26. Okay?

542 60 3
                                    

"Bisakah kita bicara?"

Pesta barbeque berakhir. Bersama Kim Namjoon, Kim SeokJin meninggalkan perapian dengan menggendong sebungkus snack potato berukuran besar yang belum sempat dibukanya. Hanbin pun menyeret tubuhnya yang sudah lelah setelah sedari tadi menari di depan perapian bersama Jimin. Menuju ke dalam tenda masing-masing, mengistirahatkan mata dan tubuh yang sudah lelah.

*****

"Menurut elo semuanya akan baik-baik saja?"

Pria tinggi di sampingnya berjalan sembari menggendong snack besar yang diambilnya dari pusat jajanan yang masih steril dari sentuhan tangan siapapun.

"Apa?"

Sementara pria yang lebih tinggi di sampingnya berjalan santai sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam mantel dinginnya. Masih belum mengerti, dia mencoba mencerna pertanyaan yang diajukan dari sahabatnya.

"Elo pasti taulah" sang sahabat memalingkan pandangannya ke belakang, ke tempat asal yang mereka tinggalkan, memberi kode untuk pertanyaan yang dimaksudkan.

"Mereka?" tanpa turut memalingkan pandangannya ke belakang, dia bertanya, memastikan tebakannya adalah benar.

Sang sahabat satu jurusan satu universitas beda angkatan, mengangguk membenarkan. Sembari mendaratkan bokongnya pada kursi-kursi kecil di depan tenda kecilnya disana, dia membuka snack yang sedari tadi dibawanya kemanapun.

"Semuanya akan baik-baik saja kalau Lisa nggak datang ke Jepang dengan tiba-tiba" jawabnya, setelah membenarkan posisi bokingnya pada kursi.

"Elo nyalahin kedatangan Lisa untuk mimpinya?" tangan yang sudah siap meraup kepingan-kepingan snack potato kini terhenti, turut terkejut seperti pendengarannya yang tak yakin dengan kalimat yang diberikan sahabat di sampingnya.

"Gue nggak nyalahin impian Lisa. Hanya saja..." dia menggantung kalimatnya, otaknya berputar mencari kalimat atau lebih tepatnya alasan mengapa dia mengatakan itu. "...dia salah karena hadir diantara mereka berdua. Rose dan Taehyung"

Sahabatnya terdiam. Bahkan dia sendiri terdiam, masih berusaha mencerna kalimatnya sendiri, masih bertanya pada dirinya sendiri.

"Bagaimana dengan elo? Elo nggak nyalahin kehadiran Taehyung diantara kalian kan?"

Namjoon menatap mata Seokjin dalam. Otaknya terus berputar, apakah ini juga berlaku untuk Taehyung dan 'kalian' yang dimaksud. Namjoon melangkahkan pandangannya turun dari mata Seokjin, menuju benda di tangan Seokjin yang sedari tadi dianggurkannya.

"Makan aja snacknya" Namjoon meraup beberapa keping snack dalam tangan besarnya dan memasukkannya ke dalam mulut besar sahabatnya.

"Apa mungkin elo juga akan berpikir semuanya akan baik-baik saja kalau elo nggak pernah mengenalkan Taehyung dengan Rose" tanya Seokjin yang lebih terdengar bergumam karena mulutnya yang penuh makanan.

"Sudahlah. Itu hanya masa lalu. Lagipula gue sudah puas melihat ketulusan hati Taehyung pada Rose" Namjoon menatap ke depan sembari membersihkan bumbu snack yang mau tidak mau menempel pada telapak tangannya.

"Taehyung beneran mencintai Rose?" Seokjin cukup dibuatnya terkejut, Taehyung selalu menganggap Rose sebagai sahabat, itu yang dia tahu. "Ah...padahal gue pengen liat Taehyung jadian sama Lisa"

"Bukannya elo terlalu berharap melihat pernikahan Lisa sama Jungkook?" Namjoon menatap Seokjin kembali. Dia masih mengingat kalimat sahabatnya itu di depan api unggun.

"Awalnya emang gitu. Tapi siapa yang akan tega kalau cewek secantik Lisa terus dianggurin dan terus diabaikan sama si brengsek Jungkook" katanya sembari meremas bungkus snack potato yang belum kosong di pangkuannya.

"Dan sekarang mengharapkan persahabatan mereka putus dengan kehadiran percintaan mereka?" Namjoon kembali bertanya dengan penuh tanya, serasa semuanya tidak akan mungkin.

"Kenapa emang?" Seokjin menggedikkan bahunya, tak peduli dengan kalimat sahabat di sampingnya saat ini. Seolah dirinya berkata tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, bukan?

"Hanya..."

"Tidak ada yang namanya murni persahabatan dari persahabatan pria dan wanita. Elo tau maksud gue kan? Kayak elo dan~" kalimatnya terputus oleh tangan Namjoon kembali.

"Jangan banyak omong lo. Makan ni makan lagi" Namjoon menyumpel mulut besar Seokjin dengan snack kembali. Lalu berdiri meninggalkan Seokjin sendiri.

*****

"Elo oke?"

Lisa merebahkan punggungnya setelah menyikat gigi dan mencuci wajahnya. Beruntung, malam ini tak sedingin malam biasanya. Mencuci muka di alam terbuka tidak akan membuat wajahnya membeku malam ini. Rembulan pun indah menampakkan sinarnya. Tapi sayangnya, itu tak seindah pikiran Lisa yang mengkhawatirkan banyak hal.

"Apa?" Rose membuka setengah wajahnya kembali. Setelah sebelumnya dia menutup wajah cantiknya dengan cepat saat Lisa masuk ke dalam tenda.

"A.. Bukan apa-apa" Lisa mengambil selimut di samping kirinya. "Gue pikir June akan mengatakannya ke elo" Lisa bergumam pada dirinya sendiri.

"June?" Walaupun Lisa berbisik pada dirinya sendiri, namun Rose masih bisa mendengar kalimat itu. Sebuah nama yang membuat wajahnya harus dia sembunyikan dari Lisa sejak tadi. "A.. Elo yang minta?" Rose mengalihkan selimut yang menutupi wajahnya, kini matanya menatap Lisa. Berharap mendapat kalimat lain dari mulut Lisa.

"A.. Sorry" Lisa menarik selimutnya keatas, menutupi tubuhnya yang kedinginan. "Gue nggak bermaksud membuat hubungan elo sama Taehyung berantakan. Dan gue juga nggak bermaksud menghancurkan harapan June. Semua salah gue." mata Lisa menatap jauh ke atas langit-langit tenda yang hanya dihuni oleh dua orang gadis cantik disana. Masih ada rasa sesal dan khawatir meski semua sudah tertutup dengan kehadiran mereka disana. Lisa hanya perlu memastikan rasa khawatirnya tidak berlanjut lebih dalam.

"Elo ngomong apaan sih. Elo nggak salah tau nggak. Gue nggak apa-apa. Gue baik-baik saja. June pria yang baik. Meskipun sedikit dingin" Rose ikut menatap langit-langit yang sama dengan Lisa.

"Elo nggak marah sama dia?"

Rose menggeleng

"Gue seneng dia melakukan itu. Elo tau? Akhirnya gue bisa tau kalo Taehyung juga sayang ke gue"

"Iya, gue rasa dia sangat menyukai elo. Elo tau? Seumur-umur gue bersahabat sama Taehyung dia nggak pernah pacaran bahkan suka dengan seorang cewek walaupun banyak gadis yang mengejarnya. Dan ini pertama kalinya bagi Taehyung, gue rasa. Ternyata tipe gadis yang disukainya adalah gadis cantik, tinggi, suara manis dan bisa melakukan apa saja seperti elo. Gadis sempurna. Seleranya sangat tinggi. Ah... Bagaimana seleranya tumbuh tinggi begitu cepat. Apa yang dilakukannya selama dua tahun terakhir? Apa dia baik-baik saja?"

"Dia baik. Dia selalu bilang baik-baik saja di depan gue ataupun di hadapan orang lain. Dia selalu bisa menyembunyikan ketidakbaikannya di hadapan siapapun"

"Maksud lo...dia punya masalah?"

"Masalah? Banyak masalah yang dialaminya. Mungkin sudah hampir semua masalahnya dia katakan ke gue termasuk larangan bermain musik yang sangat dicintainya. Tapi satu hal masalah yang tidak pernah dia katakan, dan gue malah mendengarnya dari orang lain"

"Dia punya masalah? Serius?"

"Masalahnya dia tidak pernah melupakan gadis yang dicintainya. Itu kata Namjoon. Hal yang sempat menjadi masalah gue juga. Karena gue pikir Taehyung tidak pernah mencintai gue sama sekali. Tapi berkat June, akhirnya gue tau Taehyung juga sangat mencintai gue. Gue bersyukur"

"Syukurlah. Tapi June..."

"Jika June datang lebih dulu, mungkin gue akan sangat mencintainya seperti Taehyung juga. Tolong sampaikan maaf gue ke June"

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang