22. Sendiri

1.1K 102 5
                                    

Anyeong...
Hello...
Hai..

Thanks to reader, to vommenter yang telah datang dg sengaja atopun nyasar.. :D

Thanks, Its for you






Happy reading














Diantara keramaian dan kesibukan kendaraan ibukota, tak menghentikan salah satu kendaraan yang kini telah melaju dengan kecepatan kurang dari rata-rata.

Kini Lisa telah duduk di kursi depan sebuah mobil yang dikemudikan Jimin. Jimin tak mengemudikan dengan kecepatan tinggi yang biasa ia lakukan. Selain karena keselamatan dua nyawa yang tengah diperjuangkannya, dia juga tak ingin waktu berlalu lebih cepat saat bersama dengan gadis yang disayanginya.

"Kita nonton sekalian ya" tawar Jimin.

Kesempatan bisa mengajak Lisa pergi keluar rumahnya memang cukup langka dan sulit bagi Jimin. Karena kesibukannya yang selalu ada. Jimin lebih memilih mengalah saat ajakannya ditolak Lisa dengan berbagai alasan. Mulai dari acara keluarga, yang dimaksud acara dengan Ayahnya. Entah pergi hanya sekedar makan atau untuk berbelanja keperluan dapur mereka. Atau acara dengan calon keluarga Lisa alias dengan Jungkook dan keluarganya, walau sebenarnya Jimin sangat merasa kesal jika itu terjadi. Namun Lisa tak bisa menolak dan Jimin pun tak bisa melarang saat Lisa mengatakan itu adalah permintaan ayah Lisa.

"Hmm.. Oke. Daripada ketunda terus. Abid deh gue" Lisa menyetujui rencana Jimin karena sebuah alasan.

"Abis?? Kenapa?" tanya Jimin, seolah tahu Lisa terpaksa melakukan itu.

"Gimana enggak, tiap ketunda elo main nyium aja" jawabnya. Konyol namun benar. Jimin mencium kening atau pipi Lisa saat rencana mereka untuk menonton film terus-terusan tertunda hampir dua minggu.

"Hahaha.." Jimin tertawa mendengar alasan konyol Lisa. "Sorry-sorry. Nggak marah kan?"

"Marah. Gue marah" Lisa memalingkan pandangannya dari Jimin, berpura-pura kesal dan marah padanya.

"Jangan marah dong. Nanti gue beliin ayam goreng deh" bujuk Jimin.

"Apalagi elo ciumnya di depan Jungkook sama Taehyung. Kan malu"

"Hehe.. Sorry. Gue cuma pengen nunjukin ke Jungkook aja, kalo elo milik gue"

Mobil hitam itu masih melaju.

"Kok?"

Melewati jalan tikungan yang Lisa tahu adalah jalan menuju bioskop yang beberapa kali ia kunjungi bersama Taehyung. Tapi mobil Jimin berjalan lurus ke depan. Mungkin ke bioskop lain, batin Lisa.

"Jim, kok berhenti disini?"

Pemandangan yang aneh. Bukan. Tempat itu tidak aneh. Hanya saja Lisa belum pernah berada di tempat asing itu. Belum sempat menjawab, Jimin turun dari mobilnua dan membukakan pintu untuk Lisa layaknya tuan putri yang tuun dari kereta kencana.

"Rumah gue" Jimin akhirnya menjawab walau agak terlambat.

"What? Kok malah ke rumah elo? Ngapain?"

"Cari gaun"

"Elo punya gaun??"

"Enggak"

"Terus?"

"Bukan gue. Tapi nyokap gue punya"

Jimin membuka pintu setelah menekan enam angka kode.

"Wah... Rumah elo gede banget. Buat nampung seratus korban banjir muat nih. Hehe" canda Lisa.

Lisa melihat, menerawang dan mengamati setiap sudut rumah Jimin yang nampak luas bak lapangan, hanya bagian ruang tamu. Dan hanya sofa panjang disana. Bahkan diruang lain juga. Tempat itu luas, bahkan bisa dibilang sangat luas. Namun kosong. Tak ada perabotan ataupun sekedar hiasan dinding. Kosong.

"Sayangnya cuma gue yang nempati rumah ini" kata Jimin lirih.

"Bokap nyokap lo mana? Sepi banget"

"Gue tinggal sendirian. Dan pria itu pergi dengan wanita lain setelah memberikan rumah ini ke gue"

"Ha?"

"Masuklah"

Jimin membuka sebuah ruangan lain yang tak lain adalah kamarnya.

"Wah, bahkan kamar elo lebih besar dari rumah gue" lagi-lagi Lisa terkagum dengan ruangan di rumah itu. Tapi rautnya menjadi sendu setelahnya. Rumah itu nampak besar tapi tak berisi.

"Kemarilah" Jimin mendekati sebuah ruangan hampir seukuran kamar Lisa dan memintanya mengikuti Jimin.

"Wah.. Kau mengoleksinya? Atau..." kali ini Lisa terkagum dengan berbagai jenis gaun yang menggantung di ruangan yang difungsikan sebagai lemari penyimpan pakaian. Cukup aneh untuk seorang pria yang mengoleksi gaun wanita. Tapi tidak.

"Milik nyokap gue"

"Bagus-bagus" Lisa terpesona dengan deretan gaun disana.

"Pilih saja. Elo boleh memilikinya"

"Buat gue?" Lisa tak percaya.

"Tentu"

"Tapi ini milik nyokap elo"

"Dia nggak akan memakainya lagi" kata Jimin saat mengambil beberapa gaun untuk di tempelkan di tubuh Lisa.

"Kenapa? Ah, pasti nyokap elo punya banyak gaun baru dan lebih cantik" tebak Lisa dengan memandang mata Jimin. Namun nampaknya bukan itu jawaban dari mata Jimin.

"Dia pergi. Delapan tahun lalu" jelasnya.

"Ha?" Lisa akhirnya mengerti. Namun tak mengetahui alasan sebenarnya dibalik kepergian yang dimaksud Jimin.

"Dia pergi meninggalkan gue dan bokap gue. Tapi semuanya justru berujung gue sendirian" sekali lagi Jimin menjelaskan dengan masih memilih dan memilah gaun disana.

"Bukan" Jimin mengoreksi kalimatnya. "Tapi pria brengsek itu yang pergi meninggalkan gue dan nyokap gue dengan wanita lain. Dan nyokap gue sekarang sudah tenang di surga sejak saat itu. Dia tak perlu menderita lagi melihat kebrengsekan pria itu. Meski akhirnya gue yang menderita tanpa dia sekarang" Jimin terpaku di depan gaun ibunya. Tanpa menatap Lisa, pandangan Jimin mulai kabur karena embun dipelupuk mata menghalangi pandangannya.

"Sorry" Lisa merasa bersalah telah mengungkit masalah ibunya yang berakhir menumpahkan titik bening di sudut matanya.

"Gue baik-baik saja sekarang. Gue merasa dia ada di deket gue saat gue ada di samping elo. Elo ceria, elo hangat, elo dewasa seperti nyokap gue. Itulah alasan kenapa gue terus merasa nyaman di deket elo"

Lisa mengerti, Lisa paham akan perasaannya karena Lisa juga kehilangan seorang sosok ibu yang ia rindukan yang bahkan ia tak tahu bagaimana rupa seorang ibu yang telah melahirkannya.

Lisa membentangkan kedua tangannya dan memeluk Jimin dalam dekapannya.

"Gue akan selalu ada di deket elo"

Please vomment

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang