34. Ring

1.1K 62 9
                                    

"Tidak perlu. Semuanya sudah jelas bagi gue"

"Rose"


Taehyung mengikuti tubuh Rose yang lemah, dia berjongkok. Rasa bersalahnya menuntunnya untuk memeluk tubuh Rose.

"Bodohnya gue. Bodohnya gue tertawa, bercanda, histeria dengan orang yang gue pikir merasakan hal yang sama dengan gue. Orang yang gue pikir tertawa saat disamping gue, nyatanya hatinya menangis dan berada di tempat lain untuk gadis lain. Bodohnya gue. Bodoh bodoh" diatas airmatanya, Rose menyalahkan dirinya sendiri. Rose menghukum dirinya yang merasa bodoh dengan memukul dadanya sendiri.

"Elo tau dia sahabat gue" Taehyung kembali menggenggam tangan Rose untuk menghentikan Rose menyakiti dirinya sendiri. Taehyung memeluknya lagi lebih erat.

"Ya, karena gue pikir dia sahabat elo makanya gue nggak terpikirkan sedikitpun hal ini akan terjadi. Ah.. Bodohnya gue benar-benar bodoh. Gue melupakan satu hal penting selama ini. Kita yang bermula menjadi sahabat lalu gue menyukai elo, karena cinta tak pernah terbatas. Lalu kenapa gue melupakan bahwa mungkin kekasih gue juga akan menyukai sahabat perempuannya. Ah benar-benar bodoh" Rose menjauhkan tubuh Taehyung dari dirinya. Rose mencoba sekali lagi menguatkan fisik dan mentalnya. Sekali lagi Rose mencoba berdiri kembali dengan sisa kekuatannya.

"Sorry"

"Sorry? Ah.. Nggak nggak. Memang gue yang bodoh. Jika gue nggak menyatakan perasaan gue ke elo mungkin sekarang elo sudah bahagia dengan Lalisa. So,.. sorry"

"Sorry. Karena gue sudah putus asa dengan perasaan gue kepada Lisa dan akhirnya gue.. Elo datang disaat yang tepat. Saat gue menyerah untuk Lisa dan elo menggantikannya untuk bisa melupakannya" Taehyung ikut bangkit dari duduk jongkoknya.

"Jika saja gue benar-benar bisa menggantikannya. Tapi sayangnya, tidak. Gue gagal setelah gue pikir gue berhasil. Dan rasa sayang gue sia-sia begitu saja"

"Tidak, Rose. Gue juga sayang sama elo" Taehyung mencoba memberikan ketenangan pada Rose dengan mengulurkan tangannya yang ingin memeluknya.

"Ya, gue tahu. Tapi sayang hanya sebatas sahabat" Tapi Rose yang sudah lebih kuat menolak tangan yang ia rindukan itu.

"Sorry"

****


Kedua makhluk tuhan itu telah jauh meninggalkan makhluk lain setelah membuatnya mengeluarkan darah segar dengan paksa. Makhluk cantik itu duduk di sebuah bangku yang memang disediakan oleh minimarket untuk pelanggannya. Kepalanya tertunduk, rambut lembut panjangnya menutupi wajah cantiknya yang menampakkan rasa bersalah.

Sementara, satu makhluk pria tinggi besar tengah berdiri di depan kasir. Memberikan lembaran uang kertas dan meraih dua kaleng minuman di meja kasir. June menarik pintu dan melangkahkan kakinya dari minimarket. Langkahnya terhenti dan menatap Lisa yang tengah duduk tertunduk. June menghela napas sebelum melanjutkan langkahnya. Ada perasaan tak nyaman saat Lisa tidak terlihat bersemangat seperti itu.

"Minuman dingin akan mendinginkan kepala elo" June meletakkan satu kaleng minumannya diatas meja di samping Lisa. Sementara, satu kaleng lainnya dibukannya dan diberikannya pada Lisa.

"Apa dia akan baik-baik saja?" Lisa mengangkat kepalanya perlahan dan menerima minuman dari June.

"Elo masih mengkhawatirkan dia? Jangan pernah berpikir untuk mendekati cowok brengsek itu lagi" June menempatkan pantatnya pada kursi disana dan mulai meneguk minumannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Elo mengenal Jimin sebelumnnya?" Lisa sudah menaruh kecurigaan sejak June mulai memukuli Jimin dengan ganasnya. Hanya saja Lisa baru berani menanyakannya saat ini.

"Tidak"

"Lalu?" Lisa semakin dibuatnya penasaran. Jika June tidak mengenal Jimin lalu untuk apa semua tinju yang ia berikan pada Jimin. Dan sangat jelas, bahwa tinju itu bukan tinju biasa tapi berisi kemarahan yang seolah telah lama dipendam June.

"Sua mengenalnya. Lebih dari hanya sekedar mengenal, Sua mencintainya. Cinta palsu yang membuat kematian nyata"

Sua? Adik June yang telah meninggal mengenal Jimin. Dunia memang sangat sempit. Dan kematian? Bagaimana Jimin dan Sua serta kematian bisa bertemu?

"Maksud elo... Jangan bilang bahwa Jimin yang membunuh Sua?" Lisa menatap June yang tak menatapnya.

"Secara teknis tidak. Tapi secara psikis, Ya" June dengan santainya menenguk minumannya kembali seolah kemarahannya mudah sekali menghilang bersama tinju-tinju itu.

"Apa maksud elo?" Lisa semakin tak percaya.

"Si brengsek itu tahu bahwa Sua menyukainya dan dia mempermainkan perasaannya. Setelah bosan dia meninggalkannya dan membuat Sua gila hingga memilih untuk meninggalkan dunia ini" June menjelaskannya dengan singkat, sangat singkat untuk sesuatu yang telah lama dia pendam selama ini.

"Jadi..."

"Jangan pernah mendekatinya. Ataupun berada di dekatnya"

"Hei... Tentu saja itu nggak mungkin. Elo tahu gue akan meninggalkan tempat ini lusa. Dan tentu saja gue akan meninggalkan Jimin. Juga...elo dan Taehyung"

"Tidakkah elo akan berubah pikiran? Belum terlambat, Lis"

"Hmmm... Maybe never"

****


Bandara sudah dipenuhi dengan lautan manusia yang baru saja datang dari negara lain ataupun manusia yang sudah datang sejak tadi pagi untuk menyambut kedatangan keluarga, saudara, kerabat, rekan ataupun sahabat mereka. Tak sedikit yang menggunakan papan nama untuk mencari dan menyambut orang yang ditunggunya. Tapi masih ada juga yang memanggil-manggil nama seperti anak kucing yang kehilangan induknya.

"LIS... LISA... SEBELAH SINI" teriak seorang pria berkostum serba hitam dari sepatu, celana, baju hingga topinya, kecuali rambut putihnya layaknya kakek-kakek. Dia melambaikan tangannya pada Lisa.

"Hai, Yoon. Gue tinggal bentar aja udah jadi kakek-kakek lo" Lisa mengambil topi Yoongi dan mengacak rambut berubannya. Yoongi mewarnai seluruh rambutnya menjadi putih.

"Enak aja lo. It's Style you know" katanya membela diri.

"Bilang aja lo frustasi kena kemarahan Jennie tiap hari" kata Lisa menyerang Yoongi yang diduga sering mendapat omelan-omelan Jennie, kekasih Yoongi.

"Hmm.. Kalo itu... nggak usah dibahas lah. Elo tahu sendiri" kata Yoongi seolah membenarkan tuduhan Lisa.

"Jadi beneran? Jennie masih suka marah-marahan?" Lisa kembali menyerang.

"Taulah" Yoongi tak bbisa mengelak. "Mana?" yoongi berusaha mengganti topik pembicaraan.

"Mana? Apaan?"

"Kim Taehyung, siapa lagi? Elo kan kesana untuk itu. Kenapa nggak dibawa pulang sekalian?" Yoongi celingukan mencari sesosok yang seharusnya kembali bersama Lisa.

"Emang dia barang pake dibawa kesana-sini segala"

"Bentar-bentar. Elo...nggak ada tampang sedih-sedihnya nggak pulang sama Kim Taehyung. Jangan bilang elo sudah melupakan Taehyung dan beralih ke hati orang baru disana" Yoongi menaruh kecurigaan pada ekspresi Lisa yang tak sedikitpun merasa sedih saat tujuan tak tercapai. Justru, Lisa tersenyum dan seolah tidak terjadi apapun dengannya ataupun Kim Taehyung.

"Jahat banget gue. Nggak semudah itu tahu. Dan nggak mungkin gue melupakan Kim Taehyung begitu saja"

"Trus?"

"Keren kan?" Lisa memperlihatkan jarinya yang dihiasi cincin emas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang