27. Regret

553 54 1
                                    

"Bisakah kita bicara?"

Saat semua orang di sana kembali menuju tenda untuk beristirahat, pria tinggi berkulit putih itu tak ingin beranjak.

"Duduklah"

Pria itu menatap pria lain yang duduk disana sampai beberapa detik. Kemudian meletakkan pantatnya pada kursi kecil disana tanpa perlawanan.

Tak ingin sendiri, Taehyung meminta June untuk menemaninya. Bukan tidak berani pada malam dingin dan gelap ini, hanya berteman dengan kobaran api yang perlahab mulai padam di depannya. Hanya... Taehyung ingin mendengarkan. Setidaknya sepotong kata dari teman sahabatnya itu.

Taehyung terdiam menatap api disana. Sesekali ia memasukkan ranting-ranting yang mereka kumpulkan disana. Terdengar suara gemeritik kecil api yang memakan ranting. June pun tak mengatakan apapun, pasalnya dia sendiri menunggu kalimat dari pria yang menyuruhnya untuk duduk di sana.

"Tidak ingin mengatakan sesuatu?" Taehyung membuka suaranya.

"Kalo elo berharap gue minta maaf ke elo, jawaban gue tidak"

Mungkin June sudah tahu apa maksud dan tujuan Taehyung menahan kepergiannya dari tempat itu. June tahu pasti kejadian akibat ulahnya itu melibatkan banyak orang. Salah satu pihak yang sangat terlibat adalah pria di depannya itu.

June menatap Taehyung samar diantara kobaran api yang meninggi kembali. Jawaban yang diberikannya sudah pasti dan yakin. June tidak menyesali perbuatannya.

Dengan samar Taehyung tersenyum. Tersenyum atau menyeringai? Yang jelas, June melihat salah satu sudut bibir Taehyung terangkat.

"Elo beneran menyukainya?" tanya Taehyung.

Atau lebih tepatnya menegaskan dengan kalimat dari apa yang dilakukan June saat itu.

"Pertanyaan yang masih gue tanyakan pada diri gue sendiri. Dan jawabannya 'Mungkin'"

June belum meyakini tindakannya. Tapi kata 'mungkin' sudah menjawabnya. Setidaknya ada kata 'iya' di balik kata mungkin yang berarti 'benar. June menyukainya'

"Seberapa besar rasa suka elo padanya?"

Walau Rose adalah kekasihnya, bukan berarti Taehyung bisa mematahkan atau memusnahkan perasaan cinta dan sayang orang lain untuk kekasihnya. Setidaknya, Taehyung harus meningkatkan perasaannya lebih dalam untuk mempertahankan kekasihnya agar tidak jatuh ke tangan orang lain.

"Sebesar.... Gue nggak tau" June mulai berbicara santai dengan saingannya itu. "Cuma...pengen melihat wajahnya setelah gue terbangun dari tidur. Melihat wajahnya yang menggemaskan saat dia merasa jengkel dan panik. Melihatnya tersenyum meski lelah dan berkeringat. Perasaan ingin melindunginya saat dia menangis karena seseorang yang dia perjuangkan tidak pernah tahu bagaimana sakitnya pengorbanan" June menekan kalimat terakhirnya sembari menatap mata seseorang di seberangnya tajam.

"Elo bener-bener menyukainya? Kayaknya elo nggak menyesal melakukannya. Elo beneran nggak berniat minta maaf ke gue?" Taehyung menegaskan sekali lagi karena tak ada tanda penyesalan sama sekali dari June.

"Jawaban gue masih sama, 'Mungkin'. Dan bukan ke elo seharusnya gue minta maaf. Gue gagal membuatnya tersenyum. Gue harus minta maaf ke dia"

June mengulangi jawabannya dari pertanyaan yang sama. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kata 'mungkin', bisa berarti dua hal. 'Mungkin iya' dan 'mungkun tidak'. Tapi jawaban June seolah lebih mengarah menuju kata 'iya'. Dan jawaban June, Iya June benar-benar menyukainya. Dan sudah pasti dia akan menyesal karena tidak bisa membuat orang yang disayanginya tersenyum.

"Gagal? Tersenyum? Maksud elo?"

"Ada seorang gadis bodoh yang mengorbankan rasa kesukaan dan kegemarannya. Menukarnya dengan hal yang dibencinya hanya untuk bertemu seseorang. Seseorang yang terlalu bodoh karena tidak pernah menyadari pengorbanannya." June menekankan kata 'bodoh' dengan matanya. Matanya menatap manik mata Taehyung dengan rautnya yang tak tenang. "Ya, gue menyukainya, gadis bodoh itu. Tapi gue gagal membuatnya tersenyum bahagia bersama pria yang diperjuangkannya"

"Rose....mengorbankan sesuatu yang tidak gue tau?" Taehyung meneliti setiap kalimat yang diungkapkan June. Pasalnya sebagai sahabat Taehyung tidak pernah tahu bahwa Rose mengorbankan hal berharganya. Atau mungkin Taehyung melewatkan sesuatu dari hidupnya bersama Rose. Seperti pingsan atau tertidur saat Rose berkorban, pikirnya.

"Awalnya gue hanya menduga elo bodoh. Tapi ternyata elo benar-benar bodoh" June beranjak dari kursinya dan melempar ranting kecil di tangannya pada api di depannya yang masih berkobar panas.

"Elo? Gue, bodoh? Maksud elo?" Taehyung semakin kepanasan. Bukan karena api di sana. Tapi kalimat June membuat darah dalam dirinya memuncak. Namun kali ini emosinya masih bisa terkontrol. Seperti... Taehyung sudah terbiasa dengan kata itu. Kata yang juga sering diucapkan oleh Lisa.

"Sudahlah. Gue nggak pengen mulut gue berbusa hanya untuk menjelaskan pada orang bodoh" June bergumam. Gumaman yang masih bisa didengar oleh Taehyung.

"Tunggu. Rose. Bukan Rose yang elo suka" Taehyung turut beranjak dari duduknya dan mencoba menerjemahkan setiap kalimat June selama ini. Mungkin bukan tentang Rose yang mereka bicarakan selama ini. Bukan Rose yang membuat dua insan jantan disana saling berbicara serius.

"Nggak penting siapa yang gue suka sekarang. Gue hanya berharap dia tidak akan pergi dan terus tersenyum bahagia dengan pria yang disukainya. Sehingga pengorbanannya tidak sia-sia" June berbalik dan melangkahkan kakinya menjauh dari perapian beserta pria di sana.

"Lisa?" Taehyung berhasil menghentikan langkah June.

Berhenti tanpa memutar tubuhnya, June telah menjawab.

"Sekarang sudah terlambat. Jika tidak bisa membuatnya tersenyum, setidaknya jangan membuatnya menangis" kalimat terakhir June sebelum meninggalkan perapian bersama Taehyung. Kalimat terakhir yang mampu membuat Taehyung berpikir dan merenung. Semua tentang Lisa, semua tentang dirinya dan semua tentang perasaan diantara mereka.

*****

Temu kangen dengan sahabat yang akan ditinggalkannya (lagi) terlaksana dengan rapi. Meski Dia sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi diantara sahabat-sahabatnya.

Lisa membuka pintu, kembali dari suatu tempat.

"Darimana?" tanya June yang baru saja mengambil minuman dari lemari pendingin tak jauh dari pintu utama.

"Akademi" jawab Lisa sembari menggantungkan mantelnya.

"Bukankah libur?" tanyanya kembali setelah meneguk air mineral dalam botol.

"Mr. Hoya nggak" jawab Lisa singkat sembari merebut botol dari tangan June.

"Kenapa Mr. Hoya?" June menatap Lisa curiga. Entah, tapi June merasa sesuatu yang ditakutkannya akan terjadi.

"Gue sudah mengurusnya" jawabnya ringan.

"Apa?" ada hal yang ditakutkannya. Berharap jawabannya tidak seperti dalam pikirannya saat ini.

"Pengunduran diri"

Dan terjadi sudah. June terdiam. Masih menatap Lisa tak percaya. Jika pengunduran diri itu sudah terjadi maka akan ada hari dimana dia akan benar-benar kehilangan. Bahkan saat ini, rasa kehilangan itu sudah mulai merasuk dalam tulangnya. Menggerakkan tangannya menuju pundak Lisa.

"Elo akan menyesal"

*****

Thanks for your vote and comment..

Sebelumnya sempat baca komen yang pengen cerita Lisa lagi.. So, my new story about Lisa and BTS again.. Silahkan tengok di work aku..

BLACK half PINK [Lisa X BTS]

Cerita tersebut dirangkum dari mimpi-mimpi yg aku+temanku alami selama ini, kemudian dipoles dg sedikit imagine..

Yang penasaran, silahkan mampir ya...

Geumawoo..

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang