23. Sorry

636 61 3
                                    

"Gue nggak nyangka elo bisa senekat itu"

Melelahkan, sangat. Lisa tak pernah menyangka lima menit di atas panggung ternyata lebih melelahkan dari delapan jam di ruang latihan. Bukan lelah fisiknya, tapi lelah jiwanya yang harus menghadapi pukulan keras yang jelas tak pernah ia persiapkan sebelumnya. Bahkan ia tak pernah berpikir hal itu akan terjadi dalam hidupnya. Memang itu bukan tentang dia. Tapi karena dia semua itu bermula. Jika dia tahu akan terjadi hal itu, ia tak akan memulai semua itu.

"Aw" June meringis menahan perih.

Lisa membuka kotak P3K dari lemari di sudut ruang itu. Dia duduk di samping June, membasahi kapas putih itu dengan cairan bening dingin yang beraroma agak menyengat. Dia membersihkan cairan merah di sudut bibir June. June menatap Lisa tak mengerti. Tangannya hampir merengkuh tubuh Lisa dalam dekapannya. Namun rasa perih di bibir akibat cairan lain dari ujung cotton bud menusuk lukanya, menahan tangannya untuk tak melakukan apa yang ada dalam hatinya.

"Tahan. Elo bisa menahannya di depan Rose" Lisa kembali mencelupkan cotton bud dalam obat merah itu.  "Elo pasti suka banget sama Rose"

"Sorry" kata June singkat tanpa melepas pandangannya dari Lisa.

"Dan Taehyung..." Lisa mengehela napas, tangannya menghentikan aktivitasnya di wajah June. "Dia sudah jelas banget, sayang banget sama Rose" Lisa menurunkan tangannya.

"Sorry" June melepas tatapannya dari Lisa. Dia tak sanggup terus merasa bersalah di depan mata Lisa.

"Dan gue..." Lisa memotong kalimatnya sembari mengemas dan menutup kotak P3K. "Gue akan segera pesan tiket untuk keberangkatan minggu depan" Lisa bangkit, menjauhi June bersama kotak P3k di tangannya.

"Tiket apa? Jangan bilang elo mau balik ke Indonesia" June menatap punggung Lisa. Lisa pun tak segera menjawab pertanyaan June. Membuat June dibuatnya penasaran.






"Bantuin gue berkemas" Lisa menjawabnya, tanpa menoleh pada June dan berjalan menuju kamarnya.

"Nggak" June sudah berdiri di belakangnya, menahan bahu Lisa, meminta penjelasan lebih dari Lisa.

"Elo udah janji bantu gue" Lisa membalikkan tubuhnya menghadap June.

Ya, June memang pernah mengatakan akan membantu Lisa untuk berkemas saat Lisa ingin meninggalkan Jepang dan kembali ke Indonesia. Dia mengatakannya, saat Lisa terlihat sangat putus asa. Namun bukan itu maksud June, bukan bermaksud untuk merelakan Lisa pergi. Tapi menahannya untuk tetap tinggal dengan candaan yang ternyata tak terasa lucu bagi Lisa.

"Tepatin dulu janji elo"

"Janji? Apaan?"

"Camping"

****






Cafe. Lisa duduk salah satu bangku di sana. Di depannya, dua buah gelas masih mengepulkan uap panasnya pertanda minuman itu baru saja datang. Segelas marsh-milo di hadapannya dan hot chocolate di seberangnya. 


Klek


Pintu cafe itu terbuka. Lisa mengangkat tangannya, menarik perhatian seseorang untuk menghampirinya.

"Apa yang terjadi? Elo terluka? Bagian mana?"

Pria itu langsung berlari pada Lisa dengan ekspresi cemas, khawatir dan takut. Dia memperhatikan setiap sudut tubuh Lisa.

"Tae, gue bukan baby Lisa yang harus lapor ke elo tiap gue terluka" Lisa memegang tangan Taehyung, melepaskannya dari tubuhnya.

Ya, baby Lisa memang sering melaporkan rasa sakitnya bahkan apapun yang ia rasakan pada Taehyung dulu. Kini dia bukan baby Lisa lagi yang hanya akan bicara tentang rasa sakitnya. Dia akan menyimpan rasa sakit itu sendiri. Karena tak mungkin dia akan menaburkan pahitnya empedu ke dalam gelas madunya.

"Elo baik-baik saja?" tanya Taehyung sekali lagi.

"Tentu saja. Minumlah. Elo keliatan capek banget" 

Taehyung menempatkan bokongnya pada kursi di sana dengan tenang setelah mendengar Lisa baik-baik saja.

"Gue takut brengsek itu nyakitin elo" katanya sembari meneguk hot chocolate meredakan lelahnya setelah berlari dari rumahnya.



"Sorry" Lisa menundukkan pandangannya, tak mampu menatap mata Taehyung.


"Sorry? Untuk apa?" Taehyung kembali meneguk minumannya.

"Meski elo nggak mendapat rasa sakit dari tinju June tapi hati elo pasti sakit karna June"

"Bukan salah elo. Kenapa harus minta maaf"

"Salah gue yang memulai semuanya" Lisa memberanikan diri menatap mata Taehyung.

"Maksud elo?" Taehyung membalas tatapannya dengan penuh pertanyaan.

"Semua orang datang ke sini dengan tujuan masing-masing, termasuk gue dan Hanbin. Tujuan yang membuat mereka bertahan di sini sampai akhir" Lisa menghela napas. "Tapi June nggak punya apapun. Apapun yang mungkin bisa membangkitkan semangat hidupnya" Lisa menjeda kalimatnya. "Saat itu...June melihat Rose dengan tatapan berbeda. Gue tahu June menyukai Rose. Dan gue meminta June untuk melakukan tariannya, hidupnya untuk Rose. Gue team leader. Gue membuat koreo final fake kiss untuk membantu mereka semakin dekat. Tapi gue nggak nyangka June bakal bener-bener melakukannya. Sorry" Lisa menundukkan kepalanya-lagi, menyesal.

"Dia pasti sangat menyukai Rose"

"Sorry. Gue nggak tahu kalo Rose sudah punya seseorang yang mencintainya. Dan itu elo"


Benarkah itu gue?


"Jangan menyalahkan diri elo"

Hening. Keduanya tak mengatakan apapun. Lisa hanya mengutuk dirinya sendiri yang merasa sangat bersalah. Taehyung pun tak mengatakan apapun. Kenyataan bahwa dirinya tak bisa lagi memberikan kenyamanan menenangkan Lisa dalam pelukannya sudah cukup membuat dirinya tak berkutik.


"Ah, Gue lupa satu hal. Gue minta elo kesini pertama gue pengen minta maaf ke elo tentang tindakan nekat June. Gue harap elo mau memaafkan dia. Karna itu bukan salahnya. Kedua, gue akan mengadakan camping terakhir sama June. Datanglah dengan Rose"


And it be last


FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang