8. Street Musician

641 65 2
                                    

Anyeong...










Nggak tego arep ninggal..

Lanjut ae
















Happy reading

*-*



"Ya, karena itu dulu. Udah lama banget"

"Sekarang? Apa tujuan elo itu sudah berubah? Kemana tujuan elo?"

*-*





"Kemana?"

Namjoon terpaksa mengikuti langkah Taehyung. Koridor depan kelas menjadi saksi mata dengan puluhan pasang mata yang menyaksikan keajaiban yang berujung keanehan. Pasalnya, kedua pria itu lebih nampak seperti sepasang kekasih yang memaksa kekasihnya bertemu dengan orangtua mereka. Genggaman tangannya erat, membuat Namjoon tak mungkin bisa lari dari Taehyung.

"Anterin gue ke tempat Rose" kata Taehyung masih menarik pergelangan tangan Namjoon.

"Elo mau nyanyi lagi?" Namjoon melepas genggaman tangan Taehyung, merasa tak sanggup jika harus melanggar larangan itu.

Namjoon paham betul dengan kebiasaan sahabatnya ini. Taehyung memang menyukai hobi dan kebiasaan lamanya,  berada di hadapan penonton yang menikmati lagunya. Bukannya Namjoon melarang atau tak menyukai bahwa Taehyung kembali ke dunianya. Tapi,.. Jika Namjoon menyetujui Taehyung bernyanyi berarti Namjoon juga setuju membuat saudaranya mendapat hantaman keras dari ibu Taehyung. Ibu Taehyung menginginkan anaknya fokus pada pendidikannya. Menjadikan anaknya sebagai dokter adalah kebanggaan tersendiri bagi ibu Taehyung.

"Hm. Pinjemin gitarnya" Taehyung berhenti, berbalik menghadap Namjoon.

"Kenapa nggak elo sendiri yang pinjem?" Namjoon tak ingin ikut campur dalam masalah ini. Berharap Taehyung tak melanjutkan niat yang bisa menghancurkan kebanggaan orang tuanya.

"Gue..gue lagi tengkar sama dia"

Ya. Hubungan keduanya memang sedang tak baik. Rose meminta Taehyung untuk melupakan masa lalunya yang terus membuatnya tak bahagia. Namun Taehyung masih tak bisa atau lebih tepatnya tak ingin melupakan orang di masa lalunya yang pernah membuat jantung berdebar hebat.

"Bro, jentel dikit napa? Elo bisa ngomong baik-baik dan minta maaf"


*


"Seharusnya gue yang minta maaf. Gue tau perasaan elo"

Ketiganya duduk di salah satu bangku kosong di cafe coffee dengan secangkir kopi yang masih mengepulkan uap. Masih ada perasaan canggung diantara Taehyung dan Rose. Namun segera mencair dengan kata 'maaf' diantara keduanya.

"Thanks"

"Dan sekarang dia bingung dengan semua uangnya" sahut Namjoon.

Namjoon tahu selama ini Taehyung sudah banyak melakukan pelanggaran. Bukan pelanggaan. Melakukan hobi bukanlah pelanggaan. Tapi mungkin hanya akan mendapat kartu merah dari ibunya.

Namjoon tahu, Taehyung melakukan itu bukan karena ingin di depak dari gelar anak oleh ibunya. Taehyung melakukannya untuk meringankan beban di kepala dan hatinya. Tugas kampus yang membebani kepalanya dan rasa rindu mendalam yang membebani hatinya.

"Uang?"

"Ya, dia nyimpen semua uang itu sampai saat ini. Tapi nggak tau harus diapakan semua uang itu" jelasnya.

"Gue pikir elo udah ngabisin semua uang itu"

"Gue masih nyimpen semuanya. Tapi gue khawatir nyokap bakal tau kalo gue masih nyanyi. Dan nggak mungkin gue buang semua itu dengan sia-sia. Iya kan?" tambah Taehyung.

"Kenapa nggak ngomong, gue tau tempat nyumbangin uangnya?"

"Beneran?"

"Bulan depan ada acara amal. Semua orang bisa ngasih apapun termasuk suara. Kayak gue"

"Akan ada pertunjukan?"

"Ya, tentu. Dan tentu saja elo juga bisa berpartisipasi"

"Yang bener aja. Itu acara besar. Dan bukan nggak mungkin nyokap gue ada di sana. Iya kan?"

"Elo bener"

"Walau gue sangat ingin tapi gue nggak bisa"

"Oke. Jadi...terpaksa elo cuma bisa nyumbangin uangnya"

***





"Rame lagi tu. Ada musisi jalanan lagi?"

"Musisi jalanan?"

"Gue kesana"

Lisa berlari mendekati kerumunan itu. Deringan gitar membuat dirinya bersemangat meski harus menyibak lapisan manusia disana, diikuti June dan Hanbin. Akhirnya Lisa bisa berdiri di barisan terdepan bersama penonton--penikmat musik jalanan, untuk pertama kalinya.

"Cie..yang hatinya berbunga-bunga" Lisa menyenggol lengan June yang baru saja berhasil menyibak kerumunan manusia, mengikuti Lisa.

"Apaan?" tanya Hanbin.

"Itu tu, cewek demenannya June"

June tak menunjukkan ekspresi apapun. Tapi Lisa tahu, hati June sedang berbunga layaknya kembang mekar di musim semi.

"Beneran? Cie.." Hanbin ikut berbangga, melihat sahabatnya menemukan seseorang yang bersuka.

Pertunjukkan yang menakjubkan, juga pemandangan yang membuat teduh. Tanpa sadar sudut bibir June terangkat dengan mata yang tak pernah teralihkan dari gadis di hadapannya. Rose terus tersenyum dengan sesekali menggerakkan kepalanya ringan ke kanan-kiri, mengikuti irama dari musik yang diciptakannya.

"Menarilah untuk dia" Lisa menemukannya. Tujuan yang akan membuat June bersemangat menari dengan sepenuh hati.

"Ha? Apaan?

"Daripada elo cuma bisa liatin dia dari jauh. Kenapa elo nggak deketin dia aja?" sarannya.

"Apaan sih?"

"Jujur sama diri elo sendiri. Jujur ke dia, kalo elo suka sama dia" Lisa menggenggam tangan June, meletakkannya pada sisi kiri dada June. Menatap manik matanya, memastikan June akan melakukan 'tujuan' itu.

"Bener tuh"









Tepuk tangan menandakan berakhirnya pertunjukan Rose. Beberapa orang berjalan menuju benda hitam panjang yang diketahui sebagai tempat menyimpan gitar.

"Tunggu, pertunjukan kami belum selesai. Silahkan kembali ke tempat anda dan nikmati pertunjukan kami" Rose mengangguk pada seseorang.

Seorang pria keluar dari kerumunan penonton, berjalan mendekati tempat Rose berdiri.

"Tae?"


*-*

Vomment juseyo

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang