24. Haruskah?

1K 110 5
                                    

Anyeong..
Hai, hello..

Rilex sejenak,
Yg ini sedikit lebih ringan,
Jadi santai aja,





Happy reading...











Hari-H semakin dekat. Tiga hari menuju kompetisi membuat mereka harus berlatih lebih keras. Bahkan waktu sudah menunjukkan jam lima sore, tapi Lisa masih berada di ruang latihan.

"Lis, masih latihan?"

Jungkook hampir setiap hari berdiri di sana, di ujung pintu dan menyaksikan penampilan solo ataupun duo bersama Jimin.

"Udah selesai kok"

Tanpa penolakan lagi, Lisa mengikuti tawaran Jungkook untuk diantar-jemput, pulang, makan malam bersama atau hanya sekedar berjalan mengelilingi kota yang berujung dengan bibir manyun Lisa. Lisa tetap melakukannya meski dengan setengah hati. Karena satu penolakan berarti kekecewaan akan tergores dihati ayahnya.

"Sebentar" kata Jungkook saat ponselnya mulai berdering. Jungkook berdiri dan meninggalkan meja di sudut cafe dan beralih menuju keluar. Lisa hanya mengangguk dan menunggunya kembali.



"Siapa?" tanya Lisa saat Jungkook sudah kembali berdiri di hadapannya.

"Uh- itu. Bokap. Katanya dia seneng gue bisa makan bareng elo sekarang"

"Hmm" Lisa hanya kembali mengangguk dan menyeruput ice americano nya. Karena sebenarnya Lisa tak tertarik untuk membahas urusan Jungkook meskipun dia tahu jawaban Jungkook berbeda dengan apa yang terjadi.

Dan semuanya kembali hening.

"Elo inget saat kita dipertemukan orang tua kita? Bokap gue suka banget sama elo. Dia sangat berharap elo yang jadi istri gue"

"Hmm. Begitupun bokap gue"

"Tapi saat itu... Bokap elo nggak tahu kaki elo sakit. Ah, sorry gue jadi inget itu. Gimana bisa jadi seperti itu?" tanya Jungkook pada penasarannya yang sempat tertunda.

"Nggak papa. Gue cuma kepleset dan nggak pengen bikin khawatir aja" Lisa memberikan alasan palsu, karena itu memang sudah berlalu yang tak perlu diungkit kembali. Tapi...

Pikirannya kembali mengingat tragedi waktu itu.

"Jangan dekati dia lagi!!"

Kalimat itu. Lisa tak pernah melihat Yuri sejak saat itu. Akankah Yuri baik-baik saja? Nyatanya Lisa tak pernah mengindahkan peringatan itu, karena tak mungkin Lisa menjauhi sahabat yang menemaninya selama hampir tujuhbelas tahun tanpa alasan yang masuk akal.

Lisa bersyukur selama ini Taehyung tak membahasnya lagi yang artinya dia tak tahu dan Yuri ataupun Taehyung akan baik-baik saja selama Taehyung tak tahu kejadian sebenarnya.

***

Jungkook membawa Lisa kembali ke rumahnya dengan selamat.

"Syukurlah ada Jungkook yang menjaga kamu. Kamu pasti senang tiap hari bersama dia?" tanya Pak Bagas pada Lisa setelah mengantar Jungkook hingga depan pintu.

"Ayah" Lisa berdiri di ujung meja makan tanpa melakukan apapun.

"Dia tampan, pintar, baik. Kamu beruntung menjadi pacarnya. Dan..sebentar lagi akan menjadi istrinya" Pak Bagas menyeruput kopinya.

"Ayah"

"Hidup Ayah sekarang sudah tenang. Tinggal menunggu pernikahan kalian"

"Ayah, ada yang pengen Lisa omongin"

"Hm?? Ngomong aja"

"Apa perjodohan ini bisa di batalkan?" kata Lisa dengan melirihkan kata terakhir.

"Ha?"

"Apa...Lisa harus menikah dengan Jungkook?" kata Lisa, kali ini tegas.

"Apa yang kamu bicarakan?"

"Apa Lisa tidak bisa menikah dengan pria pilihan Lisa sendiri?"

"Kenapa? Bukankah kalian pacaran? Bukankah Jungkook pria pilihanmu?"

"Sebenarnya...Lisa...Jungkook"

"Hubungan kalian baik-baik saja kan?" Pak Bagas menaruh kecurigaan dari gelagat anaknya.

"Sebenarnya...Lisa sudah lama putus dengan Jungkook"

"Ha? Apa Ayah salah dengar?"

"Tidak, Ayah tidak salah dengar. Lisa sudah putus dengan Jungkook bahkan sebelum perjodohan ini di mulai"

"Tapi...kau terlihat baik-baik saja"

"Lisa akan merasa baik saja saat Ayah merasa bahagia"


*****


Rooftop sekolah, menjadi tempat paling nyaman saat seseorang membutuhkan ketenangan pikiran.

"Kompetisinya lusa. Gue pikir elo akan di ruang latihan seharian penuh"

Seseorang datang tak di undang menghampiri pendengaran Lisa.

"Tae?" Lisa menoleh pada sang sumber suara.

"Apa yang elo lakuin disini?" Taehyung duduk disamping Lisa dan menatap langit biru yang sama seperti yang Lisa lakukan sejak satu jam tadi.

"Tae"

"Hmm?"

"Apa gue harus egois? Apa gue harus menyakiti perasaan orang lain?" Lisa mulai menyuarakan tema yang selama satu jam itu hanya ia pikirkan sendiri.

"Nggak. Elo nggak harus menyakiti siapapun. Tapi disamping itu semua elo jangan pernah menyakiti diri elo sendiri"

Hfft. Lisa mengeluarkan nafas kasar sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Gue udah ngomong ke bokap"

"Terus?? Apa katanya??"

Lisa sudah lelah. Sebuah bahu sandaran disampingnya sangatlah cocok menjadi umpan sandaran kepalanya lelah. Lisa bersandar di bahu Taehyung.

Hfft. Lagi lagi Lisa menghembuskan nafasnya kasar.

"Tak ada jawaban. Artinya gue harus mengikuti keinginan bokap gue. Tapi gue juga nggak pengen Jimin sakit hati. Dia butuh perhatian seseorang"

"Elo selalu memperhatikan perasaan orang lain. Tapi apa elo sudah memperhatikan perasaan elo sendiri?"

"Gue pikir gue akan bahagia saat semua orang bahagia"

"Tapi nggak semudah itu kan"

Kini Lisa dalam pelukan Taehyung.

"Gue nggak tahu harus gimana lagi"

"Lo-love Yourself. Itu yang bisa gue katakan" kata Taehyung terbata.

"Elo. Oke?" tanya Lisa saat merasakan sesuatu yang aneh pada diri Taehyung.

"Oke. Kenapa?"

"Detak jantung elo...cepet banget. Abis main futsal lagi sama Hanbin?" Lisa bangkit dari dekapan Taehyung.

"A-ah. Iya, gue abis main futsal" jawab Taehyung diiringi petikan jarinya.

"Tapi tumben elo nggak bau kringet"

"Gu-gue mandi dulu" Taehyung bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Lisa diatap sendirian sebelum Lisa bertanya banyak hal padanya.

"Tae, Tunggu"



Ada yg pernah merasakan TTM?? Boleh dishare disini..

Geumawo,

Vomment juseyo

FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang