Anyeong..
It's detik-detik menuju end
Happy reading
"Elo duluan aja. Ntar gue nyusul"
Pagi terasa sepi bagi Lisa. Banyak hal yang ada dalam pikirannya. Tapi tak ada tempat untuk dirinya berbagi, sekedar mencurahkan atau meminta sebuah pendapat. Sampai saat ini Taehyung belum datang.
Taehyung memang sering disebut anak setan karena tingkah usilnya yang sering mengganggu. Tapi dia bukanlah setan yang akan membolos sekolah tanpa alasan terlebih tanpa memberitahukannya pada Lisa. Lisa pun tak bisa menghubunginya karena memang tak diijinkan membawa ponsel saat pelajaran berlangsung. Lisa sudah cukup pening memikirkan peristiwa besar di pusat perbelanjaan malam itu, jadi dia tak ingin ambil pusing tentang Taehyung yang membolos hari ini.
Sebenarnya Taehyung tak masuk kelas adalah kesempatan bagus bagi Lisa. Tapi tak berarti dia mengharapkan Taehyung tak muncul selamanya. Dengan ini, Lisa bisa menghindari duduk di samping Jimin dengan duduk di bangku kosong milik Taehyung.
"Kemana?"
Di tengah pelajaran Bahasa Inggris yang di ajarkan Mr. Naryo, Jinyoung -teman sebangku Taehyung- menanyakan keberadaan Taehyung dengan setengah berbisik.
"Bentar lagi nyusul" jawab Lisa walau dia sendiri tak tahu.
Setelah kejadian malam itu, Jimin terus saja mengusik ketenangan Lisa. Pasalnya, ponsel yang tak biasanya berisik berubah menjadi layaknya bom waktu yang hampir meledak. Tiap menit detik terus terdengar deritan juga deringan yang menambah pusing kepala Lisa.
Langkah terakhirnya...
"14:00. Temui gue diatap sekolah"
Dan Lisa menonaktifkan ponselnya setelah itu, sebelum Jimin meledakkan ponselnya dengan serangan pertanyaan. Menggeletakkan ponselnya di meja belajar begitu saja.
Dan kini Lisa menyesal, menonaktifkan untuk menghindari Jimin tapi justru dia juga tak bisa menghubungi Taehyung.
***
"Lis,"
Lisa menghembuskan napasnya kasar. Memandang langit yang teduh, berharap semua masalahnya akan segera berakhir.
Lisa berbalik perlahan saat namanya terpanggil oleh suara tak asing yang sempat membuatnya kalut dan marah.
"Sorry" Jimin mendekati Lisa yang berdiri dibalik pagar besi.
Lisa berbalik badan, kembali menghadap pada langit tinggi nan luas jauh disana.
"Lihatlah. Langit hari ini begitu cerah" katanya dengan mudah, seolah tak ada satu masalah pun yang menerpa dirinya. "Bahkan matahari sore ini juga menyapa dengan hangat"
Jimin tak mengerti. Apakah permintaan untuk datang ke atap sekolah untuk hal semacam ini? Memandang langit yang tiap saat menyelimuti kehidupan mereka.
"Lis,"
"Bahkan langit juga memiliki masa yang indah. Tak selamanya terus tertutup awan hitam dengan getiran petir dan tangisan hujan. Lalu, akankah kehidupan gue juga ada? seperti hari ini. Cerah, hangat, berwarna dan bercahaya"
Hfft,
Lisa lagi-lagi menghembuskan nafasnya kasar. Seolah dia merasa beban di pundaknya terlalu berat untuk dipikulnya sendiri. Sedangkan orang yang biasa meringankan bebannya tak ada saat ini.
Akankah ini berakhir?
"Jadi bener? Bener kata Jungkook? Elo nggak bahagia di sisi gue?" kata Jimin yang langsung menyerang Lisa.
"Gue juga pengen bahagia seperti yang lain"
"Terus, apa artinya keberadaan gue selama ini?"
"Padahal gue sempat janji pada diri gue sendiri untuk selalu ada di sisi elo" kata Lisa datar.
"Terus? Sekarang elo nggak bisa di sisi gue lagi? Kenapa? Elo nggak suka gaun yang gue pilih?" Jimin mengingat Lisa tak mengenakan gaun ibunya tempo hari. Bahkan jika mengingat itu, Jiminlah yang seharusnya marah karena merasa tindakannya tak dihargai.
"Gaunnya sangat bagus" Lisa menggeleng, arti bahwa gaun itu baik-baik saja. Bukan gaun itu yang membuatnya bersikap dingin pada Jimin beberapa hari sebelum kompetisi.
"Terus? Kenapa? Elo nggak suka gue cium di depan umum?" Jimin masih mencoba menebak hal yang mungkin membuat Lisa bersikap marah.
Lisa diam. Mungkinkah ciuman itu alasannya?
"Bukankah gue pacar elo? Kenapa gue nggak boleh melakukan itu pada kekasih gue sendiri?"
"Lis"
Keduanya menoleh pada sumber suara yang baru saja datang.
"Minta maaflah pada Jungkook" pinta Lisa pada Jimin.
Jungkook yang tak tahu apapun -yang dia tahu hanyalah Lisa memintanya untuk datang-, menghampiri Lisa.
"Jadi ini semua karena pria ini?" Jimin menunjuk Jungkook dengan telunjuk kirinya. "Elo..elo masih punya perasaan sama Jungkook? Pria yang terus mengkhianati elo?" tuduh Jimin.
"Yaish.." emosi Jungkook hampir meledak, sebelum Lisa mencegahnya.
"Minta maaflah"
"Lis, elo nggak salah? Elo tau dia tukang selingkuh. Dan elo masih ngebela dia?" Jimin masih tak terima.
"Jim, gue mohon"
"Gue nggak salah apapun sama dia. Gue nggak pernah salah"
"Lalu, bagaimana dengan.." Lisa menahan kalimatnya, berusaha menyembunyikan sakit hati yang hampir menumpahkan air matanya. Tatapannya tajam pada Jimin dan beralih menjadi tatapan rasa bersalah pada seseorang di belakang Jimin.
"Kak, gue nggak papa" gadis itu mendekat.
"Yu-Yuri?" Jimin terbata, kaget dengan kedatangan seseorang yang tak disangka akan menampakkan dirinya kembali.
Yuri masih dengan maskernya, berjalan mendekat, menatap Jimin tajam. Yuri merasa marah, namun dia juga menyadari inilah karma akibat perbuatan buruknya.
*
"Bukan Jungkook. Bukan mantan elo yang brengsek itu" kata Taehyung menyangkal setelah menjatuhkan nama Jungkook dengan kata-kata pedas.
"Tapi orang lain. Pacar Kak Lisa sekarang" kata Yuri
"Ma-maksud elo.. Nggak. Nggak mungkin Jimin melakukannya" sangkal Lisa.
"Tapi kenyataannya seperti itu, Kak. Cowok yang menyiram wajah gue dengan air keras dan membuat gue seperti ini" jelas Yuri.
"Gue pernah curiga sama dia. Tapi itu semua hanya kecurigaan dan langsung tertutup dengan sifat dan sikap polosnya" tambah Taehyung.
Orang yang terlihat tenang dan polos, tak selamanya menyimpan kepolosan dalam dirinya. Lihatlah dari dalam, bukan dari luar saja.
Vomment please..
KAMU SEDANG MEMBACA
FINNA [Lisa X BTS]
RandomTuhan, yang maha membalikkan hati dengan mudah. Aku sendiri tak akan tahu bagaimana sebuah kata 'cinta' datang dan pergi. Kadang dia datang membuatku terbang. Seiring waktu, dia juga membuatku terjatuh. Dimana 'cinta' akan tinggal? Cerita ini di...