3. Tae?

883 73 1
                                    

Anyeoong..

Sebelumnya, Thanks udah mampir dan vote..

Next..







Happy reading...


















*-*

"Kenapa nggak bangunin gue?" Lisa melirik jarum jam putih di dinding nuansa salju itu yang telah menunjuk di angka sepuluh dan sebelas.

June sudah bersiap di meja makan dengan dua potong roti bakar di piringnya.

"Capek"

"Ha?"

"Nih" June tak menjawab, malah menyodorkan rotinya bersama selai kacang dan segelas susu pada Lisa. June berdiri dan memanggang roti lain untuk dirinya dan Hanbin yang masih lelap.

June bukan tak membangunkan Lisa ataupun Hanbin. Dia lelah membangunkan Hanbin dan  menggedor pintu kamar Lisa.

"Kenapa nggak masuk aja, kan nggak gue kunci"

"Bukan muhrim" jawab June singkat. Mengingat kesepakatan bersama semalam untuk tidak membuka kamar Lisa sebagai lawan jenis.

"Oh, oke" Lisa pasrah, tak mungkin menarik kata-katanya yang sudah disepakati semalam.

"Setengah jam lagi kita berangkat" kata June sembari memanggang roti.

"Ha? Gue belum mandi belum persiapan yang lain masak cuma setengah jam" protes Lisa. "Hanbin aja belum bangun"

"Gue tunggu di depan"

"Jun.." teriakan Lisa tak dipedulikan June"Aish.. Ni cowok emang nggak bisa diajak kompromi"

*****











"Gue pikir hari pertama cuma perkenalan doang"

"Capek dobel"

Hari pertama menginjakkan kaki di akademi menari terbaik di Jepang, Lisa pikir hanya akan menjalani registrasi dan kembali istirahat. Tak seperti yang dibayangkan, tenaga yang di keluarkan hari ini lebih besar. Lebih besar dari asupan paginya, roti panggang tak cukup memberikan energi untuk menari walau yang dilakukannya hanya sekedar tarian dasar.

"Bukankah lebih cepat lebih baik"

Mendapatkan pelajaran lebih awal dari yang lain memang memberikan keuntungan lebih. Walau dikatakan latihan dasar, tetap saja semua memberikan keuntungan bagi yang melakukannya lebih awal.

"Yah, tapi gue belum persiapan apapun. Kesan pertama itu penting. Dan sekarang...mereka akan menganggap gue tak layak diterima disana"

Lisa belum puas menunjukkan kemampuannya pada pelatih teman seperjuangannya. Namun apa dayanya, Lisa hanya menunjukkan beberapa gerakan yang diingatnya selama latihan bersama Gikwang di patihannya dulu.

"Setidaknya elo sudah menunjukkan sedikit kemampuan elo. Lah gue.." Hanbin yang merasa lebih kurang beruntung dari Lisa menyahut.

Hanbin memang di sana saat registrasi dan pengabsenan, namun saat pertunjukan kemampuan singkat itu dia menghilang. Hanbin melarikan diri, mengitari lingkungan akademi demi mencari kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Siang tadi Hanbin tak sempat melahap roti panggang June karena terburu-buru. Alhasil Hanbin melewatkan ajang pertunjukan kemampuan yang singkat itu.

*****










"Gue cabut dulu"

Entah mendengarnya atau tidak, Lisa meninggalkan June yang sedang membersihkan badan. Sedangkan Hanbin menyalakan televisi flat sembari mengantri kamar mandi.

Lisa melangkah menelusuri jalan padat manusia itu. Kemudian memasuki sebuah bangunan besar. Di dalamnya terdapat berbagai macam produk kebutuhan sehari-hari. Lisa menuju bahan sayuran, mengingat hari pertamanya di Jepang yang mengabaikan kondisi perut dan energinya.

Beberapa bahan makanan sudah di dapatkan.

"Arigato"

*





"Apaan ni?"

Lisa mengikuti arus manusia itu, menuju ke sebuah tempat yang tak diketahuinya.

Di depannya sudah penuh dengan manusia.

"Ini?"

Musisi jalanan menggiring manusia itu menujunya dengan alunan musik mereka.

"Tae?"

Deringan gitar klasik itu mengingatkan Lisa pada sahabatnya. Sahabat yang menuntunnya sampai ke tempat sejauh ini. Sahabat yang harus menyimpan perasaannya demi mempertahankan dua hal berharga dalam hidupnya.

"Mungkinkah?"

Deringan itu semakin merasuk dalam memorinya. Mengingatkannya pada saat pertama dia mengajari alat musik itu.

"Ya?"

Lisa mencoba menyibak kerumunan manusia berlapis di sana. Seolah deringan gitar itu memanggilnya.








Ck










"Apa yang elo lakuin?" seseorang menarik tangan Lisa, menjauhi kerumunan manusia. Entah sejak kapan pria itu berdiri disana.

"Gue.."

"Elo seharusnya bilang ke gue kalo mau kemana-mana. Elo masih asing dengan tempat baru. Kalo elo ilang siapa juga yang susah. Hah"

"Gue.."

"Sekarang elo jadi tanggungjawab gue. Nggak seharusnya elo keluyuran sendirian kayak gini"

Lisa hanya menunduk, terdiam. Entah kalimat-kalimat June bisa diserapnya atau tidak. Saat ini yang dia resapi hanya dering gitar yang membawa memorinya pada Taehyung.

"Gue baik-baik saja"

"Ya, elo baik-baik saja saat ini. Beberapa menit kemudian, apa elo masih baik-baik saja saat gue nggak datang? Hah?"

"Jun, udahlah. Mungkin Lisa cuma perlu jalan-jalan sebentar" kata Hanbin.

"Kemarin elo terlalu khawatir akan jadi orang ilang dan sekarang...elo malah menghilang"

"Gue nggak menghilang. Gue cuma..."

"Udahlah, Jun. Nggak enak di denger orang. Sebaiknya kita pulang aja" Hanbin menengahi.

**///**









"Cepet pergi dari sini sebelum ketahun nyokap elo"

'*-*'

Vomment Juseyo

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang