17. Memories

551 66 5
                                    

Ternyata melelahkan. Nulis panjang lebar, banyak dan entah apa yang terjadi semuanya ilang begitu saja. Dan akhirnya gue harus menulis ulang semuanya. Dan yang jelas semuanya jadi berbeda dari apa yang sebelumnya gue tulis. Capek.










Hope you enjoy it










"Apa dia akan baik-baik saja?"

"Biarkan saja mereka. Bukankah mereka perlu bicara setelah sekian lama?"

***

"Tante, Lisa di sini lagi" teriak Lisa setelah melepas sepatunya. Suaranya menyambut wanita setengah baya yang baru saja dia temui beberapa waktu lalu.

"Hai, sayang" Wanita itu, ibu Taehyung menyambutnya dengan sebuah pelukan dan ciuman pipi. "Tante memang meminta Taehyung mengajakmu kesini" dia melepas pelukannya. "Tapi maaf, Tante harus pergi menemui pelanggan" katanya dengan penyesalan.

Ibu Taehyung memang seorang ibu rumah tangga. Dan memang Taehyung mendapat biaya kuliah dari saudaranya. Namun bukan berarti dia terus berdiam diri di rumah menunggui anaknya pulang larut malam tanpa melakukan apapun. Dia membuka jasa katering makanan sebagai usaha sampingannya. Dia pandai memasak, jadi tak buat apa menyia-nyiakan bakatnya jika dia bisa. Meski kadang permintaan pelanggan cukup membuatnya berpikir keras dia tetap mencoba melakukannya. Kali ini dia harus datang langsung kepada pelanggan untuk mendiskusikan hal yang tak bisa dibicarakan hanya dengan melalui telepon.


"Tidak apa-apa, Tan. Lagipula Lisa tidak sendirian, Taehyung ada disini bukan?" cukup canggung berada di tempat luas hanya berdua dengan orang yang telah lama tak berjumpa. Namun Lisa tak mungkin untuk mencegah kepergian ibu Taehyung, dia menghormati keputusannya.


Ibu Taehyung mengambil tas tangan yang sudah dia siapkan di atas meja kecil di sana. Dia mengambil alas kaki di rak sepatu dan bersiap untuk pergi meninggalkan rumah itu dan mereka berdua.


"Taehyung akan mengantar ibu" Taehyung menawarkan diri.

"Tidak usah. Bagaimana bisa kamu meninggalkan tamu sendirian. Ambillah kue di kulkas untuknya"


**

"Elo pengen ke kamar?" tawar Taehyung. Bukan untuk apa-apa. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak menjadi tetangga dan sahabat tentunya.

"Boleh?"

"Kita bukan orang asing. So why not? Lagipula gue selalu ke kamar elo dulu"

Ya. Kamar menjadi salah satu saksi bisu persahabatan mereka. Taehyung selalu datang ke kamar Lisa saat Lisa mendapatkan sebuah hadiah indah dari ayahnya ataupun dari orang lain. Dia akan membukanya bersama Taehyung dan menceritakan segalanya hingga membuat gelak tawa hingga membuat ayahnya harus turun tangan sendiri menuju kamarnya saat ia tak menjawab bahkan mendengar panggilannya.

Tujuan utama Taehyung ke rumah Lisa adalah kamar Lisa. Saat Lisa tak menjawab telepon darinya, Taehyung langsung berlari menuju kamar Lisa. Dia tahu Lisa sedang menangis sendirian di sana. Meski tak bisa mendengarnya langsung Taehyung tahu kesedihan Lisa saat dia memeluknya hingga dia tersadar kaosnya sudah basah oleh airmata Lisa. Tanpa disadarinya pun, Lisa sudah terlelap dalam pelukannya dan membaringkannya bersama selimut. Taehyung tak pernah meninggalkan Lisa, dia menunggu Lisa terbangun baru bisa mendengar kepedihan hati Lisa.

"Dan sebaliknya"

Lisa tersenyum, Taehyung masih mengingat semuanya meski kini dia tak mungkin lagi pergi ke kamarnya.

"Naik aja. Gue ambilkan makanan"

***

"Elo melihatnya?"

Lisa menoleh pada suara yang baru saja masuk. Taehyung kembali dengan dua gelas jus jeruk dan beberapa potong brownies buatan ibuya. Dia meletakkannya diatas nakas dekat ranjangnya. Dia melihat Lisa duduk di pinggiran ranjangnya sembari membuka sebuah album biru yang nampak lusuh berpangku di pangkuan Lisa.

"Elo bawa album ini ke Jepang?" Lisa membolak-balikkan tiap lembar album lusuh itu.

Lusuh, tentu saja. Album itu berumur hampir seusia dengan usia dua insan disana. Album itu merupakan saksi bisu lain pertumbuhan dan perkembangan mereka. Foto-foto masa kecil mereka hingga mereka dewasa. Namun Taehyung tak lagi menambah koleksi foto mereka sejak dua tahun terakhir, setelah mereka berpisah. Foto terakhir yang dia miliki adalah saat Lisa mengenakan gaun warna peach sebelum Lisa naik ke atas panggung bersama kolaborasi tim dance dan tim band. Lisa terlihat sangat cantik disana.

"Ya, buat jaga-jaga kalo gue lagi kangen elo. Gue bisa melihatnya seharian" jawab Taehyung. Dia duduk di samping Lisa. Ingin merengkuh Lisa dalam pelukan rasa rindunya, seperti dulu yang sering dia lakukan. Namun apalah daya, dia hanyalah sahabat yang sudah memiliki orang lain untuk memberikannya pelukan hangat.

Namun nyatanya Taehyung tak cukup puas hanya dengan melihat foto-foto itu. Rasa rindu ingin berjumpa dengan Lisa tak cukup terobati hingga dia mencari cara lain untuk meredakan rasa rindunya. Taehyung mengulang kembali aktivitas yang biasa mereka lakukan bersama. Menyanyi dan bermusik cukup membuatnya melepas rasa rindu meski tak bertemu. Meski dia tahu tak akan sama rasanya saat dia bernyanyi sendirian tapi dalam hatinya dia bernyanyi bersama sahabat-sahabat yang dia rindukan.

"Mungkin elo harus menyimpannya mulai sekarang. Karena gue udah ada disini. Elo bisa liat gue sepuasnya" canda Lisa. Lisa menatap taehyung yang duduk di sampingnya dengan senyuman. Namun Taehyung membalas tatapan Lisa dengan tatapan lain, membuat Lisa harus mengalihkan pandangannya dari wajah Taehyung yang tak bisa dia mengartikan tatapan itu.

"Yah, atau gue harus membukanya terus" kata Taehyung lirih. Dia tahu, sangat tahu. Mungkin dia akan terus merindukannya hingga harus menatap foto dalam album itu selamanya. Karena tak mungkin dia bisa melihat Lisa setiap saat, saat dia tahu Lisa dan juga dirinya tak lagi sendiri. Mereka sudah memiliki orang lain yang akan terus memperhatikannya.

"Apa?" Lisa tak mendengar jelas kalimat Taehyung.








Vomment please





FINNA [Lisa X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang