbasa-basi. Carla tersenyum dipaksakan, lantas menjawab, "Yah ... sedikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe
Teen Fiction[Trigger warning! Efek yang kalian rasakan setelah membaca cerita ini di luar tanggung jawab dan kuasa penulis.] We all here have our own struggles. Hal tersebut adalah sesuatu yang pasti dalam hidup, yang tidak dapat ditentang lagi. Itu pula yang d...