18. Akhir? atau Awal?

1.4K 142 17
                                    

Anyeong..

Salam YOLO YOLO YO

#Wkwkwkwk
#NggakLucu

Yorobeun, udah pada liat 'Knowing Brother' guest BTS??

Gue belum, huhuhu T_T
#gaknanya

Liat previewnya aja udah ngakakkocak, pasti seru liat versi full nya..


Udah udah,
Back to this story

Yorobeun,
Sorry,
Mianhae,
Jeosongeyo,
Maaf,
'Afwan,
Ngapunten,
Sepurane,

Mungkin di part ini nggak sesuai dengan kehendak kalian.. Aq nggak tau ke Roma lewat jalan mana..

Siapkan diri aja!!












Happy reading







"Lisa, ayah tunggu di bawah. Lima menit lagi kita berangkat"

Pak Bagas membuka pintu dengan sumringah.

Malam ini Lisa sudah siap mengenakan gaun warna peach milik ibunya. Dengan sedikit polesan diwajah dan gulungan ringan diujung rambutnya akan menarik pesona tiap pria yang melihatnya.

Tidak seperti ayahnya yang puas melihat kecantikan anaknya, namun Lisa justru tak nampak bahagia. Bukannya dia tak menyukai gaun yang dikenakannya, bahkan dia sangat menyukai gaun itu. Hanya saja, dia mengenakan itu untuk suatu hal yang tidak diinginkannya. Bukan tak ingin untuk menikah, tapi dia belum siap saat ini.

"Ayah"

"Hmm??"

"Apa perjodohan ini tidak bisa di tunda?" kata Lisa lirih, takut akan menyinggung perasaan ayahnya. Namun Pak Bagas yang menjabat sebagai ayahnya masih bisa mendengar suara lirihnya.

"Kenapa? Tak ada alasan Ayah untuk menundanya, sayang. Lagipula kau pasti akan sangat senang dan langsung menyetujuinya setelah melihat pria itu. Kau tau, dia sangat tampan" Pak Bagas membisikkan kalimat terakhirnya di telinga Lisa.

"Tap..." Lisa berusaha mengelak. Bukan masalah tampan atau tidak yang Lisa pikirkan.

"Kau selalu menjadi kebanggaan Ayah" Pak Bagas menepuk pundak Lisa pelan. "Ayah akan tunggu di bawah"

Kebanggaan ayah. Dan Lisa tak bisa menolak ataupun melawan jika seperti itu.

Drrt drrt..

Benda tipis persegi panjang itu bergetar diatas nakas di samping ranjangnya. Menampilkan sebuah nama yang selama ini menjadi curahan seluruh kehidupannya.

"Udah berangkat?"

"Bentar lagi. Tae, gue harus gimana?"

"Gue paham perasaan elo. Ikuti kata hati elo, pasti ada jalan"

*****

"Mereka sudah datang. Kamu pasti akan menyukainya" Pak Bagas meyakinkan Lisa, menggenggam tangannya dan tersenyum.

"Mas Nugroho"

"Bagas"

Mereka berpelukan seolah sudah puluhan tahun tak bertemu.

"Dimana, Mas?"

"Dia masih ke toilet. Pasti dia gugup akan ketemu calon istrinya yang cantik ini. Haha.."

"Om bisa saja. Pasti dia akan lebih gugup saat mengucapkan nama Lisa di akad nanti" Lisa membalas lelucon Pak Nugroho dengan santai. Meski nyatanya hatinya ragu melakukan itu.

"Hahaha..." semua tertawa mendengar leluconnya.

"Kita pesan makanan dulu, sambil menunggunya"




"Dia sudah disini"

Ayah tersenyum. Lisa terdiam.

"Kamu akan senang dan langsung menyetujuinya"

Lisa teringat perkataan ayahnya sebelum berangkat.

"Ya, jika perasaanku masih sama seperti yang dulu. Mungkin aku akan senang seperti kata ayah. Tapi tidak untuk saat ini" batin Lisa.









"Nak Jungkook. Om lama nggak liat kamu. Kemana aja?" Jungkook menyalami Pak Bagas dan kemudian mereka memeluk satu sama lain.

"Hehe.. Maaf Om, Jungkook ada kegiatan di tim vokal"


"Loh, kok?" Pak Nugroho terheran dengan sikap dan tingkah mereka yang seolah mereka adalah sahabat yang telah lama tak berjumpa.

"Dia pernah ke rumah aku Mas. Dan usut punya usut ternyata Jungkook udah pacaran sama Lisa"

"Woooh.. Kamu ini diam-diam udah nyolong start duluan"

"Hai Lis, senang ketemu elo lagi" kata Jungkook dengan tersenyum.

"Hai" dan Lisa hanya menjawabnya singkat.

"Gimana kaki elo? Udah sembuh?"

"Baik"


Sial. Bocor.


"Kaki? Kamu sakit?"

"Kemarin kaki Lisa kram lagi. Dan sekarang Lisa baik-baik saja"

Cukup.




*

Lisa dan Jungkook meninggalkan meja mereka. Orangtua mereka memberi ijin. Anak muda juga perlu saling bicara, katanya.

Kini mereka tengah berdiri di balkon sebuah restoran yang mereka temukan. Tempat yang bagus untuk bicara.

"Dunia memang sempit, ya. Gue bersyukur, wanita yang akan gue nikahi adalah orang yang gue sayang" Jungkook membuka suara.

"Gue nggak tau harus bilang apa ke bokap gue"

Lisa memandangi langit di depannya yang tampak dekat, sangat dekat hingga terasa langit jatuh tepat di atas kepalanya.

"Elo nggak menginginkan perjodohan ini?"

"Gue pikir hubungan kita sudah bener-bener berakhir. Gue nggak tau itu-elo. Dan...Bokap gue pasti berpikir kita masih ada hubungan. Jadi dia sangat senang saat tau itu adalah elo"

"Gue nggak tau kenapa hubungan kita berakhir. Tapi dengan ini kita bisa memulainya kembali. Gue sayang elo, seberapa pun elo benci gue"

"Gue nggak bisa, Jun"

"Kenapa? Masalah Iren lagi? Dia cuma partner vokal, Lis"

"Gue..gue nggak tau, Jun. Elo sering nggak ada waktu buat gue. Dan Iren...meskipun bukan Iren, gue takut akan ada Iren Iren lain di antara hubungan kita. Dan...itu..."

"Jimin? Elo suka sama dia?"

"Jun, please. Hubungan kita sudah berakhir. Jadi jangan ungkit masalah Jimin lagi yang lo pikir penyebab semuanya".

"Jadi..elo sudah menutup hati buat gue?"

Gue nggak tau, memang semua sudah berakhir diantara kita. Tapi kenapa gue nggak bisa liat elo ada di dekat gadis lain saat itu.

"Sorry, Jun"

"Tapi kita akan menikah, Lis. Apa gue hanya bisa memiliki raga elo tanpa bisa memiliki hati dan jiwa elo?"

Tanpa di sadarinya sebuah cairan bening menetes dari sudut mata Lisa yang diikuti oleh tetesan-tetesan lain. Lisa menangis. Dia sudah terlalu lelah menghadapi semua yang terjadi di hidupnya. Saat ini yang dia butuhkan hanyalah istirahat. Istirahat di dalam pelukan hangat seseorang. Dan yang ada disini hanyalah Jungkook. Lisa larut dalam dekapannya. Menghabiskan semua air matanya di dalam pelukan Jungkook.

"Sorry, Lis. Gue tau gue egois. Sorry karena gue terlalu sayang sama elo dan terlalu berharap memiliki seluruh jiwa raga elo"


Permisi, boleh nanya sebentar??

Kalo boleh tau kalian suka Lisa jadi pasangan siapa?? Dan alasannya kenapa??

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang