34

2.6K 252 2
                                    

Rava menatap keramaian di sekelilingnya sembari sesekali menyeruput segelas minuman berperisa stroberi di tangannya. Pembukaan Prom Night Party sudah dilakukan sejak beberapa menit yang lalu, dan sekarang murid-murid Olympus High School terlihat sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang berdansa, ada yang memakan hidangan yang tersedia, ada yang sedang bercengkerama, dan lain sebagainya.

"Sherlyn asik sama Vigo, gue ditinggalin. Hm ... Rav, foto berdua yuk!" ajak Kinta yang memang berdiri di sebelah Rava. Rava tersenyum, mengangguk mengiyakan. Ketika Kinta baru saja mengeluarkan ponselnya, tiba-tiba Raka, Dean, dan Alvin datang menghampiri mereka, ikut berfoto di sekeliling dua gadis itu.

"Nanti kirim ke grup ya!" pesan Raka setelah melihat hasil fotonya. Kinta yang tadinya sempat merengut karena Raka, Dean, dan Alvin yang datang tiba-tiba hanya mengangguk.

Rava menatap ketiga lelaki itu. Mereka juga nampak mempesona malam ini. 'Tapi ... Rome mana ya? Belom dateng apa gimana?' Rava bertanya-tanya dalam hati, kembali menatap sekelilingnya.

"Eh, Romedan kok belom nyampe-nyampe juga sih? Ka, telepon lagi, Ka!" perintah Dean kepada Raka. Diam-diam, Rava menyimak pembicaraan mereka.

"Udah gue telepon barusan. Dia otw katanya," jawab Raka. "Gue telepon lagi deh," lanjutnya sembari mengeluarkan ponsel dari saku dan mencari kontak Rome, kemudian menempelkan ponsel itu ke telinganya. "Halo? Ro, lo di mana? Eh! Itu dia baru dateng!" Raka memekik ketika melihat sosok Rome berjalan ke arahnya dari kejauhan dengan ponsel di telinganya juga.

Rava terdiam, menatap penampilan Rome. Lelaki itu tersenyum lebar ke arah mereka semua sembari melambaikan tangan. Wah, Rome benar-benar mencuri perhatian banyak orang, termasuk Rava sendiri. Ia terlihat begitu tampan dan mempesona dengan balutan setelan jas berwarna hitam dan kemeja putih. Sederhana, namun terlihat mewah jika Rome yang mengenakannya.

"Bacot lu, nelponin gue mulu," ucap Rome kepada Raka ketika ia sudah tiba di hadapan Raka, Dean, Alvin, Rava, dan Kinta, bercanda tentu saja.

Raka mendelik sebal. "Si Dean tuh lagian maksa gue nelponin lo terus! Eh, lo sendirian ke sini? Kok bisa telat sih? Tumben."

Rome meraih segelas minuman stroberi dan menyeruputnya sebelum menjawab pertanyaan Raka. "Nggak, gue bareng Carla. Dia lagi di toilet sekarang. Maklum lah, cewek dandannya lama."

Deg.

Rava merasakan jantungnya yang hampir copot dari tempatnya. Ternyata Rome ke sini bersama Carla. Rava mengalihkan pandangannya, tidak tega melihat wajah Rome yang benar-benar sumringah. Rome sama sekali tidak tahu apa yang akan menimpanya nanti.

"Oh iya, lo jadi ngejedor dia lagi?" celetuk Dean tiba-tiba, membuat Raka, Alvin, Rava, dan Kinta kompak menatap Rome dengan tatapan tak percaya, terlebih-lebih Rava.

Rome tersenyum malu-malu, kemudian berkata, "Kenapa lo bocorin duluan sih, Nyet? Gak seru lo, ni yang laen jadi tau duluan."

Dan seketika, Raka, Alvin, Dean, dan Kinta jadi ramai sendiri, menggoda Rome yang hanya tersenyum malu-malu. Rava satu-satunya manusia yang diam di sana. Ia mengalihkan perhatiannya. Firasatnya memburuk seketika, teringat kata-kata Carla. 'Apa yang harus gue lakuin? Gue gak mau Rome sakit hati karena gue yakin 100% Carla bakal nolak dia dan ngasih tau yang sebenernya, tapi gue juga gak bisa nyegah Rome untuk nembak Carla. Karena cepat atau lambat, mau Rome nembak atau nggak, gue tau pasti dia bakal sakit juga.'

Selama Raka, Dean, Alvin, Rome, dan Kinta berbincang-bincang—tentang apa saja, Rava memilih untuk diam. Pikirannya sedang kacau kali ini, terus kepikiran dengan kata-kata Carla dan terbayang-bayang firasat buruk tentang Rome. Ketika Raka, Dean, dan Alvin pergi dari sana untuk dansa bersama di dance floor dan Kinta juga pergi untuk menghampiri temannya dari kelas lain, Rome segera mendekati Rava, berdiri di sebelahnya.

BreatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang